Lambaian sesosok wanita

Setelah beberapa menit pasien Kuncoro pergi tidak lama datang kembali pasien yang baru dengan keluhan yang berbeda seorang suami Istri dengan anak perempuan mereka yang berusia 8 tahu.

“Permisi ki Kuncoro,” ujar laki-laki yang mengetuk pintu.

Kuncoro yang masih berada di dalam kamar pun mendengar ada yang memanggil dirinya pun keluar dari kamarnya dan mempersilahkan satu keluarga kecil itu masuk ke kamar ritualnya.

Sesampainya di dalam ritual keluarga kecil itu menyampaikan keluhan mereka ke Kuncoro.

“Apa tujuan kalian datang ke rumah saya?” tanya Kuncoro.

“Perkenalkan ki nama saya Doni, ini istri saya Erin sedangkan ini anak tunggal kita bernama Olif. Sudah setahun ini anak kami menjadi aneh Ki, selalu diam saja jarang mau di ajak bicara nanti menjelang sehabis magrib Olif ini sering mengamuk setelah satu jam berhenti terus tengah malam kembali lagi mengamuk nanti jam 2 malam sudah mulai tenang tiap malam seperti itu Ki sampai Olif ini tidak sekolah dan sering sakit-sakitan karena kurang istirahat kadang untuk makan pun menolak harus di paksa. Dan anehnya lagi Olif ini lebih suka diam menyendiri di kamarnya. Kami sudah berobat ke mana-mana sampai medis pun kami lakukan untuk ke sembuhkan Olif tapi pihak Dokter bilang kepada kami jika Olif itu tidak ada masalah kejiwaan dan baik-baik saja seperti anak kecil pada umumnya. Lalu kami mendengar tentang ki Kuncoro, kami selaku orang tuanya sangat binggung kepada anak kami ini Ki, kiranya ki Kuncoro mau membantu kami,” Doni yang menjelaskan panjang lebar mengenai perihal tingkah laku Olif anaknya kepada Kuncoro.

Kuncoro menyimak cerita dari Doni, setelah itu memejamkan matanya mencoba menerawang atau melihat melalui mata batinnya apa yang terjadi kepada Oliv.

Setelah beberapa menit berlalu Kuncoro pun melihat sesuatu yang terjadi kepada Oliv.

Kuncoro menatap mata Oliv dengan sangat tajam, Oliv pun merasa marah dirinya di tatap oleh Kuncoro.

“Siapa yang menyuruhmu mengganggu anak ini,” ujar Kuncoro yang menatap tajam mata Oliv.

Sontak saja suara Oliv berubah tidak selayaknya anak kecil pada umumnya suara Oliv menjadi begitu berat dan serak seperti ada maklum yang mengendalikan tubuh Oliv.

“Jangan ikut campur urusanku, jika kamu tidak mau aku serang,” ancam makhluk yang berada di tubuh oliv.

Kuncoro tanpa bicara panjang ia membaca mantara.  

Mantara yang di bacakan oleh Kuncoro membuat makhluk yang ada di diri Oliv pun kepanasan.

“Ampun, hentikan matra itu ampun,” kata Oliv yang di kendalikan oleh makhluk itu.  

Kuncoro pun menghentikan mantara yang ia baca dan menanyai anak itu yang di rasuki oleh sosok makhluk.

“Kenapa kamu mengganggu anak ini?”  tanya Kuncoro.

“Aku hanya di suruh oleh pesaing bisnis Doni, agar anaknya sakit dan uangnya habis untuk berobat sang anak setelah itu Doni tidak fokus untuk bekerja dan bangkrut,” Oliv yang kesurupan makhluk itu pun menjelaskan.

“Sekarang kamu pergi, jika tidak mau aku binasakan,” ancam Kuncoro.

“Baiklah aku akan pergi,” ujar makhluk yang ada di tubuh Oliv.

“Jangan pernah kembali lagi kamu mengerti!” ancam kembali Kuncoro.

“Baiklah.”

Kuncoro melihat sesosok makhluk hitam besar yang keluar dari tubuh Oliv.

Seketika dengan perginya makhluk itu Oliv pun pingsan tidak sadarkan diri kedua orang tua Oliv pun menjadi sangat khawatir.

“Tidak perlu khawatir anak kalian tidak apa-apa makhluk itu sudah pergi dan tidak akan kembali lagi,” Kuncoro yang menjelaskan.

“Terima Kasih Ki, sekarang kami sudah mengerti lalu bagaimana jika makhluk itu di utus untuk mengganggu keluarga kami lagi ki?” tanya Doni.

“Pakaikanlah gelang ini kepada anakmu niscaya kiriman apa pun tidak akan masuk lagi ke anakmu,” ujar Kuncoro yang memberikan sebuah gelang yang terbuat dari benah hitam yang telah di bacakan mantara sebelumnya.

“Baiklah kalau begitu Ki, sekali lagi kami berterima kasih kepada Ki Kuncoro,” ujar Doni.

Doni pun mengambil gelang hitam di tangan Kuncoro dan memakaikannya kepada anaknya Oliv.

Setelah itu Doni memberikan amplop berisi uang kepada Kuncoro sebagai tanda ucapan terima Kasih.

