Misteri kematian Dina

Dimalam harinya Yoga sedang menunggu waktu tengah malam tiba mempersiapkan segala apa saja yang harus ia bawa.

Beberapa menit kemudian semua telah Yoga siapkan seperti bias sembari menunggu tengah malam Yoga mulai menonton TV hingga terkadang ketiduran.

Beberapa jam kemudian Yoga yang terbangun kaget melihat jam yang melingkar di tangan kiri.

Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Yoga pun mulai mengganti bajunya dengan pakaian serba hitam tidak lupa ia juga menggunakan masker sebagai penutup wajahnya.

Setelah semua selesai Yoga pun keluar rumah, Yoga yang telah berada di depan teras rumahnya pun mengunci pintu rumahnya.

Barulah dirinya berjalan ke pemakaman.

15 menit telah berlalu Yoga yang telah sampai di pemakaman pun kembali menyelusuri kuburan Dina.  

Nisan demi nisan Yoga telusuri namun belum juga bertemu dengan kuburan Dina, hingga akhirnya beberapa menit Yoga telah hampir menyelusuri semua nisan barulah ia bertemu dengan Nisan yang bernama Dina Damar Sutejo.

Tanpa berlama-lama Yoga mulai mengali kuburan Dina.

Hampir satu jam telah berlalu Yoga pun telah mendapatkan tali pocong Dina dan juga rambutnya.

Semua ia dapatkan dan juga kuburan Dina telah Yoga kembalikan ke asalnya agar tidak ada yang mengetahui kejahatannya mencuri tali pocong Dina.

Yoga telah mengantongi tali pocong Dina serta rambut Dina, Yoga pun segera kembali pulang.

Sesampainya di rumah seperti biasa Yoga selalu membersihkan mandi terlebih dahulu untuk membersihkan tubuhnya.

Yoga yang telah selesai mandi pun kembali ke kamarnya untuk menjalankan ritualnya.

Yoga mulai menyalakan lilin yang berada di atas mejanya.

Dan seperti biasa setiap arwah yang Yoga curi tali pocongnya akan mengikuti Yoga hingga ke rumah.

Saat Yoga ingin membakar tali pocong Dina, Yoga mendengar Dina terus menerus menangis.

“Sudah jangan menangis terus, kalau kamu menangis terus aku jadi tidak tega untuk membakar tali pocongmu,” ucap Yoga kepada arwah Dina yang berada di belakang dirinya.

Namun arwah Dina tetap saja tidak memedulikan ucapan Yoga, Dina tetap menangis dan bersedih.

Yoga yang mulai tidak nyaman mendengar tangisan Dina terus menerus akhirnya ia mulai membakar tali pocong Dina.

“Sudah Ya kembali ke alammu, dan tenang di sana,” kata Yoga sembari membakar tali pocong Dina.

Saat tali pocong itu di bakar dan aroma has keluar Yoga menghirup aroma itu.

Namun kali ini Yoga tidak melihat kejadian di mata batinnya tentang kematian Dina.

Tapi saat dirinya membakar rambut Dina dan mengeluarkan bau gosong lalu menghirupnya barulah kalai ini Yoga melihat kejadian di dalam mata batinnya.

Dimalam itu Dina mendapatkan pesan chat dari pacarnya yang bernama Ari.

“Din temui aku di tempat biasa, di perkebunan sawit ayahmu,” Dina yang membaca pesan chat dari Ari pacarnya.

Dina yang sedang berada di dalam kamarnya pun segera bersiap-siap mengganti bajunya dan memoles makeup natural di wajahnya.

Beberapa menit Dina telah selesai dandan, ia pun berpamitan keluar dengan kedua orang tua Dina.

Di sana Dina tidak memberitahukan tujuan dirinya ingin keluar dan ingin ke mana, Dina hanya berbicara kepada ayahnya bahwa dirinya ingin pergi keluar sebentar sendirian.

Kedua orang tua Dina saat itu tidak berpikir macam-macam soalnya Dina sering seperti itu kepada mereka.

Selepas itu Dina pun keluar rumahnya, dan mengendarai motor kesayangannya.

Dina mulai menjalankan motornya menemui Ari kekasihnya yang sedang menunggu dirinya di kebun sawit.

Di perjalanan, Dina mengendarai motornya tanpa ragu untuk menemui Ari ini tidak kali pertama Dina menemui Ari di kebun sawit itu karena hanya di tempat itu mereka bebas untuk memadu kasih.

Beberapa menit telah berlalu Dina pun telah sampai di kebun sawit tersebut.

Di dalam kebun itu terdapat bilik bambu, bilik bambu tersebut sengaja di buat oleh pak Damar untuk tempat para buruh beristirahat.

Namun ternyata bilik itu di gunakan Ari dan Dina untuk memadu kasih.

Akhirnya Dina telah sampai di bilik bambu tersebut, dan di sana Dina sudah di tunggu oleh Ari berserta kedua teman Ari yaitu. Rian dan Iwan mereka sedang menikmati minuman beralkohol serta obat-obatan terlarang.

Tanpa merasa takut Dina menghampiri mereka bertiga yang berada di bilik bambu itu.

