Kepingan Lara (Ketika Mantan Kembali)
Salma diam membeku, ketika masa lalu suaminya datang. Azzura kembali. Istri Askara yang telah lama hilang kini kembali lagi, setelah tujuh tahun meninggalkan Askara tanpa kabar apa pun, dan tanpa meninggalkan jejak apa pun. Hanya untaian air mata yang turut membasahi pipinya. Salma diam dengan menatap Askara yang sedang berdiri di depan Azzura, dan tatapannya penuh dengan kerinduan.
“Zura, ka—kamu?”
“Maafkan aku, Mas.”
Askara memeluk erat Azzura, tanpa menghiraukan Salma yang berdiri di belakangnya.
“Kau ke mana saja, Ra? Tujuh tahun menghilang, tidak ada yang tahu kamu ke mana, semua mencarimu.” Askara masih tetap memeluk Zura dengan isakan tangis yang terdengar di telinga Salma.
Salma tidak tahu harus bagaimana. Melihat Azzura pulang. Istri Askara yang selama ini hilang bak ditelan bumi kini kembali lagi dengan wajah kuyu, badan semakin kurus, dan seperti terlihat sedang sakit keras.
“Dokter Salma?” ucap Azzura lirih saat melihat Salma di belakang Askara.
“Kamu mengenal Salma?” tanya Askara.
“Azzura Amalia Putri? Benarkah nama anda?” tanya Salma.
“Dokter masih ingat?” tanya Azzura.
“Iya, saya masih ingat. Sudah sepuluh tahun lebih, kita tidak bertemu, dan anda ternyata?”
“Kok Dokter Salma ada di sini, Mas?” potong Azzura.
“Di—dia istriku. Aku menikahi dia dua tahun yang lalu, a—aku minta maaf, Zura. Aku sudah tidak tahu harus bagaimana. Setelah kamu pergi, Afifah membutuhkan ibu, dan hanya dengan Salma dia mau, aku menikahinya juga karena Afifah yang mau, Ra. Kalau tidak, aku pun tidak akan menikah lagi, tidak akan, Zura!” ucap Askara dengan penuh penekanan, dan membuat Salma sadar, bahwa selama dua tahun, suaminya hanya pura-pura mencintaintya. “Maafkan aku, Zura,” ucap Askara.
“Aku yang salah, aku tak seharusnya pergi, aku tidak menyalahkanmu menikah lagi, Mas.”
“Kau mengenal Zura, Sal?” tanya Askara.
“Di—dia, pasienku dulu, Mas. Sebelum aku menikah dengan Dimas, sebelum aku berhenti berkarier dulu,” jawab Salma.
“Dan aku belum menikah denganmu, Mas,” imbuh Azzura.
Salama masuk ke dalam. Ia menyelesaikan tangisannya. Dengan membuatkan minuman untuk Zura. Dia baru tahu ternyata Zura adalah pasiennya dulu. Salma tidak tahu kenapa istri Askara yang hilang adalah pasiennya yang dulu.
“Selama ini Azzura yang sering Askara ceritakan adalah pasienku dulu? Yang sudah puluhan tahun, bahkan belasan tahun aku tangani. Dulu dia pernah memiliki sakit kanker payudara. Dan, aku yang menanganinya saat itu. Dulu memang dia masih single, mungkin masih kuliah, atau sudah bekerja. Aku pun sama, aku belum menikah saat itu. Lalu kenapa dia pergi? Kenapa dia menghilang selama tujuh tahun lebih?” ucap Salma dalam hati dengan bertanya-tanya kenapa Azzura meninggalkan suami dan anaknya, saat anaknya masih berusia dua tahun. Dan sekarang usia Afifah sudah menginjak usia sembilan tahun.
Salma membawakan minuman untuk Azzura dan Askara. Ia ikut duduk di sebelah Askara. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Azzura sampai pergi selama itu.
“Ra, kamu ke mana selama ini?” tanya Askara.
“Afifah pasti sudah besar ya, Mas?” tanya Azzura mengalihkan pembicaraan.
“Dia sudah sembilan tahun, dia sudah kelas tiga SD, Ra. Dia belum sedang liburan di rumah bunda,” jawab Askara.
“Dokter Salma, terima kasih sudah menjaga Afifah dan Mas Aska,” ucap Azzura.
“I—iya mbak,” jawab Salma menunduk ramah.’
“Kamu ke mana saja selama ini, Zura? Kenapa kamu kurus seperti ini?” tanya Askara.
“Ceritanya panjang, Mas,” jawabnya.
Salma yakin, sakit Azzura mungkin semakin parah. Dulu saat Azzura operasi kanker ***********, sudah ada sel kanker yang menyebar. Tim dokter sudah meminta Azzura untuk kemoterapi, atau terapi penyinanaran. Tapi, Azzura menolak karena biaya, dan dia juga tidak bisa izin terlalu lama untuk meninggalkan pekerjaan dan kuliahnya. Itu yang Salma dengar saat dulu, dari rekan dokter lainnya.
