Sudah satu minggu Zura di rumah Askara. Azzura ingin dekat dengan Askara lebih lama, tapi ia tidak memiliki waktu cukup lama. Bertemu Askara saat sarapan saja, dan makan malam. Itu pun kalau Askara pulang tidak kemalaman, kalau kemalaman Askara tidak makan malam di rumah, dan dia langsung masuk ke dalam kamarnya.
Begitu pun Askara. Dia sebetulnya ingin ngobrol lama dengan Zura, tapi dia tidak enak dengan istrinya yang kadang selalu berpikiran negatif pada Askara. Wajar Salma selalu khawatir suaminya akan kembali dengan mantan istrinya, apalagi tinggal serumah bersama, setiap hari tahu keadaannya. Tapi, Askara menilai Salma begitu berlebihan.
Bagaimana tidak berlebihan menurut Askara. Setiap Askara menanyakan keadaannya dan ngobrol sebentar saja dengan Azzura, Salma udah uring-uringan? Salma cemburu yang terlalu berlebihan menurut Askara. Seperti malam ini, Salma ngambek lagi dengan suaminya, karena Askara pulang kerja langsung melihat kondisi Azzura di kamarnya, langsung tanpa ganti pakaian lebih dulu. Ia juga mengajak ngobrol Azzura cukup lama, hingga Salma yang sudah menyiapkan makan malam tidak dihiraukan mereka yang sedang asik ngobrol. Memang saat itu dengan Afifah juga di kamar Zura. Afifah juga semakin dekat dengan Zura. Bagi Salma, tidak masalah Afifah dekat dengan Azzura, bagaimana pun Azzura adalah ibu kandungnya. Namun, saat melihat Askara dekat dengan Azzura, amarahnya langsung memuncak. Pikirannya macam-macam, dan dirinya terlalu takut Askara kembali dengan Azzura.
“Sal, kamu ngambek kenapa lagi sih?” ucap Askara.
“Kamu pikir saja sendiri, Mas!” jawab Salma dengan langsung menutup tubuhnya dengan selimut.
“Oke, aku minta maaf, meski aku gak tahu apa salahku!” ucap Askara.
“Gak tahu apa salahmu? Aneh kamu, melakukan kesalahan sendiri, tapi gak tahu apa salahnya!” cetus Salma gemas.
“Apa aku salah, aku ngobrol sama Zura, dan ada Fifah, bukan aku dan Zura berduaan, Sal! Zura juga butuh dekat dengan Fifah! Kamu terlalu sekali cemburunya, Sal!” erang Askara, lalu meninggalkan Salma di kamar. Ia keluar, tidak mau berdebat lagi dengan istrinya yang makin over protektif sejak ada Azzura di rumahnya.
Salma menangis. Ia juga sadar, dirinya terlalu berlebihan. Padahal Salma ingin menahan diri supaya tidak berpikiran yang macam-macam, tapi selalu saja pikiran takut kalau Askara akan kembali pada Azzura terus muncul. Ia sangat takut ucapan Dimas terulang lagi, dan Askara mengulang mengucapkannya. Ia takut Askara akan menikahi Azzura menjadi istri kedua karena Azzura masih berharap kembali pada Askara.
“Apa aku salah aku terlalu takut kehilangan suamiku kedua kalinya karena orang ketiga? Apa aku salah cemburu begini? Bagaimana aku tak cemburu, dari sepulang kerja, Mas Aska langsung masuk ke kamar Mbak Zura karena dipanggil Afifah, mereka bersama hingga sehabis maghrib, dan Mas Aska sama sekali lupa kalau dirinya belum mengganti bajunya. Sepatu kerjanya pun masih menempel di kakinya. Bahkan aku berulang kali menegurnya untuk ganti baju dulu, Mas Aska tidak memedulikannya. Ini baru satu minggu, entah minggu depan, bulan depan, tahun depa, akan bagaimana keadaan rumah tanggaku. Rasanya kepalaku mau pecah saat marah seperti ini,” ucap Salma dalam hati.
Salma menyibakkan selimutnya, ia bangun dari tidurnya sudah hampir satu jam suaminya tidak kembali ke kamarnya. Salma tahu Askara sangat marah dengan dirinya, yang terlalu cemburu dan over protktif.
Salma keluar dari kamarnya, dia mendengar Askara sedang ngobrol di ruang tamu. Ia tahu pasti sedang ngobrol dengan Azzura. Salma mendengarkan percakapan mereka
“Salma terlalu cemburu, Ra,” ucap Askara.
“Ya wajar cemburu, Mas. Tapi kalau berlebihan juga aku yang gak enak. Apa baiknya aku ngontrak atau bagaimana, Mas? Aku semakin merasa tidak enak di sini, Mas. Seminggu di sini, Salma juga semakin diam, hanya kalau memeriksaku saja dia bicara ramah,” ucap Azzura.
“Salma tidak setuju kalau kamu aku kontrakkan rumah untuk tempat tinggal kamu, Ra,” uccap Askara.
“Kenapa? Daripada di sini dia selalu nething sama aku dan kamu?” ucap Azzura.
“Aku akan bicara dengan dia nanti. Aku juga lelah dengan sikap dia akhir-akhir ini. Mau tidur kamu selalu berdebat lebih dulu, Ra,” ucap Askara.
“Kamu yang sabar, Mas. Wajar dia seperti itu, dia juga lelah bekerja,” ucap Azzura.
