Beredam di danau keramat

Sepuluh tahun telah berlalu Yoga kini sudah tumbuh menjadi remaja yang cukup tampan, dan Yoga juga sering membantu Kuncoro dalam menangani pasiennya. Karena Kuncoro sendiri sekarang sudah berumur tenaga tidak seperti di kala dirinya muda.

Sementara Lasmi kini kondisi mulai menurun karena, Lasmi sering sakit-sakitan Yoga yang sangat sayang kepada ibunya pun mengurus Lasmi.

 Di malam itu Kuncoro memanggil Yoga ke kamar ritualnya, Kuncoro pun mulai memberikan syarat untuk mempelajari ilmunya.

“Yoga kemarilah,” kata Kuncoro.

Yoga menghampiri Kuncoro bapaknya.

“Iya Pak,” sahut Yoga dengan singkat.

“Besok malam bulan purnama di malam itu kamu harus berendam di danau keramat tepatnya di desa danau itu berada di dalam hutan,” kata Kuncoro.

“Yoga pak? Untuk apa Pak,” kata Yoga yang bingung.

“Sudah waktunya Bapak mulai mengajarimu.”

“Tapi Yoga tidak mau seperti Bapak, Yoga mau hidup normal seperti yang lain Pak,” eluh Yoga.

“Terima atau tidak terima kamu sudah terpilih dan tidak bisa menghindari hal itu,” kata Kuncoro.

Yoga terdiam mendengar ucapan Kuncoro.

“Belajarlah menerima Yoga, ilmu yang bapak turunkan masih bisa kamu gunakan untuk membantu orang, bukan untuk mencelakakan,” Kuncoro yang menjelaskan kepada Yoga.

Yoga kembali terdiam menyimak kata-kata dari Bapaknya.

Sampai akhirnya Yoga menganggukkan kepalanya menandakan dirinya setuju dengan ucapan bapaknya.

“Bagaimana Yoga, kamu tidak dapat menghindar dari kenyataan ini, kamu harus hadapi jangan di hindari,” nasehat Kuncoro.

“Baik Pak Yoga akan menjalani apa yang bapak perintahkan, lalu bagaimana caranya?” tanya Yoga.

“Di malam bulan purnama sudah terlihat kamu harus berendam di sumur itu sampai matahari mulai kembali terbit,” kata Kuncoro.

“Terus Pak, jika nanti Yoga gagal apa yang akan terjadi?” tanya Yoga.

“Nyawamu jadi taruhannya, jika kamu gagal dimensi lain akan menjemputmu dan menjadikanmu budaknya karena di danau itu sendiri terdapat kerajaan di dalamnya, jadi kamu harus bisa menahan segala macam godaannya,” Kuncoro yang menjelaskan.

Mendengar ucapan Kuncoro Yoga pun terdiam.

Kuncoro yang melihat anaknya terdiam tanpa satu patah kata pun mencoba bertanya kembali kepadanya.

“Bagaimana Yoga apa kamu siap?” ujar Kuncoro.

Yoga terdiam tidak menjawab.

“Kamu harus yakin Yoga jangan pernah ragu,” ujar Kuncoro menasihati anaknya.

Yoga mulai meyakinkan hatinya dan beberapa menit kemudian Yoga bicara kepada Kuncoro.

“Baik Pak, Yoga akan yakin dengan jalan yang Yoga pilih,” ucap Yoga dengan tegas.

“Baguslah jika begitu, menjelang sore pergilah ke arah timur di desa ini teruslah berjalan sampai kamu menemukan hutan, setelah itu masuklah ke dalam hutan itu, nanti di dalamnya akan terdapat sebuah danau yang terkenal angker di sana, kamu berendam saat bulan purnama mulai terlihat sampai dengan matahari mulai terbit, jika gangguan-gangguan di malam hari dapat kamu atasi dan masih fokus bersemedi maka kamu akan berhasil jika tidak, mereka akan menjemputmu untuk menjadikanmu abdi atau budak bagai mereka kamu mengerti Yoga,” ujar Kuncoro yang menjelaskan secara detail kepada Yoga anaknya.

“Iya Pak, Yoga mengeti,” sahut Yoga.”    

“Ya sudah Pak, Yoga permisi dahulu mau ke kamar ibu, sekalian mau ngomong sama Ibu, agar ibu tidak ke pikiran di kala malam Yoga tidak ada,” sambung Yoga kembali.

Yoga pun keluar dari kamar ritual Bapaknya dan menuju kamar ibunya.

Terlihat Lastri yang kini tampak kurus dengan wajah yang pucat sedang tertidur di kamarnya.

