Askara tidak menyangka Salma akan setega itu pada Azzura. Setelah tahu di IGD pasien yang terbaring adalah Azzura, Salma bukan menanganinya, tapi dia malah menyuruh suster menghubungi dokter lain. Padahal Salma dokter yang menangani Azzura sejak dulu, hingga kemarin bertemu lagi di rumahnya.
Mungkin karena Salma sudah terlanjur kecewa pada dirinya sampai-sampai dia tidak mau menangani Azzura, dan malah pulang. Askara tidak terima diperlakukan itu oleh Salma, dan dia melapor pada Acha, yang tak lain adalah budhenya.
“Kalau dia benci aku dan Zura silakan! Tapi dia dokter budhe, dia kerja di sini, dan ada pasien, dia langsung mninggalaknannya begitu saja! Dia tahu Azzura sedang tidak baik-baik saja, apa sih susahnya dia tangani Azzura dulu yang sedang gawat darurat, bukan malah menyuruh suster menghubungi dokter lain, untuk menangani Zura?” Askara tidak bisa membendung kemarahannya. Dia benar-benar marah dengan sikap Salma yang melibatkan persoalan pribadi di dalam pekerjaannya.
“Nanti budhe tegur dia. Dia memang sedang tidak baik-baik saja. Budhe tadi sempat bicara sama dia, ya budhe tahu dia kecewa sekali dengan kamu, budhe pun kecewa dengan kamu yang malah seperti itu, terkesan mementingkan Azzura saja, dan tidak memikirkan perasaan Salma. Nanti budhe bilang baik-baik dengan dia, pikiran dia sedang kalut. Kamu juga harus tahu, Askara, di dunia ini, tidak ada wanita yang mau dimadu. Meskipun sudah adil sekali pun, tetap ada rasa cemburu di antara mereka, apalagi yang seperti kamu? Kamu lebih mementingkan Zura, menuruti apa mau Zura, sedang kamu tidak melihat bagaimana keadaan hati Salma? Okelah Zura sedang sakit keras, tapi jangan kau buat sakit Salma juga, batin yang sakit berpengaruh terhadap pikiran, kesehatan, dan lainnya, Aska!”
Acha berusaha tidak berpihak pada siapa pun. Askara jelas salah, karena sudah memperlakukan Salma seperti itu, pun Salma, dia juga salah karena ada pasien dia malah melempar ke dokter lain, padahal dia juga pernah menangani Zura. Lebih baiknya Salma tangani dulu, bukan dia tidak bertindak, malah langsung menyuruh suster menelefon dokter lainnya.
Askara hanya diam saat budhe nya bicara seperti itu. Dia memang tidak adil pada Salma. Adil yang ia janjikan menguap begitu saja, ketika Azzura merayu dan membujuknya, dia lupa dengan perasaan Salma saat ini.
“Kenapa budhe gak keluarin Salma dari rumah sakit ini saja?”
“Kau gila, Hah! Kau boleh marah dengannya! Tapi di rumah sakit ini punya peraturan yang tidak sembarangan! Budhe yang masih meminta Salma di sini, kontrak dia di sini masih panjang, dia memang sudah mengajukan pengunduran diri, karena dia tidak hanya dinas di rumah sakit ini. Dia dinas di rumah sakit lain sekarang, tidak hanya di sini, karena itu budhe minta Dokter Tirta ke sini. Dia juga bagus, tidak kalah dengan Salma,” jelas Acha.
“Kapan Salma ajuka resign?”
“Tiga hari yang lalu. Tapi, budhe tolak dengan baik-baik, budhe minta dia pikirkan lagi baik-baik. Karena budhe tahu, dia hanya emosi sesaat. Apalagi kamu ke Bali tidak bilang sama dia, kan? Tidak pamit dia sama sekali? Kamu tahu perasaan dia hancur, Askara!”
“Iya, aku memang sengaja tidak bilang, daripada ujungnya berdebat!”
“Gak seperti itu caranya, Askara! Kamu ini punya dua istri, ciptakan komunikasi yang baik dengan mereka! Gak seenaknya saja!” tutur Acha.
“Bagaimana aku bisa komunikasi dengan baik, kalau dia diajak bicara saja selalu ngajak ribut!”
“Karena kamu gak pakai hati bicaranya?” jawab Acha.
