Askara benar-benar membiarkan Salma pergi dari rumahnya. Dia hanya tidak ingin berdebat lagi, apalagi soal kamar yang menurutnya hanya soal sepele. Apa salahnya pindah kamar, ganti kamar? Toh gak akan selamanya juga, karena Askara pikir umur Azzura yang divonis dokter hanya beberapa bulan saja bertahan.
“Kenapa hanya masalah ini kamu malah pergi, Sal? Harusnya kamu tahu keadaan Zura, apa tidak bisa mengalah sedikit saja?” batin Askara.
Askara mengusap wajahnya. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Salma pergi dia pun hanya diam, karena tidak mau ada perdebatan lagi. Wajar Salma cemburu dan marah, tapi bagi Askara cemburu dan marahnya Salma sangat berlebihan.
Azzura masuk ke dalam kamar Askara, ia duduk di sebelah Askara yang sedang memikirkan kepergian Salma.
“Kenapa kamu biarkan pergi, Mas?” tanya Azzura.
“Biar, biar dia menenangkan pikirannya, daripada di sini berdebat terus. Aku tidak paham dengan sikapnya, aku hanya minta tukar kamar saja dia marah seperti itu,” jawab Askara.
“Ini kamar kita dulu, harusnya saat aku tidak di sini dan kamu menikah lagi, kamu tidak memakai kamar ini, Mas. Aku tidak mau kamar ini tersentuh perempuan lain. Meski dia sudah menjadi istrimu,” ucap Azzura.
“Kamu tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Kamu sudah di sini dengan aku, aku akan merawatmu. Kita akan cari dokter yang baik untuk menyembuhkan kamu, aku yakin kamu sembu, Ra,” ucap Askara. Lalu memeluk Azzura dari samping dan mengecup keningnya.
Afifah dari tadi terdiam, saat melihat bundanya pergi. Ia sebetulnya tidak mau bundanya pergi. Tapi, sejak kedatangan ibunya, bundanya semakin tempramen dengan ayahnya, sering marah, sering uring-uringan, dan itu hanya karena masalah ibunya. Afifah tahu ibunya ingin menempati kamar utama, dan bundanya memilih pergi daripada harus memakai kamar tamu. Afifah hanya menganggu, saat bundanya pamit.
“Bunda pergi ke mana, Yah?” tanya Afifah.
“Bunda pergi karena ada tugas di luar kota,” jawab Askara.
Afifah hanya mengangguk, dia tahu ayahnya bohong, karena dia mendengar sendiri bundanya mau pergi ke mana, dan saat bundanya pamit dengan dirinya juga bundanya tidak bilang karena ada tuga luar kota.
^^^
Salma menempati rumah dinas yang disediakan dari rumah sakit. Dia ingin mencari ketenangan sendiri, daripada di rumah, dia harus menempati kamar tamu, melihat kemesraan Askara dan Azzura, juga melihat kedekatan Azzura dengan Afifah membuat dirinya semakin stres.
Salma tidak habis pikir, Askara mudah sekali melepaskannya. Padahal dia yang tidak menginginkan dirinya pergi. Tapi, saat ia tidak mau berganti kamar, dan memilih pergi, Askaran hanya diam saja tidak mencegahnya.
“Mau mati saja nyusahin orang! Bikin rumah tangga berantakan! Kalau masih ingin dengan Mas Aska, kenapa kau dulu pergi?!” umpat Salma.
Sejak Salam disakiti laki-laki yang tak lain adalah Dimas, Santi menjadi perempuan yang keras kepala, jauh dari kata lembut ketika dia sedang kembali tersakiti. Saat Askara menyembuhkan lukanya, ia kembali menjadi pribadi yang tenang, lemah lembut, apalagi ada Afifah, dia begitu menyayangi Afifah. Namun, siapa sangka Askara malah lebih parah dari Dimas, dia kembali menerima mantan istrinya yang sudah tujuh tahun meninggalkannya. Meminta izin untuk menikahinya, dan setelah diizinkan tapi tidak menghargai dirinya sebagai istri pertamanya.
“Akan aku lihat, bagaimana kamu tanpa aku, Mas! Dan, bagaimana kamu tanpa bunda, Fifah!” umpat Salma.