Yoga pun menghampiri sang ibu dan duduk di samping tempat tidur ibunya.

Sesekali Yoga memandang wajah ibunya, merasa tidak tega dengan sang ibu yang sedang tertidur lemas.

Merasa ada yang sedang memperhatikan dirinya Lastri pun terbangun dari tidurnya.

“Ada apa Nak, sedari tadi ibu rasakan kamu sedang memperhatikan ibu,” ujar Lastri yang melihat anaknya sedang duduk di sampingnya.

“Tidak apa-apa Bu, ibu masih merasa sakit, obatnya di minum ya,” ujar Yoga memberi perhatian kepada ibunya.

Lastri mengangguk sembari tersenyum ke arah Yoga. 

Yoga pun membantu mengambilkan obat di meja kamar ibu dan juga segelas air putih, setelah itu memberikan obat itu kepada Lastri.

Lastri pun meminum obat itu dan segelas air putih, setelah selesai Lastri meraga wajah Yoga.

“Jika ibu tidak ada, Yoga harus menurut dengan Bapak ya,” kata Lastri sembari meraba wajah anaknya dengan mata yang berkaca-kaca.   

“Ibu jangan bilang seperti itu, ibu akan sembuh ya,” kata Yoga memberikan semangat untuk Lastri.

Lastri hanya tersenyum lalu memejamkan matanya berusaha untuk tidur kembali.

Terlihat saat Lastri memejamkan matanya, terlihat di ujung mata Lastri mengalir air mata ke pipinya.

Yoga yang mengetahui itu pun mengusap air mata Lastri lalu memeluk Lastri dengan erat.

“Ibu harus sehat, Yoga tidak mau kehilangan ibu, Yoga sangat sangang dengan ibu,” ujar Yoga yang memeluk Lastri di tempat tidurnya.

Lastri pun mengerakkan tangannya ke kepala Yoga sembari mengusap-ucap rambut Yoga.

Rasa damai dan tenang Yoga rasakan saat itu, Yoga Seperti kembali mengingat waktu dirinya kecil Lasmilah yang selalu menenangkan dirinya dari rasa takut.

“Tidak usah sedih dan takut karena segala sesuatu di dunia ini yang hidup akan kembali kepadanya,” ujar Lasmi memberikan Yoga nasehat.

“Tapi Yoga tidak mau kehilangan ibu.”

“Mungkin rasa ibu tidak akan bertahan tapi ibu akan selalu ada di hatimu yoga,” sahut Lastri sembari mengelus-elus rambut Yoga.

Mendengar hal itu Yoga secara tidak sadar meneteskan air matanya di pelukaan ibunya.

Yoga mengambil nafas panjang sebelum dirinya bercerita kepada sang ibu bahwa dirinya nanti malam tidak ada di rumah.

Yoga memulai ceritanya jika Kuncoro menyuruhnya untuk ke tempat danau keramat dan bersemedi di sana.

“Yoga Ibu yakin kami bisa melakukannya, ibu yakin akan kekuatan yang ada di dalam tubuhmu,” kata Lastri memberikan Yoga semangat.

“Iya Bu, terima kasih sudah membuat Yoga yakin akan diri Yoga,” celetuk Yoga.

  Setelah berbincang-bincang dengan sang ibu, dan melihat Lastri telah tertidur kembali, Yoga pun berinisiatif keluar dari kamar ibunya meninggalkan ibunya untuk beristirahat agar tidak terganggu akan kehadiran dirinya. 

Setelah itu Yoga pun masuk ke kamarnya untuk beristirahat karena nanti malam dirinya akan melakukan semadi semalaman di danau keramat itu.

 Beberapa jam telah berlalu terik mata hari siang mulai redup hari pun mulai menjelang sore.

Yoga bangun dari tidurnya dan keluar kamar.

Saat Yoga keluar kamar Kuncoro menghampirinya dengan membawa satu kantong plastik bunga setaman atau tujuh rupa. 

“Ini untukmu nanti,” ujar Kuncoro yang memberikan satu buah kantong plastik berisi bunga tujuh rupa.

“Ini untuk apa Pak?” tanya Yoga yang bingung.

“Sebelum kamu merendamkan tubuhmu di danau itu, kamu harus taburkan bunga ini di atasnya barulah kamu dapat meredamkan tubuhmu di sana,” jelaskan Kuncoro.

Mendengar penjelasan dari Bapaknya Yoga pun menganggung menyatakan bahwa dirinya telah mengerti maksud dari Bapaknya.

  

Terpopuler

Comments

Citra Kirana

Citra Kirana

/Good/

2024-05-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!