Salma tidak jadi keluar mencari suaminya, dia kembali ke kamar lagi. Salma meringkuk, lalu terisak. Dadanya begitu sesak mendengar suaminya curhat pada mantannya tentang dirinya.
“Apa aku harus diam? Membiarkan mereka mau seperti apa? Iya, baik. Aku harus diam. Aku tidak akan lagi mempermasalahkan mau bagaimana mereka. Aku harus bisa, aku tidak mau menyakiti diriku sendiri, dengan terlalu memikirkan mereka. Terserah mereka mau apa, aku sudah memperingatkan Mas Aska tapi tetap saja, ya sudah?” ucap Salma dalam hati.
Azzura dipanggil perawat yang menjaganya untuk segera minum obat dan istirahat.
“Bu, sudah waktunya ibu minum obat lalu istirahat,” ucap suster yang merawat Azzura.
“Iya, Sus,” jawab Azzura.
“Kalian tidak disuruh Salma? Tumben baru jam segini Zura sudah disuruh minum obat dan istirahat?” tanya Askara. Ia mengira Salma yang menyuruh Azzura minum obat dan istirahat, padahal dirinya belum selesai ngobrol dengan Azzura.
“Kan memang sudah waktunya, Pak. Memang Dokter Salma juga yang memberikan jadwalnya?” jawab suster tersebut.
“Benar begitu, Azzura?” tanya Askara.
“Iya, kalau jam sembilan memang sudah harus minum obat dan istirahat mas,” jawab Azzura.
“Ini bukannya masih setengah sembilan. Masih ada tiga puluh menit kalian menyuruh Azzura minum obat dan tidur? Nanti sesuai jamnya saja!” tegas Askara. “Kalian tidak lihat kami sedang bicara?”
“Baik, Pak,” ucap Suster tersebut menuruti perintah Askara.
Askara yakin kalau Salma yang menyuruh suster itu supaya Azzura ke kamar dan tidak mengobrol dengan dirinya.
Setelah selesai ngobrol dengan Azzura, Askara menyuruh Azzura minum obat lalu istirtahat. Askara memapah Azzura masuk ke kamarnya, dan menyuruh Azzura segera istirahat. Setelah memastikan Azzura tidur, Askara keluar dari kamar Azzura. Ia kembali ke kamarnya, melihat Salma yang sudah tertidur, tapi Askara yakin kalau Salma pura-pura tidur.
“Gak usah pura-pura tidur, Sal! Kamu yang nyuruh Azzura cepat-cepat minum obat dan istirahat, kan? Biar aku gak ngobrol dengan Zura?” ucap Askara dengan menatap Salma yang sudah tidur, tapi Askara mengira Salma pura-pura tidur.
Salma diam saja, karena dia benar-benar tidur. Tidak menjawab sama sekali, apalagi bangun dari tidurnya.
“Gak usah pura-pura tidur, Sal!” Askara tambah tidak percaya kalau Salma sudah tidur. Askara memilih tidur di luar. Ia membawa bantal keluar, dan tidur di sofa yang berada di depan kamar Azzura.
^^^
Salma terjaga dari mimpinya. Napasnya terengah-engah, keringat dingin mengucur keluar, dia begitu takut karena mimpinya.
“Ya Tuhan ... mimpi apa aku? Mas Aska?” Salma tidak mendapati suaminya di tempat tidurnya. Padahal biasanya kalau dia mimpi buruk Askara selalu menenangkannya. Malam ini tidak ada Askara di sebelahnya. Ia melihat jam dinding, sudah pukul satu malam. Tapi, suaminya tidak ada di tempat tidur.
Salma keluar kamarnya setelah meredakan rasa takutnya. Ia keluar untuk mengambil minum ke dapur. Ia melihat suaminya tidur di sofa ruang tengah yang berada tepat di depan kamar yang dipakai Azzura. Salma melangkahkan kakinya, tapi seketika langkahnya berhenti, saat melihat Azzur keluar dengan membawakan selimut, mendekati Askara dan menyelimuti Askara. Untung saja lampunya sudah gelap, jadi Azzura tidak melihat Salma yang berdiri di dekat pintu kamar Salma.
Salma melihat Azzura mengusap wajah Askara, lalu mengecup kening Askara. Dia mendengar Askara mengigau, memanggil namanya. “Jangan pergi, Sal.” Lalu menarik tangan Azzura dan membuat tubuh Azzura limbung di atasnya. Askara memeluknya, dan kembali tertidur. Salma mengurungkan niatnya untuk ke dapur. Dia kembali ke kamarnya dengan perasaan yang tidak keruan melihat Askara memeluk Azzura. Apalagi saat Azzura mencium kening Askara.
Meskipun Askara menyebut namanya, tapi ia juga sakit hati melihat Azzura di peluk Askara.
“Aku tahu kamu tidak ingin aku pergi, Mas. Tapi, kalau begini terus apa aku tahan dengan keadaan ini?” gumam Salma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
guntur 1609
dari situ saja kau sdh kelihatan aska. kau belajar kalau mama mu dulu pernah di tinggalkan sm ayahmu. jangan kebodohan ayahmu terulang lagu sm kau
2024-04-24
0
guntur 1609
ya kalau gtu. ya gak usah kau urus mantanmu. siapa yg mau kalau di hadapkan hal seperti tu
2024-04-24
0
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
2024-04-03
0