Mengembalikan tanah kuburan

Mereka pun tengah bersiap-siap untuk pergi ke makam Nilam dengan membawa tanah kuburan yang di simpan di kain putih lalu di ikat oleh Bayu dan di masukan ke dalam kantong plastik.

“Ayo bang,” ajak Yoga.

“Iya tunggu Yoga, kamu enggak minum dahulu, sudah aku buatin tadi,” kata Bayu.

Yoga pun mendatangi minuman yang berada di meja ruang tamu. Sesampainya di meja ruang tamu Yoga mengambil segelas air teh yang telah di buatkan oleh Bayu.

Setelah selesai meminum Yoga berjalan keluar menuju teras terlihat Bayu yang sudah berada di atas motor tuanya.

Yoga menghampiri lalu kemudian menaiki motor itu di belakang Bayu.

Sebelum menjalankan motornya Bayu memberi pesan kepada Yoga.

“Yoga kamu yang bawa tanah ini simpan di tasmu ya takutnya nanti jatuh bisa bahaya urusannya,” kata Bayu kepada Yoga sembari memberikan kantong plastik berisikan tanah kuburan.

“Oke Bang,” sahut Yoga yang mengambil kantong plastik itu lalu menaruhnya ke dalam tas ranselnya.

Akhirnya mereka berdua pun pergi menuju makam Nilam yang berada di desa sebelah.

Di dalam perjalanan Bayu melihat seorang kakek-kakek berjualan bunga Bayu pun memberhentikan motornya lalu meminta tolong Yoga membelikan Bunga untuk berziarah ke makan Nilam.

“Yoga aku minta tolong belikan bunga untuk ke makan Nilam,” ujar Bayu memberi memberikan uang kepada Yoga.

“Iya Bang,” sahut Yoga mengambil uang sepuluh ribu di tangan Bayu.

“Itu uangnya belikan bunga semua,” pekik Bayu.

“Iya Bang,” sahut Yoga.

Yoga pun berjalan mendekati kakek-kakek penjual bunga.

“Mau beli apa Nak?” tanya kakek penjual bunga.

“Beli bunga sepuluh ribu kek,” ujar Yoga.

Kakek itu pun mengambil bunga kenanga, mawar, serta melati, lalu memasukkan ke dalam kantong plastik.

Namun di saat kakek itu menjuali Yoga pandangannya tertuju kepada Yoga terus menurus, Yoga yang mengetahui hal tersebut mulai merasa risih.

“Ini bunganya Nak,” ujar si kakek yang memberikan kantong plastik berisi bunga tersebut.

Yoga menerima dan memberikan uang kepada kakek itu.

Akan tetapi di saat Yoga ingin kembali ke tempat Bayu, kakek penjual bunga menghentikan dirinya.

“Tunggu sebentar Nak, kakek melihat energi sangat besar berada di dalam tubuhmu, berhati-hatilah dengan energi itu, karena akan sangat bahaya jika kau marah dan tidak bisa mengendalikannya maka akan menjadi mala petaka kepada dirimu dan orang di sekitarmu,” ujar kakek itu memperingati Yoga.

Yoga yang merasa tidak nyaman dengan hal tersebut pun akhirnya bergegas meninggalkan sang kakek.

“Iya kek terima kasih nasehatnya,” ujar Yoga yang pergi meninggalkan kakek penjual bunga.

Sesampainya di tempat Bayu, Yoga memberikan bunga yang telah ia beli kepada Bayu.

“Ini bunganya Bang,” kata Yoga memberikan sebuah kantong plastik.

“Ayo kita berangkat,” ajak Bayu.

Yoga pun menaiki motor Bayu dan duduk di belakangnya setelah itu mereka berdua pun pergi menuju kuburan Nilam.

Di dalam perjalanan Bayu menanyakan perihal yang di bicarakan sang kakek penjual bunga kepada Yoga.

“Eh Yoga tadi kakek itu ngomong apa deganmu kayanya serius banget?” tanya Bayu.

“Eh bukan apa-apa sih Bang,” kata Yoga yang menutupi semuanya.

“Oh ya di kiran kakek itu melihat arwah juga di belakang mu seperti aku,” celetuk Bayu.

“Memangnya ada apa Bang, kakek itu tidak ada ngomong apa-apa sih,” ujar Yoga yang berbohong.

