Sontak bola mata Natan maupun Raya mengembang dan menoleh satu sama lain. Wajah mereka benar-benar menampilkan ekspresi begitu terkejut. Tidak disangka Tuan Wiguna Moise mengucapkan hal seperti itu.
“Apa?! maksud Papa bagaimana? Aku akan menikahi wanita kampung seperti dia?” tunjuk Natan dengan murka, karena ia tidak menyukai perintah ayahnya.
Hmm!
“Tolong kamu bicara dengan nada pelan dan melontarkan kata-kata yang baik, Natan! Wanita yang kamu katakan kampungan sebentar lagi akan menjadi istrimu!” tegas Wiguna kepada putranya.
Entah apa yang menimpa Natan, mengapa sang ayah meminta hal tak masuk akal ini kepadanya? Bukan urusan sepele, tapi menyangkut kehidupannya kelak.
Ia masih tak habis pikir, lantaran dirinya berdiri sembari kembali ingin mengetahui alasan sang ayah menjodohnya dengan wanita yang tak ia kenal dan tak disukainya itu.
“Bagaimana aku bisa berkata baik-baik, Pa. Jika perintah Papa kali ini mengusik kehidupanku dalam perihal rumah tangga. Papa tahu ‘kan hal ini tidak main-main, apalagi sampai memintaku untuk menikahi wanita yang belum aku ketahui sama sekali.”
Wiguna malah tersenyum melihat kekhawatiran putra satu-satunya itu yang akan menjadi pewaris keluarga Moise. “Kamu juga akan kenal lebih dekat setelah kalian menjadi suami istri nantinya.”
“Pa, ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi! Bahkan lebih parahnya seorang pria yang memiliki kuasa penuh harus dijodohkan dengan orang tuanya sendiri. Ini menyangkut tentang perasaan, apa Papa tidak mempedulikan perasaanku yang tidak menyukai gadis ini?!” tunjuk Natan dengan kasar sembari menatap sinis Raya.
Wanita itu menatap bola mata coklat Natan, ia merasa hidupnya tidak akan baik-baik saja jika memang benar nantinya pria yang memiliki paras bak pangeran itu menjadi suaminya.
Dari sikap awal Natan yang sama sekali tak welcome kepadanya, membuat Raya semakin tidak enak.
Kali ini Wiguna terlihat serius dan ia pun ikut berdiri. Entah apa yang menyebabkan pria setengah baya itu langsung mengambil keputusan ini. Tapi terlihat dari raut wajahnya, Wiguna tidak main-main mengambil tindakan.
Pria yang menjabat sebagai presdir Moise Crop itu berkata, “Iya, Papa tahu sebelum kamu memberitahu. Papa tahu ini menyangkut perasaan dan bukan perihal main-main. Tapi Papa ingin, putra Papa satu-satunya tidak salah dalam memilih istri!”
Hah!
Natan menghembuskan napas kasar, sembari memegangi pelipisnya dan tangan kiri ada di pinggang. Kepalanya begitu berat setelah mendengar ucapan dari sang ayah.
“Pa ...,” panggil Natan menatap ayahnya jauh.
“Papa tahu ‘kan, jika aku sudah memiliki seorang kekasih bernama Aurora. Tapi kenapa Papa malah menjodohkanku dengan wanita yang sama sekali bukan tipeku? Apa Papa ingin membuatku hancur?”
Wiguna menggelengkan kepalanya pelan. “Papa tahu apa yang Papa putuskan dan apa yang Papa lakukan untukmu. Tujuannya adalah untuk kamu juga Natan, agar kamu bisa hidup bahagia dengan wanita yang menghargai dan menghormatimu tanpa melihat apa pun. Terutama harta dan jabatan yang kamu miliki saat ini!”
Hmm!
Kepala Raya tidak kalah pusing dibandingkan Natan. Wanita itu hanya bisa diam dengan memejamkan matanya. Lalu menghembuskan napas pelan beberapa kali.
‘Apa yang mereka perdebatkan? Bukankah membiarkanku untuk pergi adalah satu-satunya cara agar mereka kembali tentram?’ bisik Raya menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
Natan kembali membuka suaranya, “Maksud Papa? Jadi Papa menilai jika Aurora adalah wanita yang hanya mencintaiku karena jabatan dan hartaku saja? Papa hanya belum tahu dia, bahkan Papa pun enggan untuk berkenalan dengannya. Kenapa Papa bisa menilai Aurora seperti wanita yang gila harta tanpa mengetahui perilakunya terlebih dahulu?”
Haha!
Wiguna tertawa pelan, ia seperti sudah mengetahui gerak-gerik seorang wanita yang hanya mengincar kekayaan mereka. “Papa akui, kamu adalah pria yang bisa dikatakan hampir sempurna Natan. Tidak hanya tampan, kamu juga sangat tulus mencintai seseorang. Tapi sayangnya ada yang kurang darimu, kamu itu bodoh dalam memilih seorang wanita!”
