Tidak seperti dugaan Raya, Natan akan memarahinya, karena kecerobohan wanita ini yang selalu terjatuh.
Tapi Natan malah memeluk erat tubuh wanita yang telah menjadi istri sahnya itu. Apakah ini akibat pengaruh alkohol yang diminumnya?
“Tolong lepaskan saya, Tuan Natan.” Raya menggeliat bagaikan ulat, ia ingin terlepas dari dekapan Natan yang semakin erat.
“Tetaplah seperti ini, aku sedang kacau sekali!” pinta Natan dengan suara seraknya.
Raya pun melihat wajah Natan yang memerah. ‘Ia sepertinya tidak sadar sama sekali!’ bisiknya dalam hati.
Haduh!
Geram Raya begitu canggung dengan kondisi seperti ini. “Aku harus terlepas dari pelukannya!”
Namun, ketika Raya semakin bergerak untuk terlepas dari pelukan erat itu, Natan malah terus memaksa istrinya agar tetap diam seperti ini.
“Tuan, lepaskan saya. Tolong lepaskan!”
“Aku sudah mengatakan kepadamu, tolong lah diam hanya sebentar. Aku tidak peduli meski kamu terus berusaha ingin melepaskan dekapanku. Hatiku terasa kosong, dan tidak tahu harus berbuat apa. Ada seorang wanita yang saat ini membuat diriku canggung, meski kita baru bertemu. Tapi aku yakin dia hanya ingin mengincar hartaku. Lalu masalahnya aku ingin menikah dengan wanita yang begitu aku cintai, tapi Papa tidak menyetujuinya. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” gerutu Natan yang tidak sadar mengeluarkan tetesan air mata.
Pria itu tidak sadar siapa yang di ajak bicara saat ini.
Raya hanya memperhatikan kekacauan Natan itu. Dekapan pria tampan tersebut semakin lemas, membuat Raya bisa menjauh.
Natan memijat-mijat kepalanya.
Ia tampak benar-benar frustasi. Apakah pria yang terlihat tampak sempurna seperti Natan akan lemah dengan seorang wanita?
Raya masih memperhatikan suaminya. Setidaknya dia tahu apa yang dirasakan Natan saat ini, menyangkut perasaan yang terbelenggu dalam hati pria tampan tersebut.
“Tuan Natan, apakah kamu baik-baik saja?” tanya Raya yang kebingungan harus melakukan apa.
Tanpa kata, Natan memejamkan matanya dan tidur di atas lantai.
“Tuan, bangunlah jangan tidur di bawah. Nanti Anda sakit. Saya mohon ...,” teriak Raya sembari menggoyangkan lengan Natan.
“Aku harus bagaimana ini. Aku tidak mungkin membiarkannya tidur di sini,” gumam Raya.
Ia terus berusaha membangunkan Natan, tapi kepalanya juga sakit entah mengapa Raya tertidur di samping suaminya.
Beberap jam berlalu ....
Matahari bersinar menyuduti kamar luas pewaris tunggal keluarga Moise ini.
‘Apakah aku sedang bermimpi?’ bisik dalam hati wanita yang sudah tersadar dari tidurnya.
Huaam!
Ia meregangkan tangan ke atas, tumben sekali Raya tidur begitu nyenyak. Ketika ia membuka mata. “Astaga, kenapa aku bisa di atas kasur? Siapa yang membawaku ke atas?”
Tidak hanya itu Raya ternyata telah tertidur cukup lama, sampai jam dinding menunjuk pukul 1 siang.
Plak!
Ia memukul dahinya. “Kenapa aku tidur lelap sampai jam segini?”
Ketika memperhatikan di sekeliling, Raya tidak melihat Natan. “Kemana dia? Apa yang sudah terjadi? Siapa yang membawaku ke atas kasur?” Raya menggaruk-garuk kepalanya sembari melihat ke kiri dan ke kanan.
Tok! Tok!
Suara ketukan pun terdengar dari luar. “Iya silahkan masuk,” suara lembut Raya menyambut kedatangan seseorang yang ada di balik pintu itu.
“Permisi ...,” ucap salah satu pelayan yang dikenal Raya membawakan beberapa makanan.
“Ana? Wah, terima kasih sudah membawakan makanan kepadaku,” ujar Raya yang ingin membantu pelayan itu membawakan makanannya.
“Tidak perlu dibantu, Raya. Saya bisa melakukannya sendiri, ini adalah perintah Tuan Muda Natan untuk memberikanmu bubur ayam dan juga sup ikan salmon.”