Salma menata bajunya di dalam lemari. Lalu setelah itu menata tempat tidurnya. Selesai bersih-bersih rumah dinas yang ia tempati, ia segera mandi. Salma lega dan bersyukur, pergi dari rumah Askara tanpa membawa beban. Ia kira terlambat datang bulan, dirinya akan hamil, ternyata sore ini dia datang bulan.
“Syukurlah, kalau memang nasib pernikahanku dengan Askara sampai di sini, ya sudah aku bisa apa? Aku pergi tanpa beban, aku tidak hamil, aku tidak ditinggali buah hati dari Askara. Silakan dia bersenang-senang dengan keluarga baru rasa lama! Aku tidak peduli, aku akan buktikan aku bisa tanpamu, dan kamu akan menyesal sudah membuatku begini!” ucap Salma.
Salma tidak peduli kalau dia yang dicap sebagai perempuan yang egois dan tidak mengerti keadaan. Biarkan saja Askara menganggap dirinya egois karena tidak mau mengalah dengan Azzura, sering cemburu, dan marah-marah. Salma hanya perempuan biasa yang dalam hatinya terdalam dia tidak mau dimadu, hanya karena merasa kasihan dengan Azzura, dia akhirnya rela. Tapi, apa yang ia dapat? Orang yang dikasih hati, malah seperti mengusirnya. Dia harus merelakan dimadu demi Azzura, tapi Azzura tidak tahu diri, meminta kamar yang ditempati Salma dengan Askara, untuk ditempati dirinya dengan Askara, sedangkan Salma disuruh tidur di kamar tamu.
Pada umumnya istri kedua menurut apa kata istri pertama. Mau dikasih tempat tidur di mana pun, harusnya mau. Bukan malah ingin menguasai. Sudah untung dikasih hati dan dikasih izin untuk menjadi istri kedua, tapi malah bersikap seolah-olah harus diutamakan.
“Aku tidak mau ambil pusing. Ya anggap saja aku ini sedang liburan, melepaskan tanggung jawabku sebagai seorang istri. Tidak meladeni suami, tidak mengurus anak, tidak mikir mau masak apa, tidak mikir harus bangun pagi untuk menyiapkan ini itu? Selamat menunaikan tugasmu sebagai istri, Azzura. Kini aku bebas, meski masih terikat!” ucap Salma membanggakan diri.
^^^
Dimas baru saja melihat berita di internet bahwa pengusaha bernama Askara, yang binsnya sedang berkembang pesat itu, sekarang menikah lagi, menikahi istri pertamanya yang sudah tujuh tahun menghilang, dan kini kembali lagi. Berita yang sedang tranding di internet itu membuat Dimas geram. Apalagi terlihat jelas siapa istri pertama Askara. Padahal pernikahannya diadakan secara diam-diam, hanya dihadiri keluarga saja. Namun, meski begitu, pasti ada salah satu yang bocor, yang menyebar luaskan berita bahwa dirinya menikah lagi.
“Kenapa Salma mengizinkan dia menikah lagi? Sedangkan dulu denganku? Dia bersih keras tidak mau dimadu, meski Rani siap berbagi? Sekarang dia malah mau dimadu? Tapi, aku tidak yakin dia mau, aku yakin Salma terpaksa. Aku harus cari tahu ini. Iya, aku juga harus tanya ibu. Aku yakin ibu pasti tahu,” gumam Dimas langsung beranjak dari tampat duduknya.
Ia mengambil kunci mobilnya, lalu ke rumah ibu mertuanya yang rumahnya masih satu kota dengan dirinya.
“Kenapa Askara melakukan itu? Dia bodoh sekali, menikahi mantan istrinya dulu? Yang sudah hilang tujuh tahun lalu? Lalu kenapa Salma mau? Aku juga dulu menikahi Rani, tapi itu karena permintaan terakhir ayahnya. Aku sama sekali tidak mencintainya, dan aku menikahinya juga demi menyelamatkan perusahaanku yang sedang diujung tanduk, tapi aku tidak memberitahukan Salma, karena aku tidak mau Salma tahu, perusahaanku sedang porak-poranda saat itu. Hanya ayahnya Rani yang bisa membantu, tapi dengan syarat, aku harus menikahi Rani, sebagai imbalannya. Karena ayahnya ingin melihat putri semata wayangnya menikah dengan orang yang tepat, ayahnya Rani mempercayaiku, meski Rani menjadi istri kedua,” gumam Dimas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
russsbar
2024-04-03
0