Bukannya langsung melangkah mendekati suaminya. Raya malah bengong seperti patung maneqin sembari menatap Natan dengan tatapan yang sedikit curiga.
‘Kenapa dia tiba-tiba ingin meminta bantuanku? Padahal ia tadi mengatakan jika dirinya tidak perlu bantuanku!’ celetuk Raya yang kesal dengan sikap sang suami yang begitu angkuh.
Natan berusaha membuka kancing kemejanya dan menunggu Raya untuk mendekatinya, tapi wanita itu tidak kunjung berjalan. Sampai Natan menoleh ke belakang dengan tatapan tajam, dan menyempitkan bola matanya.
“Apa kamu tidak mendengar apa yang saya katakan tadi, hum?” gertak Natan.
Glek!
Raya menelan salivanya, ia pun menjawab dengan ragu karena bisa saja Natan akan tambah mengabuk begitu brutal. Namun, Raya juga berhak mengeluarkan unek-unek yang membelegu di dalam hatinya.
“Kata Anda tidak perlu bantuan saya tadi, Tuan.”
Benar apa yang sudah diduga Raya sebelumnya, Natan kembali menampilkan wajah murkanya. Pria yang memiliki tekstur tubuh ideal dan wajah tampan tersebut berteriak kepada Raya, “Kalimatmu itu seperti tidak ingin saya perintahkan! Kamu tahu kan di sini kamu saya anggap hanya sebagai pelayan saya!”
Raya tidak menggubris, ia hanya menundukkan kepala saja lalu mendekati Natan. ‘Hah! Mengapa ada pria seperti dia di dunia ini? Apakah ia tidak bosen berteriak dan bersikap seperti itu?’ geram Raya dalam hatinya.
Setelah berada dalam beberapa senti di depan Natan, Raya bertanya, “Apa yang perlu saya bantu, Tuan Natan?”
“Tangan saya sedikit kaku karena perban yang kamu lilitkan ini. Dan saya tidak bisa membuka kancing di bagian bawah!” ucap Natan dengan cepat.
Manik mata Raya mengembang, seperti ia tahu apa yang akan dilakukannya saat ini juga. ‘Apa? Dia menyuruhku melakukan hal itu?’
“Kenapa kamu masih diam?” gertak Natan kembali kepada istri sahnya itu.
“Hmm, anu Tuan ....” Raya terlihat begitu canggung, tiba-tiba wajahnya memerah. Karena ia memikirkan otot berbentuk roti sobek yang dimilik Natan, serta dada bidang pria itu.
Melihat gelagat Raya yang aneh membuat Natan sudah mengetahui apa yang ada di benak wanita dibencinya itu.
“Apa yang kamu pikirkan? Jangan mengira hal aneh, saya menyuruhmu karena ini gara-gara kamu juga. Kenapa kamu harus melilit tangan saya dengan kuat seperti ini? Apa kamu sengaja melakukannya, agar saya tidak bisa beraktivitas dengan leluasa, hah?”
Natan selalu menilai apa pun niat baik yang dilakukan oleh Raya untuknya adalah hal yang merugikan pria tersebut. Padahal Raya hanya ingin agar luka sang suami terbungkus kain steril agar lukanya tidak menyebabkan infeksi.
Meski hal ini adalah sesuatu hal yang sepele, tapi jika luka gores yang sudah terkontaminasi oleh kuman yang terbang melalui udara, luka itu bisa menyebabkan gangguan penyakit lainnya yang lebih serius.
Hah!
Raya menghela napas, karena sejak tadi ia harus menahan gertakan Natan yang tidak pernah menilainya benar.
“Saya tidak ingin luka yang ada di tangan Anda menyebabkan penyakit serius, Tuan. Bukan sengaja membuat Anda tidak bisa melakukan aktivitas,” jelas Raya.
Natan hanya terdiam seraya menaikkan alis kirinya. Tidak peduli apa yang diucapkan wanita itu.
“Saya tidak ingin penjelasan apa yang kamu katakan, karena saya tidak akan pernah percaya yang kamu lontarkan itu. Cepat sekarang lepaskan kancing kemeja saya!”
Glek!
Sebelum melakukan misi ini, Raya menghembuskan napas pelan kembali. Tangannya sedikit gemetaran karena ia harus melakukan hal ini dengan orang yang tidak dikenalnya sama sekali.
Natan terdiam, ia melihat gerakan tangan Raya yang gemetaran. Karena begitu lama, ia memegangi pergelangan tangan Raya menggunakan tangan kirinya.
“Apa yang kamu pikirkan saat ini, sampai membuat tanganmu gemetaran seperti itu, hah? Saya rasa kamu memikirkan jika saya akan melakukan hal yang tidak-tidak denganmu?”
Bola mata mereka saling menatap satu sama lain. Natan memperhatikan wajah Raya yang tiba-tiba berubah menjadi merah padam.
Tatapan Natan begitu datar dan tajam, sehingga Raya tidak kuat terus menyoroti mata indah pria pemilik wajah bak dewa ini.
“Ti-tidak Tuan, saya hanya belum terbiasa melakukan ini,” jawab Raya dengan gagap.
Natan memegangi erat pergelangan tangan wanita yang ia benci, sampai Raya merintih kesakitan.
“Awg, bisa kah Anda melepaskan tangan saya, Tuan. Pegangan Anda begitu kuat,” mohon Raya dengan mata yang berkaca-kaca.