Hmm?
“Apa yang kamu katakan Ana? Tuan Natan menyuruhmu untuk masak makanan untukku?” tanya kembali Raya yang masih belum percaya jika pria itu menyuruh pelayan untuk membawakan makanan.
Ana pun mengangguk sembari meletakkan makanannya di atas meja. “Tadi sekitar pukul 12 siang Tuan Muda Natan ke dapur dan menyuruhku untuk memasak bubur ayam dan sup salmon. Kata Beliau jangan dulu dibawakan ke kamar sebelum kamu bangun. Tentunya ia menyalakan monitor cctv di kamar ini. Dan tim pengawas memberitahu jika kamu sudah bangun. Lalu aku hangatkan sebentar makanan dan langung kemari. Sudah begitu saja pesannya, lalu ia seperti terburu-buru ke kantor sepertinya ia kesiangan. Karena tumben sekali Tuan Muda berangkat siang begitu, sebelumnya paling siang dia berangkat pukul 7 pagi,” jelas Ana.
Hmm!
Raya menundukkan kepalanya, berpikir mengenai sikap yang berubah dari Natan. Kenapa pria itu sedikit peduli kepadanya? Dan yang menjadi tanda tanya besar, siapa yang menggendongnya ke kasur?
Apa mungkin Natan?
Beberapa jam yang lalu ....
Awwgh!
Geram Natan terbangun pada pukul 6 pagi. Ia masih memegangi kepalanya. “Astaga kenapa malah dia ikut tidur di bawah?” geram Natan sembari melihat Raya yang begitu lelap tertidur di sampingnya.
Hah!
Mau tidak mau dia menggendong Raya begitu perlahan. Ia hanya iba melihat wanita ini tidur di lantai, padahal ia niatnya tidak peduli sama sekali. Tapi mengingat pesan dari Sarah membuat Natan berempati kepadanya.
Semua pesan Sarah di hapus dengan Natan, tujuannya agar Raya tidak mengetahui hal itu.
Natan sama sekali tidak menyentuh apa pun, ia yang malah tidur di sofa kini. Pria itu merogoh ponselnya, “Daniel tolong sampaikan kepada seluruh petinggi hari ini kita undur rapat lebih siang saja, saya sedang tidak enak badan. Saya akan menghubungi petinggi dari Royal Grup, kalau rapat terselenggara siang nanti.”
Beberapa saat ia kembali tidur dan ia pun kesiangan. Pada saat memakai kemeja, Natan memperhatikan wajah Raya dengan detail.
Hmm!
“Kenapa wajahnya seperti memiliki aura yang berbeda? Ah, kenapa sih aku ini!” Ia menggelengkan kepalanya dan memakai dasi abu yang sudah terlilit di leher kemeja.
Natan bergegas ke dapur memerintahkan Ana menyiapkan makanan untuk Raya nanti.
Sampainya di kantor persiapan sudah selesai. Kini mereka sudah berada di ruang tertutup. Saat Daryan, petinggi Royal Grup presentasi mengenai project yang akan dibangun di sebuah kota metropolitan, Natan malah melamun. Sepersen pun dari presentasi Daryan tak di dengar oleh Natan.
‘Apa yang sedang ia lakukan saat ini? Apakah dia sudah bangun? Atau apakah dia sudah makan?’ tanya Natan dalam hati sembari memikirkan Raya yang terlihat lemah sejak kemarin.
Namun, tiba-tiba sekretaris Natan yang berdiri di sampingnya sampai membungkukkan tubuhnya, lalu berbisik, “Pak Natan, apa yang telah terjadi? Maaf sebelumnya mengganggumu, karena acar arapt sudah di mulai dan Pak Daryan meminta Anda untuk berpendapat mengenai project villa yang akan di bangun beberapa bulan lagi.”
Seketika Natan menggelengkan kepalanya, membuyarkan lamunan terkait Raya Sena.
“Bagaimana Pak Natan? Apakah diskusi kita bisa Bapak terima?” tanya Daryan kembali.
Natan hanya bisa menunduk dan mengucapkan maaf karena ia tidak fokus. Kenapa Natan bisa seperti ini? Atau mungkin semuanya gara-gara Raya, wanita kampung yang sangat ia benci?
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
yelmi
sudah mulai terkontaminasi sama Raya kan otak mu nathan😂😂🤭
2023-10-14
0
Suky Anjalina
lanjut
2023-07-05
0