SELALU TERBAYANG

Semua petinggi yang ada di ruangan rapat tertutup itu sangat bingung dengan perilaku putra tunggal Wiguna Moise ini.

Karena ini adalah kali pertama Natan tak fokus sampai-sampai membuatnya tidak menggubris apa yang dipresentasikan tamu terpenting untuk project baru yang akan di kerjakan nanti.

Dengan hormat dia berdiri dan menundukkan kepalanya, memohon maaf kepada Daryan dan juga ayahnya yang sejak tadi menyempitkan manik mata akibat keanehan sang putra.

Merasa putranya harus beristirahat, Wiguna memutuskan untuk break terlebih dahulu. “Mohon maaf untuk ketidakfokusan Natan. Saya putuskan acara rapat ini kita tunda sejam lagi, sekarang kita break dulu,” perintah pemilik perusahaan ternama ini.

Semuanya pun beranjak dari kursi mewah itu dan meninggalkan ruangan rapat.

Natan masih menundukkan kepala, karena ia merasa bersalah gara-gara dia acara rapat yang sangat penting ini harus mengalami mengunduran kembali. Ia juga sudah takut, bilamana Wiguna akan malah besar terhadapnya. Meskipun Natan tahu sang ayah tidak pernah marah, tapi hanya tegas.

‘Aduh, gawat kenapa sih aku seperti ini? Tidak mungkin semuanya gara-gara wanita kampungan itu!’ geram Natan dalam hatinya yang mencoba menyadarkan diri sendiri.

Tap! Tap!

Suara langkah mendekat ke arah Natan. Tentu saja pria tampan ini tahu siapa yang mendatanginya saat ini.

Belum saja Wiguna melontarkan kata apa pun, Natan sudah meminta maaf. “Pa, maafkan aku. Bukan maksud untuk menghancurkan acara rapat ini. Sepertinya aku merasa lelah dan tidak bisa fokus.”

Hmm!

Wiguna tidak menjawab apa pun, hal ini membuat Natan kembali berpikir, ‘Apakah Papa marah denganku?’

Meskipun Natan sudah berkepala tiga, yang namanya anak tetaplah anak di mata orang tua. Pria ini menaikkan kepalanya, melihat sang ayah tersenyum sumringah.

“Natan, apakah kamu kelelahan karena menikmati malam bersama Raya?” tanya Wiguna yang membuat Natan syok.

Uhuk! Uhuk!

Seketika Natan batuk mendengar pertanyaan sang ayah. Maksudnya menikmati malam?

Wajah pria yang memiliki kulit bersih itu tiba-tiba berubah seperti tomat, dan ia menutupi mulutnya tidak dapat bergeming. Ia mencoba untuk mengklarifikasi apa yang dipikirkan sang ayah.

“Papa bicara apa sih? Ini tidak ada sangkut pautnya dengan wanita ceroboh itu. Aku hanya kelelahan karena jadwal kantor hari-hari ini begitu padat,” jelas Natan yang masih belum bisa berani melihat ayahnya yang tidak berhenti tersenyum.

Wiguna memang berpikir bahwa putranya berbeda sejak tadi. “Ah, yang benar? Papa tidak pernah melihatmu seperti ini, kamu biasanya selalu bisa mengatasi kerjaan. Tidak pernah terlambat sampai berjam-jam seperti ini, pastinya kalau tidak salah karena istrimu kan?”

Hmm!

“Papa jangan mencoba menggodaku lagi, sudah ku katakan kan pada Papa jika aku tidak ada perasaan sama sekali kepadanya,” tegas Natan lalu ia meninggalkan ruangan dengan cepat.

Haha!

Wiguna menggelangkan kepalanya, tersenyum seakan puas dengan sikap putranya yang salah tingkah itu. Biasanya Natan adalah tipekal pria yang selalu serius, tidak pernah bercerita tentang masalah cintanya dari dulu dengan sang ayah. Tapi dari raut wajahnya terlintas ia sedang memiliki gejola dalam hatinya tentang Raya.

“Maafkan Papa ya, Natan. Papa bukannya memaksamu untuk menikahi seorang wanita yang tidak kamu cintai. Tapi Papa yakin, wanita yang Papa pilihkan untukmu adalah wanita yang benar-benar mencintaimu tulus. Dan begitu pun denganmu, Papa percaya kamu akan tersadar suatu saat nanti pilihan Papa terbaik untukmu,” gumam Wiguna sembari menatap punggung putranya.