Namun, Natan seperti tuli ia tidak mendengarkan apa yang dipinta dari sang istri. Ia malah mendorong tubuh Raya mundur, dengan tangan yang masih memegangi pergelangan tangan Raya semakin kuat.
Kini Raya bersandar di dinding. Natan masih menatap wanita itu dengan sorot mata tajam, tanpa mengatakan sepatah kata apa pun.
“Tuan, pergelangan saya terasa sakit,” rintih Raya.
“Perilaku yang kamu tunjukkan kepada saya tadi sangat saya benci. Seakan dirimu ingin saya melakukan sesuatu layaknya seorang suami kan?” pendapat Natan dengan memperhatikan gerak-gerik istrinya.
Natan bukan lah pria muda yang tidak mengenal karakter wanita. Ia tahu jika wanita tersebut sedang memikirkan sesuatu kepadanya.
Setahu pria ini, banyak wanita yang akan memberikan kesempatan untuk meluluhkan hatinya. Ia pikir Raya menginginkan sesuatu hal yang begitu luar biasa, seperti malam pertama pengantin pada umumnya.
Namun, persepsi Natan salah. Raya hanya merasa tidak enak dan canggung karena harus melakukan itu dengan pria yang sama sekali tidak ia kenali, dan tiba-tiba kini sudah menjadi suaminya.
“Maksud Anda bagaimana, Tuan?” tanya Raya yang menginginkan kejelasan, karena jujur saja ia tidak mengerti dengan kalimat yang dilontarkan suaminya.
“Alah, kamu jangan pura-pura tidak tahu mengenai hal ini!” Natan malah menyuduti Raya.
Wanita yang memiliki wajah melankolis itu menggelengkan kepalanya pelan, “Tidak. Sudah saya katakan tidak, Tuan. Saya tidak paham apa maksud Anda.”
“Kamu berharap saya melakukan hal yang tidak-tidak denganmu ‘kan?” Natan tidak mau kalah, ia terus menekan Raya agar mengakui sesuatu yang dirinya sendiri buat.
“Tolong lepaskan saya!” Kini Raya sedikit berteriak, sembari melakukan perlawanan agar Natan tidak memegangi pergelangan tangannya.
Namun sayang, meski tangan kanannya diperban, kekuatan Natan tidak sebanding dengan Raya.
“Diam!” perintah Natan yang menyangga tubuh Raya menggunakan lengan tangan kanannya.
Wajah mereka memiliki jarak begitu dekat, Natan kembali memperhatikan wajah wanita yang ada di dekatnya saat ini.
“Jangan pernah berpikir saya akan menyentuhmu! Sudah pernah saya tegaskan kepadamu. Kamu adalah wanita yang sama sekali tidak saya cintai, lagian kamu bukan tipe saya sama sekali. Dan parahnya kamu adalah wanita yang membatalkan rencana saya untuk menikahi wanita yang sangat saya cintai! Saya sangat membencimu! Jangan coba-coba menampilkan wajah merah seperti itu, seakan saya akan mencicipi tubuhmu! Kita tidak akan melakukan malam pertama sampai kapan pun, camkan apa yang saya katakan kepadamu!” jelas Natan.
Lalu pria berwajah dingin itu melepas tubuh Raya dengan lengan kanannya.
Awwg!
Rintih Raya memegangi pergelangan tangannya, ada bekas merah yang dibuat oleh Natan.
“Cepat sekarang juga lepaskan kemeja saya!” perintah Natan.
Raya hanya bisa menuruti apa yang diperintahkan suami dinginnya itu. Ia membuka dengan perlahan kancing kemeja berwarna putih dan membantu Natan membukanya. Setelah itu Natan pergi ke toilet tanpa melontarkan kata-kata apa lagi.
Hmm!
“Semoga aku sabar dengan sikap dia yang seperti itu,” gumam Raya setelah memastikan pria kulkas itu masuk ke kamar mandi.
Dering ponsel Natan berbunyi, awalnya Raya cuek dan membiarkan ponsel itu bergetar terus-menerus. Namun, ini sudah panggilan ke empat. “Aduh, kenapa Tuan Natan mandinya lama sekali.”
Raya tidak sengaja melihat layar ponsel Natan. Nama yang tertera di layar ponsel Natan adalah Bee.
“Bee? Bukannya dia adalah kekasih Tuan Natan? Sepertinya ini adalah panggilan darurat.” Dengan cepat, Raya berniat untuk memberitahu Natan jika ada panggilan yang mungkin begitu penting.
Raya berlari kecil sembari memegangi ponsel Natan yang tidak pernah berhenti berdering.
Tok! Tok!
“Tuan, ada yang menelpon Anda sepertinya panggilan ini begitu penting.”
Natan yang sedang asyik berendam di bathub menghembuskan napas. “Tidak bisakah aku merasa tenang sedikit pun tanpa mendengar suaranya?” gumamnya.
Lalu ia pun berteriak, “Masuk saja pintunya tidak di kunci!”
Hah!
Sontak hal ini membuat Raya keringat dingin mendengar perintah suaminya itu.
***
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
yelmi
jangan terlalu kasar nathan... ntar nyesel g ketulungan kalau udah di bikin bucin sama otor😁🤭
2023-10-14
0
Suky Anjalina
next 🥰
2023-07-05
0