MARRIED WITH MR. COOL

MARRIED WITH MR. COOL

PENGKHIANATAN

Hah!

Helaan napas mengembus pelan dari hidung wanita cantik yang terlihat tergesa-gesa dipinggir jalan.

Sejak tadi ia terus menerus melirik jam yang sedang melingkar dipergelangan tangan kirinya. “Astaga, aku bisa telat menemui Derwin di cafe Sofia. Aku tidak ingin ia menungguku lama,” desus pelan dari bibir tipis wanita berusia 27 tahun bernama Raya Sena.

“Kenapa gojeknya belum datang juga ya? Apakah aku perlu mengirimkan pesan kepada Derwin, aku tidak ingin membuatnya menungguku sedetikpun,” gerutunya kembali sembari menjitjitkan leher seperti hewan jerapah melihat seorang yang mengenakan helm hijau di depan rumahnya.

Derwin, pria yang sangat Raya sayangi. Raya adalah wanita yang selalu mengorbankan apa pun kepada pria yang sangat mencintainya. Mereka telah menjalin hubungan yang begitu lama, jadi wanita ini mempercayakan penuh perasaannya kepada pria yang berjanji akan menikahinya dalam waktu dekat ini.

Raya merogoh ponselnya dalam tas, ia meminta maaf kepada kekasihnya karena ia mungkin akan datang telat.

“Win, maafkan aku. Mungkin aku tidak bisa menemuimu tepat waktu, tunggu aku ya Sayang ...,” pesannya.

Dreet!

Raya mendapatkan balasan dari sang kekasih. “Iya.”

Wanita cantik yang memiliki lesung pipi itu menyunggingkan bibirnya. Bukan karena senang mendapatkan balasan secepat kilat dari sang kekasih, tapi ia merasa jika Derwin akhir-akhir ini membalas pesan semakin singkat dan sikapnya begitu dingin.

Beberapa menit kemudian, abang ojol datang dan meminta maaf kepada Raya karena jalanan ibukota sangat ramai. Terlebih ada carnaval untuk memperingati perayaan ulang tahun kota tersebut.

“Tidak masalah Bang, saya minta tolong antarkan ke cafe Sofia ya,” suruh Raya menundukkan kepalanya.

Raya memang memiliki kepribadian yang sangat lembut dan selalu sopan kepada siapa pun. Ia tidak akan memandang bulu untuk memberikan kehormatan kepada seorang manusia.

Sampainya di cafe yang memiliki bangunan indah seperti cafe-cafe Eropa. Ia segera melangkahkan kaki menuju tempat duduk paling pojok dengan wajah sumringah.

Ketika Raya melambaikan tangan kepada pria yang mengenakan jas berwarna abu-abu itu, pria tersebut malah memalingkan pandangan dan menyerumput cangkir yang berisikan coffe.

Hmm!

‘Apakah dia mencoba mengabaikanku?’ bisik Raya dalam hatinya.

Perubahan sikap Derwin begitu terlihat jelas. Biasanya ketika mereka memutuskan untuk bertemu di suatu tempat, Derwin akan dengan bahagianya melambaikan tangan ke arah Raya dan selalu berkata, “Aku menunggumu, Sayang.” 

Tapi kata-kata itu begitu sulit untuk didengar kembali di telinga Raya dari mulut Derwin.

Hmm!

Raya lagi-lagi harus menghela napas dengan perlahan. Ia menghampiri Derwin dengan senyum indahnya. 

“Win? Apakah kamu sudah menungguku sejak tadi? Maaf ya jika kamu ...,” ucapan Raya dipotong dengan pria itu.

“Sudah tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Kamu selalu melebih-lebihkan sesuatu yang tidak perlu dilebihkan.”

Raya menggeser tempat duduk dan ia berhadapan kini dengan sang kekasih, sembari memiringkan kepalanya karena tidak mengerti dengan apa yang telah dikatakan Derwin.

“Maksudmu bagaimana, Win? Aku merasa bersalah karena diriku telat datang untuk menemuimu.”

Bukannya melihatkan ekspresi yang ramah, Derwin malah menatap Raya sinis. “Tidak perlu merasa bersalah seperti itu, kamu kayak anak kecil saja!”

Raya semakin tak paham apa yang dimaksud dari Derwin.

Ia membuyarkan semuanya. Menggelengkan kepala pelan ketika Derwin kembali tak melihatnya. ‘Sepertinya Derwin sedang banyak kerjaan di kantor, mungkin saja hari ini dia sangat tertekan.’

“Win, apa yang ingin kamu bicarakan kepadaku? Aku rasa pertemuan ini begitu penting bagimu, karena tumben sekali kamu mendadak memintaku untuk kemari,” ujar Raya yang berusaha menumbuhkan suasana.

