PERJODOHAN

Raya duduk di belakang dan ia hanya menatap pria setengah baya dengan tampilan rapi sedang menyetir mobil.

Sungguh begitu perih rasanya, ia tidak paham dengan apa yang dimaksud ayahnya. ‘Kenapa Ayah melakukan ini kepadaku?’ lirihnya dalam hati, tapi kini ia tidak meneteskan air mata.

“Nona, apakah Anda baik-baik saja?” tanya Pak Iful begitu sopan sembari melirik Raya dari kaca spion depan.

Hah!

Glek!

Raya menelan salivanya, dan menghembuskan napas. “Apa saya terlihat baik-baik saja, Tuan?” Raya malah balik bertanya, karena ia tidak tahu harus melakukan apa. Ingin rasanya ia mendorong pintu mobil dan meloncat di jalan raya ramai ini, tapi ia masih ingin tetap melanjutkan hidup. Agar dia bisa menampakkan kehidupan bahagia setelah dirinya dikhianati oleh sang mantan kekasih dan sahabatnya itu.

“Maafkan saya Nona Raya, sepertinya Anda tidak baik-baik saja. Tapi tenang saja, Tuan Wiguna Moise adalah orang yang sangat baik hati dan memiliki karakter begitu indah,” jelas Pak Iful sembari melemparkan senyuman kepada wanita dewasa itu.

Baru kali pertama Raya tidak membalas senyuman dari seseorang yang melemparkan senyuman kepadanya. Ia hanya menampakkan ekspresi datar. 

“Tuan bolehkan aku menanyakan suatu hal kepadamu?” Raya mendesus lirih.

“Tentu saja Nona Raya, saya akan menjawab pertanyaan Anda jika saya mengetahui hal yang Anda tanyakan.”

“Tuan, siapa itu Tuan Wiguna Moise? Apa yang akan Beliau lakukan kepadaku?” Raya harus berpikir positif, tapi sejak tadi  pikirannya dilintasi hal negatif. Seakan dia akan menikahi dengan seorang pria yang begitu mengerikan.

Hahaha!

Pak Iful tertawa kecil, ketika melihat mimik wajah Raya yang sangat ketakutan. Terlebih wanita itu mengingat kata-kata sang ayah yang berucap bahwa dia harus memuaskan seorang pria yang membelinya.

“Nanti Nona Raya juga akan tahu siapa Beliau. Tapi saya terangkan sekali lagi, jika Tuan Wiguna adalah pria yang tidak seperti Anda bayangkan saat ini.”

‘Aku harap seperti itu,’ bisik Raya dalam hatinya.

Bukannya ia pasrah dengan keadaan, ia hanya akan mengikuti alur kehidupan sampai di mana ia harus menyerah dan meninggalkan semua ini.

Ia berharap penuh, apa yang dikatakan pria yang sedang sibuk menyetir itu memang benar. ‘Aku yakin Tuhan tidak akan pernah membiarkan umat-Nya bersedih. Atau mungkin kondisi ini membuatku lebih baik?’

Sampailah di rumah dengan arsitektur bergaya Eropa. Lukisan dan patung indah menyambut Raya serta banyak pelayan yang menundukkan kepala kepadanya.

Tidak seperti orang pada biasanya yang selalu menganga dan takjub dengan keindah kediaman keluarga Moise ini. Raya hanya menampilkan wajah tanpa ekspresi dan tatapannya begitu kosong.

“Nona Raya, tunggu sebentar di ruangan ini ya. Tuan Wiguna akan segera datang,” pinta supir pribadi keluarga Moise.

“Baik Tuan,” Raya mengangguk dan menunggu di ruangan besar. Di sana ada meja dan beberapa peralatan kerja lainnya.

Raya menoleh ke arah sudut dinding, di sana ada foto besar yang menggambarkan seorang pria berwajah dingin dengan tatapan begitu tajam.

“Hmm, apakah itu yang bernama Tuan Wiguna Moise?” gumam Raya.

Ia beranjak dari duduknya, seakan ingin melihat foto dan gelar yang ada dibawah dengan jelas. 

“Direktur Utama. Tapi namanya kenapa beda, pria ini bernama Natan Moise?”

Sreek!

Seperti ada yang membuka pintu, segera Raya menoleh ke belakang.

Datang seorang pria dengan tinggi sekitar 180 cm, dengan tatapan tajam. Matanya berwarna coklat, bentuk tubuhnya atletis dan wajahnya tampak begitu sempurna.

