Sejak tadi di jalan Natan membayangkan wajah Raya.
“Ah, aku kenapa sih ini?!” Natan menekan pedal remnya dan mencoba berhenti di pinggir jalan.
Sepertinya perasaan Natan benar-benar kacau, ia pun membeli alkohol di supermarket dengan dosis yang rendah. Ia memutuskan untuk meminumnya di rumah saja, intinya ia sedang tidak baik-baik saja. Ia bingung dengan perasaannya sendiri.
“Seharusnya aku memikirkan Aurora kenapa malah memikirkan wanita kampungan itu!” teriaknya kembali lalu menekan pedal gas sehingga laju mobil supportnya begitu cepat.
Sreet!
Natan dengan ahli memutar setir untuk memarkirkan mobilnya di halaman rumah.
Sampainya di teras, ia di sambut dengan Ana.
“Kamu belum tidur?” tanya Natan dengan wajah yang datar sembari tergesa-gesa ingin segera melihat Raya.
Ana, wanita itu menundukkan kepalanya. “Belum Tuan Muda.”
Wanita dengan kesederhaan ini terus mengikuti Natan, ia pikir tuannya akan meminta bantuan karena melihat pria itu membawa beberapa kantong belanjaan yang mana itu adalah minuman beralkohol.
Sesungguhnya, Natan bukanlah pria yang ahli minum. Bahkan ketika ia minum beberapa sloki perutnya kram atau sakit. Tapi entah mengapa, dini hari ini ia memutuskan untuk meminum alkohol begitu banyak.
“Tuan, mari saya bawakan kantong belanja Anda,” pinta Ana.
Natan memberhentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang melihat Ana yang kini kembali menunduk.
“Tidak perlu, biar saya saja. Kantong belanja ini akan saya bawa ke kamar langsung, kamu istirahat saja. Ini juga masih waktunya tidur.”
Setelah berkata dengan nada yang datar, Natan melangkah dengan cepat. Sejak tadi wajahnya tampak seperti ingin bertemu dengan seseorang.
‘Sampai saja dia tidur di kasurku, aku akan membangunkannya tanpa ampun!’ geram Natan dalam hatinya.
Entah mengapa sikap manisnya tadi kepada Raya, yang memperbolehkan wanita itu untuk tidur di ranjangnya seperti kebohongan belaka.
Sebenarnya yang lebih susah untuk dipahami itu wanita atau pria? Kenapa m hawa dan adam sama-sama memiliki kesulitan yang hakiki terkait masalah perasaan?
Natan memang sengaja tidak melempar pintu dengan keras, karena ia ingin membuat Raya terkejut akan teriakannya nanti setelah ia masuk ke dalam.
Namun ...
Pria ini seperti kehilangan induknya, ia memiringkan kepala ke kiri dan kanan sangat bingung kenapa Raya tidak ada di kasurnya. “Atau mungkin dia tidur di sofa?”
Hmm!
Ia menyempitkan matanya lalu kembali bergumam, “Jadi dia tidak mau tidur di ranjangku?”
Hah!
Jika Raya tahu sikap Natan saat ini pasti wanita itu sudah mengatakan kalimat, “Apa sih yang dipikirkan Tuan Natan? Tidur di kasur salah, tidak juga salah. Apa sih maunya dia, hah?”
Natan melangkah beberapa jengkal menuju ke arah sofa, benar saja Raya tidur tapi tidak di atas sofa melainkan di lantai dengan kepala disangga di atas sofa sembari memegangi ponselnya.
Pria itu menaikkan alisnya. ‘Apakah dia tidak dingin tidur di bawah lantai? Lagipula aku tidak akan kejam sekali membiarkan dia tidur di lantai. Aku malah menyuruhnya tidur di kasurku, tapi dengan syarat dia harus mencuci semuanya setelah ditiduri,’ bisik Natan dalam hati sembari memperhatikan istrinya yang begitu lelap tidur di atas lantai.
Natan meletakkan kantong belanjanya di meja dan masih memperhatikan Raya.
Dreet!
Ponsel Raya berbunyi sebentar sepertinya itu hanya pesan. “Siapa yang mengirimkan pesan di jam tidur begini?” gumam Natan yang penasaran.
Begitu pelan, ia mencoba mengambil ponsel istrinya karena sangat penasaran. “Hmm, ponselnya tidak di kunci? Dia tipekal orang yang mudah percaya dengan seseorang sepertinya.”
Manik mata pria tampan ini mengembang ketika melihat sebuah foto seorang pria yang terpampang pada layar ponsel Raya sebelum membaca pesan.
“Dih, siapa pria ini? Apa dia sudah memiliki kekasih? Lalu kenapa wanita ini menikah denganku? Aku benar-benar yakin, dia memang orang yang sedang merencanakan sesuatu!” gerutu Natan melihat sinis ke arah bawah.
Setelahnya ia pun membaca sebuah pesan yang terkirim pada ponsel wanita menyebalkan bagi Natan.