Glek!

Derwin menelan salivanya, ia menatap dengan tatapan kosong ke arah Raya. 

“Raya, kita putus! Aku sudah menemukan seseorang yang bisa menggantikanmu. Maaf aku tidak dapat menepati janji untuk menikahimu,” ucap Derwin dengan tatapan nanarnya.

Sontak hal itu membuat hati Raya seperti tertusuk belati yang begitu tajam. Matanya mengembang dan bibirnya gemetaran, tak mampu untuk berkata-kata.

Hah?

“Kenapa tiba-tiba begini Win, apa salahku? Tolong komunikasikan dengan baik-baik, bila ada hal yang membuatmu tak suka. Kamu sudah berjanji ‘kan padaku jika tiga bulan lagi kita akan menikah. Hubungan kita tidak sebentar Win, sudah lima tahun.”

Raya tak mampu menahan rasa perih, sampai matanya kini berkaca-kaca memendung gejolak dalam hati dengan situasi ini. Ia sangat berharap jika Derwin hanya berbohong mengatakan hal itu kepadanya.

“Kamu berbohong ‘kan Win? Aku tahu kamu adalah pria yang sangat suka bercanda, tapi kali ini leluconmu itu tidak lucu. Aku mohon katakan jika ini adalah salah satu candaanmu?”

Raya berusaha menggapai tangan Derwin. Namun, pria itu seperti menghela napas dengan kasar. Ia pun kembali berkata dengan begitu tegas dan nada suaranya ditinggikan, “Ini bukan lelucon sama sekali, Raya. Aku tidak berbohong! Aku ingin segera mengakhiri hubungan kita.”

“Tapi kenapa? Pasti ada alasannya bukan? Apakah kamu tidak mengingat suka duka kita tidak mudah untuk mempertahankan hubungan ini, Win?”

Raya menundukkan wajahnya, setelah menatap lirih ke arah sang kekasih. Ia pun meneteskan air mata begitu banyak. Raya bukanlah wanita yang lemah, tapi tidak ada wanita yang mampu tak menangis ketika mendengar keputusan sepihak dari kekasih yang masih sangat ia cintai.

Terlebih mereka berencana untuk hidup bersama dalam tiga bulan terakhir ini.

“Apakah harus ada alasan ketika aku memutuskan untuk putus? Kamu sudah dewasa Raya, kamu pasti tahu alasanku memutuskan hal ini. Untuk apa kita bersama jika ujung-ujungnya akan berpisah pada saat kita menikah nantinya? Aku sudah tidak bisa melanjutkan hubungan ini, dan terima kasih banyak atas waktumu untukku,” jelas Derwin.

“Apakah kamu bosan denganku Win? Apakah ucapan aku mencintaimu setiap kali sejak dulu bisa berubah? Apakah perasaanmu secepat itu berubah?” Raya masih belum puas dengan penjelasan Derwin tadi yang memutuskan tindakan hanya sepihak.

Raya melirik wajah sang kekasih dengan sendu. Ia ingin mendengar jawaban jujur dari Derwin. “Tolong katakan kepadaku, siapa pengganti yang bisa membuatmu berpaling dariku, Win?”

Derwin seperti enggan untuk memberitahu Raya, “Kamu tidak perlu tahu siapa yang kini mampu membuat hatiku tenang.”

Tiba-tiba datang seorang wanita yang mengenakan dres berwarna coklat cerah. Tentu saja wanita itu adalah seseorang yang sangat dikenal oleh Raya.

Raya tampak bingung kenapa sahabatnya berada di sini juga, “Sarah, kenapa kamu ada di sini?”

Dari tatapan Sarah, Raya memahami seperti ada yang tidak beres. Biasanya sahabatnya itu selalu bersikap peduli dan tidak akan pernah membiarkannya meneteskan air mata, tapi kini berbeda.

Sarah hanya memandang Raya dengan tatapan nanar dan tanpa ekspresi sembari memegangi perutnya yang sedikit mengembang.

“Maafkan aku Raya. Aku telah mengandung anak dari Derwin dan kami saling mencintai. Semoga kamu ikhlas dengan hal ini," ucapan spontan yang membuat kedua bola mata Raya membulat besar.

***

Follow Ig Vhiaazaira

Terpopuler

Comments

yelmi

yelmi

baru mampir di karya baru mu tor
semangat nulis dan sehat selalu👍 ❤️

2023-10-13

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

tapi lanjut baca besok aja

2023-07-01

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

aku kok baru tau ada cerita baru

2023-07-01

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 71 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!