“Dok, bisa kita bicara berdua?” pinta Azzura.
“Iya, bisa,” jawab Salma. “Boleh kan, Mas? Kami bicara berdua?” tanya Salma pada Askara.
“I—iya, silakan. Kalian bicara berdua.” Jawab Askara meski dia bingung apa yang akan mereka bicarakan.
Askara keluar dari rumah. Dia membiarkan Azzura dan Salma bicara berdua. Barangkali ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan.
“Dok, aku minta maaf. Mungkin kedatanganku kembali membuat Dokter Salma sakit hati atau apa pun. Aku hanya ingin melihat Mas Aska. Aku tahu pasti keadaannya akan seperti ini, aku juga tahu, kalau Mas Aska sudah mendapatkan penggantiku. Dokter jangan menganggap kedatanganku ke sini, karena aku ingin kembali. Tidak, Dok. Aku hanya ingin tahu keadaan Mas Askara dan putriku saja,” ucap Azzura.
“Kenapa Mbak Zura pergi?” tanyaku.
“Aku hanya tidak ingin merepotkan orang yang sangat aku cintai. Mas Askara sudah terlalu banyak berkorban untukku. Keluarga Mas Aska sudah terlalu banyak membantuku, tidak mungkin aku akan merepotkannya lagi, Dok,” jawabnya.
“Mas Aska suami mbak. Sudah seharusnya dia menanggung semua beban mbak,” ujar Salma.
“Sekali lagi aku terima kasih, Dok. Terima kasih sudah menjadi penggantiku saat aku tidak ada,” ucap Azzura.
Salma diam kembali. Pikirannya ke sana kemari. Ia sungguh takut rumah tangganya akan berakhir sama, seperti saat dulu bersama Dimas. Apalagi dia mendengar sendiri kalau Askara menikahinya hanya demi Afifah.
“Tuhan ... cobaan apa lagi ini? Setelah aku bisa lepas dari belenggu masa lalu dengan Dimas. Aku sudah menyembuhkan luka di hatiku, menyatukan lagi kepingan lara dan menjadikannya lebih baik, juga berubah bahagia. Sekarang, masa lalu Mas Aska kembali, dan dia bilang, dia menikahiku karena Afifah. Demi Afiah. Lalu apa kata cinta yang selama ini Mas Askara ucapkan padaku? Apa itu hanya omong kosong belaka saja?” batin Salma.
Azzura menggenggam tangan Salma. Dia menatap Salma dengan begitu tulus. Dirinya mengaku salah, karena telah meninggalkan suami dan anaknya bertahun-tahun, tanpa kabar, dan tanpa meninggalkan jejak. Semua tidak tahu di mana dirinya berada. Askara sudah mencarinya dari ujung barat hingga ujung timur, dari ujung selatan hingga ujung utara, tidak ada satu pun jejak yang menandakan Azzura ada di mana. Hingga pelosok desap pun Askara mencarinya.
“Selama ini mbak di mana?” tanya Salma.
“Aku hanya menenangkan diriku, supaya tidak merepotkan Mas Aska dan keluarganya lagi,” jawabnya.
“Mas Aska selalu bercerita tentang mbak, dia masih sangat mencintai mbak, dia begitu kehilangan separuh hidupnya, Mbak. Mungkin kalau tidak ada Afifah, Mas Aska sudah tidak memikirkan lagi hidupnya,” ucap Salma.
“Tapi dokter sudah menyempurnakan hidup Mas Aska dan Afifah,” ucapnya.
“Kalau soal itu saya tidak tahu mbak. Aku tidak tahu bagaimana hidup Mas Askara, setelah denganku, sempurna atau tidak. Tapi pada Afifah, saya menyayangi Afifah seperti anakku sendiri,” jawab Salma.
“Izinkan aku di sini bersama Afifah dan Mas Aska lagi, Sal. Hanya sebentar,” pinta Azzura.
“Untuk masalah itu, mbak bicarakan dengan Mas Aska, saya tidak berwewenang untuk itu,” jawab Salma.
Sebetulnya Salma ingin menolaknya, tapi tidak mungkin Askara menolak permintaan Azzura. Dari sorot matanya saat menatap Azzura, Askara masih menyimpan sejuta cinta untuknya.
“Apa aku harus merelakannya dia kembali dan tinggal di sini? Di rumah ini, rumah tempat suka dan dukaku dengan Mas Aska dan Fifah? Rumah untuk pulang, rumah untuk mencari bahagia dunia dan akhirat. Sekarang istri Mas Askara yang sudah bertahun-tahun meninggalkannya, hilang entah ke mana, pulang dan ingin kembali tinggal di sini. Apa aku harus menerimanya? Haruskan berakhir lagi karena orang ketiga?” batin Salma dengan merasakan sesak di dadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
guntur 1609
dasar laki2 biadab
2024-04-24
0
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-04-03
0
Hany Honey
Iya, Kakak. Terima kasih sudah mau mampir, semoga terhibur dengan ceritanya...🙏🥰
2023-10-22
0