Sarah : Maafkan aku ya, Raya. Aku sangat mencintai Derwin sejak dulu, aku tidak bisa menghentikan perasaanku sampai kami memutuskan menjalin hubungan sepengetahuanmu. Aku paham dengan perasaanmu saat ini, pasti kamu kesal, kecewa, dan benci kepadaku kan? Tapi aku juga mencintai Derwin, tidak ada salahnya kan apa yang aku lakukan kepadamu? Lagian Derwin juga sudah tidak ada perasaan kepadamu, karena ia lebih menikmati apa yang kuberikan setiap malam. Jatah yang tidak kamu berikan sama sekali, kesucian yang kamu jaga sampai kalian menikah nantinya. Tapi sebagai sahabat, aku harap kamu akan datang ke pernikahanku dengan Derwin. Aku menunggumu ....
Hmm!
Natan masih mengira-ngira pesan yang dimaksud dengan seseorang bernama Sarah.
Pria itu mengelus-elus dagunya mengenakan jari tangan, ia tampak terlihat berpikir sangat keras. “Siapa Sarah ini? Pesan yang dia kirimkan seperti seseorang wanita yang baru saja merebut seorang pria.”
“Aku mencintai Derwin tidak salah kan aku melakukan hal ini kepadamu?” Natan kembali membaca pesan Sarah, sembari mengkerutkan dahi memahami apa yang dimaksud dari Sarah.
Dreet!
Sarah mengirimkan beberapa foto mesranya dengan Derwin kepada Raya.
Sontak hal ini membuat Natan tambah bingung.
Sarah : Raya, semua foto ini adalah kebersamaan kami ketika kamu sedang sibuk bekerja untuk membiayai ayah tak tahu dirimu itu. Kami sering melakukan perjalanan keliling kota. Kamu tahu kan apa yang sudah kami lakukan, iya benar kami sudah melakukan sesuatu hal layaknya suami istri sejak dulu, sehingga aku hamil dan Derwin harus bertanggung jawab dengan hal itu. Jadi janganlah mencoba untuk berpikir jika Derwin masih mencintaimu!
Hal ini membuat Natan terkejut, ia kembali menutup mulutnya sembari bergumam, “Hamil? Pria yang bersama wanita ini mirip dengan pria yang ada di layar ponsel Raya.”
Ini adalah kali pertama Natan menyebutkan nama wanita yang begitu ia benci dengan memanggilnya dengan sebutan nama, ‘Raya’
Hmm!
“Jangan-jangan wanita ini habis mengalami pengkhiatanan? Itu tampak jelas dari pesan wanita yang bernama Sarah. Atau mungkin Sarah itu ...”
Natan berhenti bergumam, sepertinya ia tahu apa yang harus ia lakukan saat ini dan setelahnya ponsel Raya diletakkan di atas meja.
Ia pun duduk di sofa dan meminum alkohol yang sudah ia beli.
Uhuk! Uhuk!
Baru saja beberapa sloki ia teguk, membuatnya kewalahan dan sehingga Raya yang tadinya tidur lelap terbangun.
Uhuum!
Mata wanita itu menyempit, dengan samar-samar ia melihat se sosok pria yang ada di dekatnya.
Karena belum begitu sadar, dan masih terhubung dengan mimpi membuat Raya terkejut, “Astaga hantu!”
Wajah Natan sudah memerah, dan ia tampak begitu loyo menuangkan terus menerus botol berwarna hijau itu ke dalam sloki.
‘Untung dia tidak marah ku panggil hantu,’ gumam Raya dalam hatinya, ketika sudah jelas melihat Natan.
Raya pun beranjak, ia mencoba mengajak ngobrol pria yang telah menjadi suaminya itu. “Tuan Natan, apakah Anda sudah sejak lama pulang? Sepertinya saat ini Anda sedang mabuk berat.”
Natan tidak mempedulikan apa yang dikatakan Raya. Ia terus meminum dan tanpa mempedulikan lambungnya telah terluka.
Selain penyakit penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah, Natan juga memiliki penyakit maag pada lambungnya. Sehingga ia tidak bisa minum terlalu banyak.
“Tuan, Anda terlihat tidak baik-baik saja,” ujar Raya memperhatikan Natan.
Namun, Natan terus meminum minuman itu sampai-sampai membuat tubuh pria ini tersungkur ke bawah lantai.
Raya pun mencoba untuk membantu Natan ke atas sofa, tapi karena tubuh pria itu begitu berat membuat Raya tidak mudah untuk mengangkatnya.
“Satu ... dua ... tiga.” Raya membuat ancang-ancang untuk menarik Natan agar ia bisa merogoh tubuh suaminya ke atas.
Namun, tidak seperti ia duga ketika dirinya berusaha menghimpit tangan ke sisi lengan Natan, wanita mungil ini tidak kuat sehingga ...
Dubraak!
Mereka berdua jatuh secara bersamaan di atas lantai dengan posisi tubuh Raya berada tepat di atas tubuh Natan.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Suky Anjalina
next 🥰
2023-07-05
0