Mata pria ini berkaca-kaca, karena ia rasa baru saja Natan menangis dipangkuannya dan masih merengek meminta mainan. Tapi kini waktu begitu cepat bergulir, membuat Wiguna sadar jika harta dan jabatan bukanlah warisan yang bisa diberikan kepada putra satu-satunya ini. Melainkan orang yang benar-benar tulus selalu menerima segala kekurangan sang putra.

Wiguna yakin 100% jika Raya adalah wanita yang begitu cantik lahir dan batin, karena ia memiliki alasan yang begitu kuat. Ternyata pertemuan Wiguna dan Raya di jalan raya itu adalah pertemuan kedua mereka. Raya pernah melakukan hal berharga bagi keluarga ini, tanpa sepengetahuan wanita tersebut.

Maka dari itu, Wiguna sangat ingin Raya bisa menjadi istri sang putra.

Natan masih bingung dengan perasaannya sendiri, sampai ia berdiri di suatu tempat istirahat yang jarang di lalu karyawan lain. Ia menyoroti padatnya ibukota dari penghalang kaca di atas.

“Apa sih yang dikatakan Papa tadi? Kenapa seakan-akan wanita kampung itu menjadi alasan aku seperti ini itu?” gumamnya dan lagi-lagi bayangan Raya semakin menjadi-jadi di benak Natan.

“AAAAA,” teriak Natan seraya menarik rambut klimisnya itu.

“Kenapa wanita kampung itu selalu menggrogoti otakku, hum!” Natan tak bisa mengatasi emosinya kini, sehingga ia menuruni anak tangga berniat ke sebuah taman.

Tapi pijakan kaki kanannya tidak tepat memijaki anak tangga, sehingga dirinya hampir jatuh, untung saja ada seorang yang langsung menangkapnya. “Awas Pak ....” terdengar suara yang segera menangkap tubuh Natan dengan erat.

Bola mata mereka saling tatap satu sama lain. Sekilas seperti scene di drama romantis yang membuat deg-degan, tapi sayang ....

“Astaga, tolong lepaskan saya!” geram Natan yang dipegang erat dengan salah satu anak buahnya di kantor bernama Daniel.

Natan merapikan kemejanya.

Hah!

“Kamu tidak perlu memegang saya begitu erat seperti itu kan!” celetuk Natan melirik tajam ke arah orang sebagai tangan kanannya itu.

“Karena saya begitu khawatir dengan Anda, Pak. Untung saja saya ada di sini kan, kalau tidak Bapak bisa jatuh bergulir-gulir seperti bola voli,” ujar Daniel yang memiliki selera humor luar biasa.

Hah!

Natan hanya bisa menghela napas. Tenggorokannya begitu kering, karena sejak tadi dia belum minum.

Melihat Daniel membawa gelas yang berisikan air, Natan pun mengambil tanpa bertanya dulu itu air dari mana.

Glek! Glek!

Heeh!

“Pak, jangan minum air itu karena ...”

Belum saja menyelesaikan ucapannya, air yang ada di gelas itu sudah ludes tak tersisa. Hal ini membuat Daniel melihatkan ekspresi terkejut.

“Aduh, Pak. Kenapa Anda meminum air itu ...,” geram Daniel.

Hmm?

Natan melihat gelas yang sudah tidak beriskan air dan menaikkan alisnya. “Memang ada apa dengan air ini? Apa kamu tidak ingin berbagi air dengan saya?”

Dengan cepat Daniel menggelengkan kepalanya dan melambaikan kedua tangannya. “Bukan-bukan. Bukannya begitu Pak Natan, air itu hmm air itu ...”

Daniel seperti begitu sulit untuk mengatakan hal sebenarnya. Karena penasaran Natan kembali bertanya, “Kenapa sih Niel? Memang air ini air apa?”

Tak!

Daniel menempeleng dahinya, lalu menundukkan kepala.

“Itu adalah air gerusan dari Tora ...,” jelas pria yang wajahnya sebelas dua belas dengan Natan, begitu tampan dan memiliki pesona luar biasa.

Sontak pernyataan dari Daniel membuat Natan terkejut dan ia memegangi lehernya yang sudah terlanjur meminum air dari wadah ikan kesayangan anak buahnya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

yelmi

yelmi

g apa2 minum air ikan biar otak mu kembali sehat nathan 😂😂😂😂

2023-10-14

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

air Tora apa

2023-07-05

0

ucy79

ucy79

astaga 😳😳😳 slamat minum air gerusan ikan ayang natan 🤣🤣🤣

2023-04-20

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 71 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!