Dina membuka pintu bilik bambu itu lalu berjalan masuk.

“Maaf udah lama menunggu,” ujar Dina.

“Enggak kok Din, kami baru saja,” sahut Rian.

“Oh iya, ini bagian untukmu,” ucap Iwan yang menyodorkan minuman beralkohol yang telah di racik khusus mereka untuk Dina.

Dina awalnya menolak meminum minuman yang di berikan oleh Iwan, tapi Ari mencoba meyakinkan Dina.

“Aku tidak minum hari ini, soalnya aku bilang sama ayah dan ibu pergi hanya sebentar.

“Ayolah sayang sedikit aja minum,” bujuk Ari.

“Enggak Ari, entar ketahuan ayah dan ibu bagaimana,” kata Dina yang menolak.

“Ini tidak akan membuat kamu mabuk, ayo sayang sedikit saja aku yang menjamin kamu tidak akan mabuk,” kata Ari berusaha meyakinkan Dina.

Dina terdiam mendengar ucapan Ari di dalam hati kecilnya dirinya memang ragu.

“Sayang percaya denganku ini aman, kalau kamu cinta sama aku ayo minum temani aku,” Ari yang mencoba merayu Dina.

Dina yang berusaha meyakinkan dirinya pun meminum-minuman itu.

“Ya sudah aku akan meminumnya untuk kamu, tapi segelas ini aja ya,” kata Dina.

“Iya sayang cukup segelas itu saja kok,” ucap Ari.

Dina pun meneguk minuman itu sedikit demi sedikit sampai habis.

Setelah Dina menghabiskan segelas minuman itu reaksi minuman yang sengaja mereka racik untuk Dina pun mulai bereaksi.

Kepala Dina mulai terasa berat, setelah itu pandangan Dina pun mulai terasa buram.

Tubuhnya Dina pun berkeringat karena reaksi panas yang di hasilkan minuman tersebut.

Mereka yang melihat Dina seperti itu memicu hasrat mereka masing-masing.

Apa lagi Ari memang sudah menunggu keadaan Dina seperti itu, karena belakang ini Dina selalu menolak jika Ari mengajaknya melakukan hubungan terlarang.

Ari yang kesal dan tidak dapat menahan hasratnya kepada Dina pun telah merencanakan hal tersebut dengan teman-temannya.

 Ari mulai mendekati Dina secara dan mulai menggerayangi tubuhnya namun Dina yang masih sadar pun selalu berusaha mendorong tubuh Ari agar menjauh dari dirinya.

Pelawan Dina semakin sengit ketika Ari memaksa melepas celana Dina.

Dina yang terap kekeh tidak mau pun berusaha melawan dan berlari.

Hingga akhirnya Dina dapat melarikan diri dari mereka semua.

Ari yang sangat kesal karena hasratnya tidak terpenuhi menjadi gelap mata.

Kebetulan di bilik itu terdapat benda tajam seperti pisau yang di selipkan di dinding bilik tersebut.

Ari pun seperti kesetanan mengambil pisau itu lalu mengejar Dina dengan teman-temannya.

Pengaruh alkohol membuat mereka bertiga berubah menjadi iblis.

 Setelah berlari mengejar Dina Ari pun mendapatkan Dina dan menusukkan benda tajam itu berkali-kali di tubuh Dina karena Ari yang sudah lama kesal Dina selalu menolaknya.

Beberapa tusukan benda tajam itu membuat tubuh Dina terjatuh di tanah dan Dina sempat tidak sadarkan diri.

Ari pun dengan cepat laksanakan aksi bejatnya mengauli Dina. Sampai dirinya merasakan puas tidak hanya itu saja kedua teman Ari. Iwan dan Rian pun melakukan aksi yang sama mengauli Dina.

Setelah mereka bertiga merasa puas Dina pun di tinggalkan begitu saja di kebun sawit itu.

Sementara Ari dan kedua temannya pergi membawa motor Dina serta barang bukti benda tajam untuk membunuh Dina.

Beberapa menit telah berlalu Dina pun masih tersadar namun dirinya merasakan sangat lemas untuk berteriak dan mengerakkan tubuhnya saja ia tidak mampu karena beberapa luka tusukan yang ada di tubuh Dina mengeluarkan darah terus menerus hingga akhirnya Dina pun mengembuskan nafas terakhirnya karena kehabisan darah.

Yoga melihat kejadian yang terhadap Dina pun merasa kesal sembari mengepal tangannya Yoga berkata dengan amarah yang meluap-luap.

“Kalian bertiga akan segera menyusul Dina,” ucap Yoga yang tidak sadar.

Setelah berbicara hal tersebut pun Yoga tiba-tiba tersadar.

“Kasihan sekali kamu Dina, kini aku mengerti kenapa di saat aku menemukan jasadmu kamu menangis hingga sekarang kisahmu begitu sangat miris, tenanglah di sana Dina dan mereka yang membunuhmu akan mendapat akibatnya, aku panjatkan doa untukmu,” ucap Yoga dengan mata yang berkaca-kaca         

  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!