Deg!
Natan mengkerutkan dahinya, tidak paham apa yang telah ayahnya katakan.
“Tapi aku yakin, Aurora adalah wanita yang tidak mencintaiku karena itu, Pa. Jadi mohon biarkan aku untuk menentukan pilihan hidup yang sesuai dengan ranah dan pertimbanganku,” pinta Natan.
“Tidak!” Wiguna menggelengkan kepalanya.
Merasa harus ada ditengah-tengah, Raya pun memohon kepada Wiguna dengan sopan. “Tuan Wiguna, maafkan saya sudah lancang ikut dalam membuka suara terkait masalah ini. Tapi tidakkan yang diucapkan Tuan Natan ada benarnya? Jika perasaan dipaksakan akan terjadi boomerang suatu saat nanti?”
Natan menatap dengan sinis ke arah Raya, ‘Apa wanita ini telah mengelabui Papa agar dirinya bisa menikahiku? Apakah dia berpura-pura untuk mendapatkan perhatian Papa?’
Hmm!
Seperti sudah menganggap putri sendiri, Wiguna tersenyum dan berujar dengan begitu lembut. “Saat ini saya akan memanggilmu dengan nama saja, Raya. Nak, dengarkan apa yang saya katakan kepadamu. Saya berpesan jagalah Natan dengan baik dan jadilah istri yang bisa membuat hatinya tenang ya, Nak Raya.”
Pesan itu seakan Raya benar-benar menjadi pendamping hidup dari sang putra.
“Papa! Pa, aku tidak mau menikahi wanita yang tidak aku cintai! Aku tidak ingin hidup bersama dengan wanita seperti dia!” teriak Natan yang tak menyetujui apa yang diputuskan Wiguna.
Hmm!
Ruangan besar itu menjadi sanksi berdebatan antara kedua pria yang memiliki kuasa penuh di perusahaan bonafit kota ini.
“Iya itu terserahmu saja, Natan.” Kini Wiguna tampak seperti menyerah dengan apa yang dikatakan sang anak.
Hal ini membuat Raya senang, ia mengira jika keputusan Tuan Wiguna akan dibatalkan. ‘Aku harap kata pria yang membawaku kemari mengenai Tuan Wiguna memiliki hati begitu baik benar adanya. Semoga ia membatalkan keputusan untuk menikahiku dengan putranya, dan mengembalikanku ke ayah.’
Begitupula dengan Natan yang berpendapat sama, jika sang ayah akan membatalkan keputusannya saat ini. ‘Hmm, apakah Papa merasa jika keputusannya tidak benar?’
“Aku berencana akan menikahi Aurora dalam waktu 3 bulan ini Pa.” Natan memberitahu kepada sang ayah mengenai rencananya. Ia ingin Wiguna memantapkan diri untuk membiarkan Natan menikahi wanita yang ia cintai.
Deg!
Namun, di sisi lain hati Raya kembali berdegup kencang setelah mendengar perkataan Natan tadi. Karena rencana pernikahan putra pewaris Moise Crop sama dengan rencananya menikah dengan Derwin.
“Baiklah jika itu maumu, Natan.” Lagi-lagi Wiguna menjawab dengan nada rendah dan wajah yang tampak datar.
Tapi seperti ada yang salah, tadinya Wiguna begitu ngotot untuk menikahi Natan dengan Raya? Namun, kenapa tiba-tiba Wiguna berubah pikiran begitu cepat?
“Jadi, Papa akan membiarkanku menikah dengan Aurora meski Papa sebelumnya tidak setuju dengannya?” Natan kembali memperjelas keputusan mendadak ayahnya itu.
Namun, Wiguna menoleh dengan tatapan tajam ke arah putranya itu. “Siapa yang bilang Papa akan mengizinkan kamu untuk menikahi Aurora? Baiklah jika kamu tidak mau menikahi Raya, tapi ada konsekuensinya. Pewaris Moise Crop tidak akan Papa berikan kepadamu! Papa akan berikan kepada karyawan sini dengan acak dan saham kita nantinya setelah Papa tidak ada di dunia ini akan Papa alihkan kepada anak yatim piatu sepenuhnya!” ancam Wiguna kepada putranya.
Kemarahan Natan memuncak, tangannya menepis kuat sebuah buku sampai mengenai kepala Raya yang hanya bisa meringis menahan sakit
"Natan!" suara Papa menggema di dalam ruangan, wajahnya terlihat sangat marah.
***
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
yelmi
nurut j Nathan dari pada di coret dari daftar ahli waris
2023-10-13
0
Suky Anjalina
☺️
2023-07-05
0