Ya benar, Askara mengakui jika bicara dengan Salma selalu ketus, dan nantinya malah menimbulkan perdebatan yang membuat Salma semakin naik pitam.
^^^
Salma sampai di rumah dinasnya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Ada rasa menyesal saat tadi dia menolak menangani Azzura. Ya, karena dia selama ini paling tidak tega menelantarkan pasien, tapi tadi dia malah membiarkan Zura kesakitan. Dirinya hanya menyuruh suster menghubungi dokter lain, dan selanjutnya hanya diam saja melihat Zura merintih kesakitan. Tidak ada tindakan yang ia lakukan terhadap Azzura.
“Biar saja, kalau Mas Aska menuntutku kalau terjadi apa-apa sama Zura saat tadi, aku siap dengan tuntutannya. Dia juga salah, dia sudah menyakiti hati istri pertamanya. Lantas, salahkah aku jika membuat Zura kesakitan?” batinnya.
Salma mengusap kasar wajahnya. Dia baru kali ini benar-benar tega dengan pasiennya, meski terhadap Zura saja. Iya dengan Zura saja, tapi dengan pasien lain, dia selalu ramah, tidak pandang bulu, bahkan dia kadang menyisihkan uang gajiannya untuk membantu pasien yang kurang mampu.
Kalau butuh saja Askara menghubungi dirinya, mengajak bicara dirinya. Seperti sekarang, Askara terus menelefon Salma, entah mau bicara apa dengan Salma, tapi Salma tidak mau menerima panggilannya.
Dari kemarin ke mana saja? Dia malah asik liburan atau bulan madu di Bali bersama Zura dan anaknya. Askara sama sekali tidak pamit, tidak mengabari untuk sekadar basa-basi menawari dirinya ikut atau bagaimana. Toh kalau Salma ditawari untuk ikut juga pasti dia menolaknya? Tidak mungkin Salma ikut hanya untuk menyaksikan kebahagiaan mereka yang baru saja tercipta lagi.
Salma semakin tidak nyaman dengan dering telefon yang mengganggu dirinya, akhirnya dia menonaktifkan ponselnya, supaya Askara tidak menghubunginya lagi. Salma melempar ponselnya, dia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Cukup lama dia mandi, dia yang baru saja keluar dari kamar mandi mendengar pintu depannya diketuk, ada seseorang yang datang ke rumahnya.
“Iya sebentar!” teriak Salma.
Dia memakai baju lebih dulu, karena dia hanya memakai handuk yang ia lilitkan di tubuhnya. Setelah itu, dia membukakan pintu rumahnya. “Mas Aska? Ada apa ke sini?” tanya Salma. “Masuk, Mas.” Salma mempersilakan Askara masuk ke dalam rumahnya.
Mereka duduk di ruang tamu saling berhadapan. Tujuan Askara mendatangi rumah Salma karena dia ingin mengajak Salma pulang. Dia ingin Salma kembali ke rumah, supaya Afifah ada temannya saat dia sedang menjaga Zura. Zura akan Aska bawa ke Singapura lagi, untuk berobat di sana lagi.
“Sal aku mohon, pulang Sal,” pinta Askara.
“Untuk apa? Aku kan sudah tidak dibutuhkan lagi?” jawab Salma.
“Temani Fifah, dia sendiri di rumah, aku harus mengurus Zura, dia mau aku bawa ke Singapura,” ucap Askara.
“Kamu punya pembantu, masih punya bunda, biasanya juga Fifah sama oma dan opanya?” jawab Salma. “Lagian kalau aku di sana, juga aku kerja, sampai sore, sama saja, kan?” imbuhnya.
“Sal aku mohon, Sal,” pinta Askara.
“Kembalikan kamarku dulu, aku yang berhak menempati kamar itu dengan suamiku, karena aku istri pertamamu! Dia memang pernah jadi istri pertama, tapi sudah beda keadaannya! Harusnya istri pertama yang mengatur, bukan malah istri barumu itu! Kalian tidak tahu malu, ya? Sudah aku izinkan untuk menikah, gini main atur-atur aku!” ucap Salma.
“Sal, aku bicara baik-baik, aku minta tolong baik-baik sama kamu, tapi kamu kok gini jawabannya? Selalu ngotot?” ucap Askara.
“Harusnya kamu pikir sendiri kenapa aku bisa begini! Jangan salahkan aku yang menjadi kasar, karena kalian juga manusia-manusai egois!”
