Mayat di perkebunan sawit

Keesokan paginya Yoga mulai bersiap-siap untuk berangkat bekerja sebagai buruh sawit di perkebunan pak Damar.

Setelah selesai sarapan pagi Yoga mulai bersiap-siap untuk berangkat, ia menggunakan baju kaos serta celana levis tidak lupa Yoga membawa bekal untuk ia makan nanti menjelang istirahat siang.

Semua perlengkapan telah Yoga masukkan ke dalam tas ranselnya.

Yoga pun keluar dari rumahnya dan tidak lupa mengunci pintu rumahnya.

Yoga pergi dengan menaiki sepeda ontel peninggalan almarhum Kuncoro.

Dengan semangat pagi, Yoga mengayuh sepeda tuanya ke perkebunan sawit.

Sesampainya di sana perkebunan sawit itu, Yoga memarkirkan sepeda tuanya. Dan mulai bekerja.

Kali ini Yoga di berikan tugas untuk membersihkan perkebunan sawit dari semak-semak belukar.

Dengan bekal celurit Yoga dengan semangat membersihkan rumput-rumput liar di pingiran pohon-pohon sawit yang terbentang luas dan sejajar.

Tidak hanya Yoga yang berada di sana beberapa buruh yang di tugaskan merawat kebun sawit pun ada di sana.

Di saat Yoga tengah asik menebasi rumput-rumput liar dari arah belakang ada yang menepuk pundaknya.

“Kamu baru bekerja Ya,” kata seorang pemuda yang menepuk pundaknya.

“Iya bang, baru sehari kerja di sini, mohon bimbingannya ya Bang,” kata Yoga dengan ramah.

“Gampang itu mah, oh iya nama kamu siapa? Perkenalkan namaku Bayu,” ujar pemuda itu.

“Yoga bang Bayu,” sahutnya dengan singkat.

“Oh Yoga, anak pak Kuncoro itu.”

“Iya bang, abang kenal bapak saya?”

“Iya siapa tidak kenal bapakmu, Yoga orang desa ini pasti mengenal kesaktian dari bapakmu, oh iya berarti kamu sekarang tinggal sendiri di rumah?”

“Iya bang, saya sendiri di rumah lagian mau sama siapa lagi,” kata Yoga mengajak Bayu bercanda.

“Kamu bisa aja Yoga, Yoga kamu lebih baik membersihkan rumput di sana di sini biar aku saja, nanti kalau aku sudah selesai membersihkan yang di sini aku akan menyusul dan membantumu, habis parah buruh di sini agak malas terlalu masuk ke dalam sana, nanti kalau ada teguran dari pak Damar baru mereka rajin,” kata Bayu yang menjelaskan kepada Yoga.

“Oke bang Yoga mengerti kok, ya sudah Yoga ke sana dulu ya,” kata Yoga pergi meninggalkan Bayu.

Yoga pun mulai memasuki perkebunan sawit itu lebih dalam.

Awalnya masuk Yoga masih tidak merasakan hal yang aneh-aneh sampai akhirnya Yoga mendengar seseorang wanita menangis di sana.

“Lah kok ada suara cewek menangis pagi-pagi gini,” celetuk Yoga.

Karena sangat penasaran, Yoga pun menyelusuri suara tangisan wanita itu.

Yoga mulai berjalan dan menyelusuri suara tangisan wanita itu dan alangkah terkejutnya bukan menemukan seseorang yang sedang menangis di perkebunan sawit tersebut Yoga malah di kagetkan dengan penemuan mayat wanita yang di bunuh dan di buang di perkebunan sawit tersebut.

Dengan kaget Yoga berlari mendatangi Bayu dan memberitahukannya.

“Bang Bayu a-ada cewek di sana,” kata Yoga dengan panik.

“Kamu kenapa Yoga pagi-pagi begini mimpi bertemu cewek,” celetuk Bayu mengejek Yoga.

“Bukan bang itu mayat cewek sana,” kata Yoga sembari menunjuk ke arah di mana dirinya melihat mayat tersebut.

“Ah kamu ada-ada saja, mana mungkin ada mayat di sini, beberapa tahun aku kerja di sini tidak ada hal yang aneh-aneh” kata Bayu yang tidak percaya.