“Ini ada sedikit uang tanda ucapan terima kasih kami kepada ki Kuncoro karena sudah mau menolong anak kami Oliv,” kata Doni menyodorkan amplop berisi uang kepada Kuncoro.

Kuncoro pun mengambil uang yang berada di tangan Doni.

Setelah itu Doni berserta keluarga pun kembali pulang ke rumahnya.

*** 

Beberapa bulan kemudian keluarga Doni pun tidak pernah lagi datang ke tempat Kuncoro hanya memberi tahu melalui telepon bahwa sekarang anak wanita mereka tidak pernah di ganggu oleh sosok makhluk kiriman dari pesaing bisnis Doni.

 Kini Yoga pun mulai tumbuh menjadi anak laki-laki yang berani umur Yoga pun sekarang telah berusia delapan tahun sesekali Yoga di ajarkan ilmu oleh Kuncoro.

Di malam itu di saat Yoga telah tertidur, Sementara Lastri dan Kuncoro sedang berbincang santai di kamarnya.

“Mas jangan terlalu keras mengajarkannya, Yoga masih terlalu kecil untuk belajar itu semua,” ujar Lastri yang mengikati Kuncoro.

“Tidak, dia harus aku didik sedini mungkin agar ilmuku dapat di pelajarinya sebelum aku mati,” kata Kuncoro.

“Tapi Mas, Yoga masih terlalu kecil masih belum negeri tentang hal-hal semacam itu, Yoga masih ingin bermain dengan teman sebayanya,” tegur Lastri kepada Kuncoro. 

“Sudahlah Lastri bagaimana pun aku akan tetap mengajarkan ilmu ini kepadanya sebelum aku mati Yoga sudah harus menguasai semua jika tidak nanti kasihan di keturunan yang harus menanggungnya hanya Yoga sebagai penutup ilmu ini,” kata Kuncoro menjelaskan kepada Lastri.

Lastri pun hanya dapat mengela nafas panjang di hati kecilnya diri tidak ingin Yoga harus belajar ilmu Kuncoro sedini mungkin tapi di sisi lain Lastri pun sedih jika keturunan Yoga yang harus menerima semua itu.

  Keesokan paginya Yoga yang tidak sekolah karena hari libur bermain di depan rumahnya, sementara Kuncoro tengah sibuk dengan pasiennya sedangkan Lastri sedang sibuk di dapur.

Yoga di kala itu tengah bermain di pelataran rumahnya.

Yoga mendengar ada seseorang yang memanggil-manggil dirinya.

“Yoga kemarilah, kemarilah Yoga,” suara seorang wanita memanggil Yoga.

Yoga yang sedang bermain kelereng sendirian pun menghentikan permainannya lalu melihat di sekitarnya.

Dari kejauhan ada seorang wanita yang berdiri di pohon-pohon bambu sedang melambai-lambaikan tangannya ke arah Yoga.

“Yoga kemarilah,” ucap wanita itu yang melambaikan tangan ke arah Yoga berdiri tepat di rimbunan pohon bambu.

“Itu siapa ya, kok dia tahu namaku,” celetuk Yoga dengan wajah polosnya.

Wanita itu terus melambaikan tangannya guna memanggil Yoga.

Yoga mulai terpancing lalu berdiri dan ingin menghampiri wanita berdiri di rimbunan pohon bambu yang tidak jauh dari rumahnya.

Namun saat Yoga ingin menghampiri wanita itu, Lasmi keluar dan menegurnya.

“Yoga mau ke mana?” tanya Lasmi.

Dengan wajah polosnya Yoga menjelaskan kepada ibunya.

“Mau ke sana bu ada wanita yang memanggil Yoga,” sahut Yoga menunjuk rimbunan pohon bambu yang tidak ada siapa-siapa di sana.

“Tidak ada siapa-siapa di sana,” tegur Lastri.

Saat Yoga menoleh kembali wanita itu pun hilang Yoga yang melihat wanita itu tidak ada lagi pun kaget.

“Tadi wanita itu di sana Bu,” sahut Yoga dengan sangat polos.

“Ya sudah mainnya jangan jauh-jauh ya nanti Yoga di marahin Bapak dan sebentar lagi kita sarapan pagi ibu sudah mau selesai masaknya,” sahut Lastri menasihati Yoga.

“Iya Bu,” ujar Yoga kembali ke permainan kelerengnya.              

 Yoga pun meneruskan permainannya yang tertunda tadi.

Namun beberapa menit kemudian sosok wanita itu kembali muncul di rimbunan pohon bambu dan memanggil-manggil Yoga.

“Yoga Sini, kemarilah,” ujar sesosok wanita itu.

Yoga yang kembali mendengar pun menghentikan permainannya dan kembali berdiri menghampiri wanita itu.

Sampai akhirnya Yoga mendekati sesosok wanita itu dengan baju putih yang lusuh dan compang-camping dan berambut panjang terlihat dari baju lusuh yang di kenalan wanita itu dada wanita itu berukuran sangat besar tidak selayaknya wanita pada umumnya.

Yoga pun di ajak masuk ke rimbunan pohon bambu itu lalu menghilang entah ke mana.

Terpopuler

Comments

Desy Rs Azuz

Desy Rs Azuz

Wewe gombel

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!