“Kamu yang egois, Sal!”
“Yang egois itu, yang pergi tanpa pamit sampai bertahun-tahun, lalu pulang tanpa rasa bersalah, dan menyingkirkan perempuan lain yang sudah membuatmu kembali hidup lebih baik! Itu yang egois! Aku wajar egois, karena suamiku direbut lagi oleh mantan istrinya yang tidak tahu diri, yang meninggalkan suami dan anaknya tanpa pamit selama bertahun-tahun! Apa aku salah jika sikapku berubah begini?” ucap Salma. “Pergi dari sini, aku tidak akan kembali, aku akan urus perceraian kita, karena lebih baik aku bercerai daripada hidup dengan manusia bermuka dua seperti kalian!” usir Salma.
“Aku tidak akan melepasmu, Salma!”
“Tidak akan melepasku, tapi kamu mengeluarkanku dari kamarku, hanya untuk ditempati kamu dengan istri barumu? Kau suami macam apa, hah? Pikir pakai otak!” erang Salma.
“Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Salma!”
“Kenapa? Sekarang kamu kan sudah dapat istri yang sempurna? Istrimu yang pintar masak, masakannya enak, lemah lembut, dia penurut, kan sudah kembali? Untuk apa kamu masih mempertahankan aku yang egois, pemarah, pembangkang, gak bisa masak, dan masakannya selalu tidak enak. Gak bisa ngasih kamu anak pula? Untuk apa istri macam ini kamu pertahankan, hah? Lepaskan saja, Mas! Lepaskan!” sarkas Salma.
“Sampai kapan pun, aku tidak akan melepaskanmu, Sal. Kamu harusnya tahu, kamu harusnya paham, aku seperti ini karena aku ingin memberikan semangat di sisa akhir hidup Zura, Sal?”
“Tapi bukan berarti kamu mengabaikan aku, Mas! Mau kamu menemani Zura setiap hari aku tidak masalah. Yang jadi permasalahannya, kenapa kau usir aku dari kamarku?! Itu yang membuat aku murka! Demi permintaan dia, dan sekarang aku harus menuruti permintaanmu demi dia? Aku tidak sudi! Camkan itu! Mau mati saja nyusahin!” erang Salma.
“Kamu bilang apa tadi?”
“Dia mau mati saja nyusahin! Dengar?! Keluar sana!” pekik Salma mengusir Askara.
“Kau tidak punya hati, Sal!”
“Terserah kamu mau bilang apa! Kamu ngaca, Mas! Ngaca! Punya hati gak kamu?”
“Dasar perempuan tidak punya hati!”
“Terserah kamu mau bilang apa. Aku bilang pergi dari sini, cepat pergi!” teriak Salma dengan mengusir Askara.
Askara beranjak dari tempat duduknya. Niat hati dia ingin bicara baik-baik dengan Salma, tapi Salma selalu pakai otot saat bicara.
^^^
Salma menenangkan hatinya. Sesak sekali rasanya, Askara ke rumah hanya kalau ada maunya. Salma tidak habis pikir, kalau Askara akan bicara seperti itu padanya.
“Ya, aku memang tidak punya hati. Dari awal aku sudah tidak mau untuk dimadu. Aku hanya kasihan pada Zura, itu kenapa aku setuju kamu menikahi Zura, Mas. Tapi, kenapa kalian malah seakan mau menyingkirkanku? Kenapa Zura juga tega, seperti ingin mengambil alih aku yang menjadi istri pertama? Hingga kamar pun dia minta lagi, dan ingin seperti dulu lagi? Bukannya terima kasih dan merasa tidak enak hati denganku yang mengizinkan Askara menikahinya, tapi malah seolah dia ingin menyingkirkan aku,” batin Salma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Nyoman Sumiati
dari pada sakit hati lebih baik pisah, aska juga istri barunys egois & gak adil juga
2023-10-23
2
Sri Wahyuni
dah salma cerai az jngn bnyk ngomong prcuma az biarin aska trpuruk lgi kmu jngn jd oon
2023-04-21
1
𝚁⃟• ꂵ꒤ꇙꋊ꒐꒐ ✨ꃅꀤꍏ꓄ꀎꌗ✖️
asli laki"yg spt ini enaknya di hrmpas jauh dr muka bumi gak ada hati itu justru kamu aska pisah aja sal balik aja sm dimas🤭😂😂😂😂
2023-04-17
1