“Kamu tahu tidak, sebelum kamu bilang aku di ikuti arwah Nilam kakek itu yang pertama kali bilang seperti itu, aku baru ingat dan aku memang sering beli bunga di tempat kakek itu,” Bayu yang menjelaskan kepada Yoga.

Yoga tidak terlalu mendengarkan ucapan Bayu, malah sebaliknya Yoga merasa mengingat apa maksud dari ucapan sang kakek itu.

“Yoga! Yoga!” pekik Bayu.

“Eh iya kok malah bengong sih,” tegur Bayu yang merasa ceritanya tidak di dengarkan oleh Yoga.

“Eh maaf Bang,” kata Yoga tersentak kaget.

Mereka pun telah sampai di pemakaman tempat di mana Nilam di makamkan.

Bayu memarkirkan motornya selepas itu mereka berdua berjalan menyelusuri hamparan kuburan menuju tempat di mana kuburan Nilam berada.

“Yoga lewat sini,” pekik Bayu di depan Yoga.

“Iya Bang,” kata Yoga.

Beberapa lama kemudian mereka pun telah tiba di nisan yang bertulisan Nilam sari wafat 13 Januari 2020

Bayu yang telah sampai di kuburan Nilam pun meraba nisannya sembari menangis.

“Maafkan aku Nilam, aku berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi, dan mencoba membuka hatiku untuk orang lain, terima kasih sudah sejauh ini menemaniku semoga kamu tenang di sana, aku kembalikan apa yang pernah aku ambil dari kuburannya semoga dengan ini kamu tenang di sana,” ujar Bayu yang tidak kuasa membendung air matanya.

Yoga yang berada di damping Bayu mencoba menenangkannya, Yoga mengusap-usap pundak Bayu.

“Sudah Bang jangan sedih memang terkadang susah mengikhlaskan orang yang kita cintai, sebaiknya kita doakan saja agar kak Nilam dapat beristirahat dengan tenang di sana,” kata Yoga berusaha menenangkan Bayu.

“Iya Yoga, terima kasih.”

Setelah itu mereka berdua pun mendoakan Nilam, selepas mendoakan tidak lupa Bayu pun menaburkan bunga di atas kuburan Nilam.

Setelah semua selesai mereka berdua pun kembali pulang.

Satu jam kemudian Bayu telah sampai di rumahnya, Yoga yang melihat hari sudah mulai sore pun pamit pulang ke rumahnya dengan mengendarai sepedanya.

“Bang aku pamit ya,” ujar Yoga.

“Iya Yoga hati-hati di jalan terima kasih ya sudah mau menemani aku ke makam Nilam dan karena mu hatiku sekarang sudah merasa tenang,” kata Bayu.

“Iya Bang santai saja kenapa,” celetuk Yoga.

Yoga pun mulai menaiki sepedanya mengayuh pergi dari rumah Yoga dan kembali pulang.

Sesampai di rumah, Yoga masih memikirkan kata-kata dari kakek penjual bunga tersebut.

‘Apa maksud ucapan kakek itu ya, ucapan kakek itu hampir sama dengan tulisan di buku tua yang pernah aku baca,' gumam Yoga sembari berpikir.

‘Ah sudahlah sakit kepala memikirkan hal ini, sebaiknya aku mandi saja,' gumam Yoga kembali.

Yoga pun berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian Yoga telah selesai mandi, ia kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar Yoga berjalan menuju tempat tidurnya Yoga mulai merebahkan tubuhnya di atas kasurnya.

“Akhirnya aku dapat beristirahat juga,” celetuk Yoga. 

“Dari tadi malam aku tidak dapat tidur tapi bagus lah aku juga merasa tenang pembunuh Dina dapat akibat yang setimpal.”

“Eh, aku baru teringat dengan kata-kataku yang aku ucapkan secara tidak sadar tadi malam, dengan pelaku pembunuh Dina, apakah itu yang di maksud tulisan di buka tua dan ucapan kakek itu, jika aku mulai emosi maka akan ada kejadian yang membaut mereka celaka,” ucap Yoga yang mulai mengerti makna kata-kata itu. 

Sayup-sayup mata Yoga mulai mengantuk, beberapa kali Yoga pun menguap.

Beberapa saat kemudian  Yoga mulai terpejam dan tertidur dengan nyenyak.

Terpopuler

Comments

Desy Rs Azuz

Desy Rs Azuz

Yoga kek ga makan siang dan malam

2023-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!