Ia mengkerutkan dahi dan terlihat sedikit terkejut dengan keberadaan Raya. “Siapa kau? Sedang apa kau di ruanganku?!” ketus pria yang memiliki jarak usia lebih tua 5 tahun dari Raya.

Hah?

Sontak hal ini membuat Raya gelagapan, ia tidak mengerti karena ia hanya di suruh menunggu di ruangan ini dengan pria yang menjemputnya.

Raya membungkukkan badannya dan kedua tangannya di letakkan di depan sembari berucap, “Maafkan saya Tuan, saya hanya dipinta untuk menunggu seseorang di ruangan ini.”

“Siapa yang menyuruhmu? Saya tidak memiliki tamu sepertimu!” hardik pria itu ditinggikan.

Wajahnya yang sempurna seperti tiada tandingan berbanding terbalik dengan sikapnya yang sangat ketus!

‘Dia seperti pria yang ada di foto bernama Natan Moise,’ bisik dalam hati Raya.

“Saya hanya disuruh untuk ....”

Belum selesai melontarkan perkataan, pria tersebut memotong ucapan Raya. “Kau dengar tidak kata saya tadi? Saya ingin penjelasan darimu siapa yang berani mengizinkan orang yang tidak saya kenal masuk ke ruangan ini!”

Sreeg!

Ada seorang pria paruh baya dengan karismatik yang begitu luar biasa membuka pintu kembali.

“Papa yang menyuruh Nona Raya untuk menunggumu di ruang kerjamu, Natan.” Pria itu menoleh ke arah Raya dengan melemparkan senyum hangatnya.

Manik mata Raya mengembang dalam relung hatinya bergumam, ‘Itu bukannya pria yang membawaku ke rumah sakit? Pria yang sudah ku buat susah karena tindakanku begitu ceroboh. Apakah dia yang bernama Tuan Wiguna Moise?’

Hah?

Pria yang bernama Natan itu memiringkan kepala dan bertanya sejelas-jelasnya kepada sang ayah. 

“Maksud Papa bagaimana? Kenapa tumben sekali Papa tidak mengkonfirmasi mengenai seseorang yang tidak aku kenal? Jika ia melakukan tindakan yang tak benar di ruangan ini bagaimana?”

“Natan, Papa tidak akan sembarangan memperbolehkan seseorang masuk ke ruangan ini. Karena Nona Raya adalah tamu spesial kita,” ujar Wiguna sembari melirik Raya kembali dengan penuh kehangat.

Raya semakin tidak paham dengan situasi ini. Perbedaan pendapat antara putra dan ayah membuatnya semakin tidak enak.

“Maafkan saya sebelumnya Tuan. Saya juga tidak paham mengenai diri saya yang berada di sini, karena saya hanya diminta untuk menunggu seseorang ke ruangan ini,” jelas Raya dengan penuh kesopanan.

“Saya yang menyuruh Pak Iful untuk mengantarmu kemari, Nona Raya. Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah apalagi sampai meminta maaf kepada kami,” tangkas Wiguna.

Natan yang tadinya tak terima kini mencoba untuk tenang. Tapi tetap menatap sinis ke arah Raya.

“Duduk dulu ...,” ajak Wiguna kepada putranya dan Raya.

“Pa, apakah ini hal penting? Jika tidak aku akan segera mengerjakan proposal yang akan aku kirim ke rekan kerja.” Natan terlihat tidak menyukai pertemuan dirinya dengan Raya.

“Kamu jangan khawatirkan tugas itu, Natan. Biar Papa saja yang mengerjakannya. Ini adalah pertemuan penting bagimu dengan Nona Raya.” Wiguna menatap putra semata wayangnya itu dengan serius.

Hal ini membuat Natan bertanya-tanya, mengapa sang ayah bersikap seperti ini?

Di sisi lain, Raya masih memperkirakan. ‘Apa Tuan Wiguna akan memintaku untuk menjadi wanitanya?’

Semua sibuk dengan pikiran masing-masing, yang tahu jawabannya di sini hanya Wiguna Moise.

“Dengarkan Papa, Natan. Papa akan menjodohkanmu dengan Nona Raya dan permintaan Papa saat ini bernilai mutlak tidak bisa diganggu gugat!”

***

Bersambung.

Terpopuler

Comments

yelmi

yelmi

ternyata Raya mau dijodohkan sama anaknya tuan wiguna kirain buat dia😁
semangat nulis dan sehat selalu tor👍 ❤️

2023-10-13

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

kayaknya seru nih

2023-07-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 71 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!