“Serius Bang, Yoga tidak bohong itu ada mayat perempuan di sana kalau abang Bayu tidak percaya, coba ikut Yoga,” Yoga berusaha meyakinkan Bayu.

“Ya sudah aku coba percaya sama kamu Yoga, tapi awas loh kalau kamu bohong.”

“Tidak Bang ini beneran ayo Abang ikut Yoga,” ajak Yoga.

Bayu pun mengikuti di belakang Yoga, dan Yoga memandu Bayu ke tempat mayat perempuan yang ia temukan.

Setelah berada di sana Bayu sangat terkejut dengan apa yang dia lihat, seorang mayat wanita dengan berapa luka tusukan benda tajam di tubuh wanita tersebut.

“Yoga ini mayat anaknya pak damar, kamu di sini dulu ya aku mau cari bantuan dan memberitahukan kepada yang lain, dan juga pak Damar” kata Bayu meninggalkan Yoga seorang diri di sana.

Bayu pun berlari keluar beritahukah kepada rekan-rekan kerjanya bahwa ada mayat di dalam perkebunan.

Beberapa menit kemudian kabar ini pun terdengar oleh pak Damar, dengan sangat antusias pak Damar mendatangi perkebunannya.

Sesampainya di sana mayat gadis muda itu sudah di kelilingi para pekerja sawit di sana.

“Minggir-minggir,  ayo semua bubar kembali bekerja biar aku laporkan masalah ini kepada pihak berwajib,” perintah Pak Damar dengan tidak kuasa menahan air matanya

Semua pekerja pun bubar dan melanjutkan pekerjaan mereka kembali.

Namun tidak dengan Yoga yang harus berada di sana sampai pihak kepolisian datang untuk di minta keterangannya.

Selang beberapa menit polisi pun datang ke TKP Yoga mulai di minta keterangan oleh anggota polisi.

Begitu juga pak Damar yang di minta keterangan oleh pihak polisi.

Pak Damar mulai menceritakan kepada polisi yang menyelidiki mayat gadis terbut.

“Iya pak Ini mayat anak saya, tadi malam ijin keluar sendiri tapi Dina anak saya keluar sendiri dan ya Allah Dina begini nasibmu Nak,” ujar Pak Damar yang memberi keterangan kepada pihak berwajib.

“Baik pak Damar kasus kematian Dina akan kami urus, untuk sementara dugaan dari kami kasus ini murni pembunuhan berencana, karena belum di temukan benda tajam sebagai alat untuk membunuh Dina, dugaan kami mungkin saja pelakunya memang sengaja menyembunyikan buktinya, ” sahut salah satu pihak polisi.  

   Dan kematian itu telah di selidiki oleh pihak polisi murni kasus pembunuhan, dan posisi akan memulai mencari pelakunya yang meminta keterangan pak Damar di TKP.

“Baik pak Polisi saya percaya sepenuhnya kasus ini kepada bapak, dan saya jasad anak saya segera di kuburkan,” ujar pak Damar.

“Baik pak setelah selesai penyelidikan ini dan melakukan autopsi jasad putri bapak akan segera dapat di kebumikan.”

“Saya tidak mau jasad anak saya di autopsi cari saja pelakunya, saya ingin menguburkan jasad putri saja secepatnya kasihan dia,” kata pak Damar yang tidak terima.

“Baik pak kalau memang bapak tidak mau kami tidak akan memaksa.” 

Pak Damar pun meninggalkan jasad putri kembali ke rumahnya.

 Beberapa jam kemudian polisi pun telah selesai menyelidiki kasus ini dan akan mencari pelakunya.

Setelah itu jasad Dina pun di bawa dengan ambulan ke rumahnya untuk di mandikan.

Proses demi proses telah selesai Dina pun di kuburkan sore itu Yoga pun ikut serta dalam mengantar jenazah Dina di pemakaman warga desa setempat.

Setelah selesai mengantar jenazah Dina Yoga pun kembali pulang.

Sesampainya di rumah Yoga mulai berpikir kembali untuk mengambil tali pocong Dina serta anggota tubuh lain dari Dina.

Karena kematian Dina sendiri itu berdasarkan di bunuh  

           

      

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!