Patah

Patah

Kisah awal

PATAH

Kisah ini menceritakan seorang wanita yang malang harus berakhir ditangan suaminya sendiri. Maaf jika ada kesalahan dalam penulisannya, karena ini hanya fiksi, meskipun di kehidupan nyata sering terjadi. Aku harap tak ada yang tersinggung dengan cerita ku ini, karena cerita ini hanya sebatas imajinasi aku saja.

*******’

Nita menatap nanar suaminya yang baru saja kembali dari tempat tongkrongan, padahal hari sudah menujukan jam satu dini hari. Jika pulang dalam keadaan baik-baik saja tidak apa-apa, tapi sekarang sang suami kembali dalam keadaan mabuk berat.

Padahal mereka bukan pasangan yang muda lagi, sudah punya anak dua dan juga mereka menikah cukup lama, tapi pria satu ini tidak pernah berubah.

“Mas ... Mas Adam, ayo bangun.” Nita berusaha membangunkan suaminya, “kamu harus pindah ke kamar mas, nanti bisa sakit jika tidur disini.” Pria itu hanya melenguh tapi kak kunjung bangun juga.

Merasa lelah, ia tak mungkin bisa mengangkat tubuh suaminya ya begitu berat sendiri. Akhirnya Nita membiarkannya saja, ia juga takut jika terlalu mengganggu nanti Adam akan marah-marah padanya.

Nita tak percaya pernikahannya yang dulu sangat harmonis dan bahagia hancur begitu saja setelah suaminya mengenal barang haram itu. Air mata wanita itu meleleh, ia sebenarnya merasa tak sanggup bertahan dalam keluarga yang tak bahagia seperti ini, tapi demi cinta sejati pada sang suami ia bertahan meskipun ia sering mendapatkan perlakuan kasar dari Adam.

Adam bahkan sering lupa dengan tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kebutuhan anak dan istrinya sering kali pria itu tak cukupi, ia hanya memberikan uang seadanya pada Nita untuk bertahan hidup. Bukan karena ia tak mampu, atau tak punya uang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. Tapi semua uang hasil kerjanya habis untuk membeli minuman, rokok dan sabu.

Nita selama ini berusaha bersabar, ia tak ingin keputusannya nanti akan menghancurkan keluarga yang sudah ia bangun dari tujuh tahun lalu hancur begitu saja karena keegoisannya. Meskipun uang yang diberikan suaminya tak cukup, ia berusaha mencari penghasilan tambahan, agar anak-anaknya bisa hidup dengan layak seperti orang lain. Tapi sikap Adam yang selalu hari semakin menjadi, sekar ia mulai mengatakan tidak terimanya hidup sepi ini.

Nita memandang wajah suaminya dengan sendu, besok pagi mereka harus berbicara, ia harus membuat suaminya ini mengerti jika mereka bertiga juga butuh perhatiannya.

Setelah memberikan selimut pada suaminya, Nita berlalu pergi ke kamar sang anak. Ia memang tidur bersama anaknya jika suaminya pulang dalam keadaan seperti ini, agar tak mengganggu sang suami yang memiliki temperamen yang buruk jika sedang mabuk.

.....

Adam mulai terbangun, ia merasa sakit di sekujur tubuhnya. Saat ia menyadari jika sedang tertidur di atas sofa, baru ia sadar apa penyebabnya. Pria itu melihat dimana jam berada, ternyata sudah pukul sepuluh pagi. Adam berusaha berdiri, tapi tak lama ia kembali terjatuh duduk kembali.

Mata pria itu terlihat memerah, ini efek dari ia yang baru saja siap minum dan menghirup bubuk putih yang bisa membuatnya melayang itu.

Adam berdecak kesal saat merasa ke palanya berdenyut sakit, ia juga merasa linglung di sekujur tubuhnya. Adam berusaha untuk bangkit dan melangkah menuju kamar mereka. Tapi saat melihat kamar yang kosong, ia mengernyit keningnya.

“Nita!” panggil adam kencang.

Tak ada jawaban, hanya ada kesunyian yang terdengar oleh Adam. Ia mulai mencari anak dan istrinya di seluruh rumah, tapi tak juga ketemu. Merasa lelah, pria tak peduli lagi ia berlalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Tak berapa lama Nita kembali dengan kedua anaknya yang tampak sangat bahagia.

“Kamu dari mana?” Tanya Adam tak senang.

“Loh, mas. Udah bangun?” Tanya wanita itu balik, biasanya pria itu akan bangun di tengah hari, pernah juga tak bangun sehari-hari malamnya pergi lagi. “tadi aku ajak anak-anak jalan ke taman, mas.” Adam hanya mengangguk pelan.

Puja dan puji yang melihat ayahnya langsung berlari memeluk Adam, mereka berdua sibuk menceritakan apa saja yang dilihatnya di taman tadi pagi.

“Ayah, tahu tidak? Tadi disana banyak teman-teman puja disana. Tadi ada juga yang pergi sema ayah mereka,” Puja berceloteh dengan riang. Sedangkan puji hanya memilih diam saja di samping sang ayah.

“Nanti jika ayah punya waktu kita akan pergi bersama, bagaimana?” ucap Adam berjanji pada putri kecilnya itu.

“Ayah janji?” gadis kecil itu menyodorkan jari kelingking nya tanda perjanjian dengan ayahnya.

“Janji!” ucap Adam.

Nita tersenyum senang melihat anak-anak dan suaminya terlihat begitu dekat, wanita itu ikut mendekat lalu memeluk dua buah hatinya dengan sayang.

“Nah, sekarang ayah kalian sudah berjanji, jadi jangan bersedih lagi.” Puja dan puji mengangguk mengerti.

Adam melihat istrinya dengan tatapan bingung, “mereka bersedih? Kenapa?”

“Karena mereka merasa kamu jarang di rumah, mas. Saat mau tidur mereka juga sering bilang ingin tidur bersama mu,” ucap Nita menjelaskan.

Ada rasa sedih yang mengeruk hati Adam, ia menatap anaknya dengan sendu.

“Maaf ayah ya ... Lain kali kita akan tidur bersama.” Mereka berdua hanya mengangguk begitu saja.

Setelah anak-anak pergi bermain, sekarang tinggallah mereka berdua saja di ruang tamu. Nita mulai menatap suaminya dengan intens.

“Semalam mas dari mana?” tanya Nita mulai membuka suara.

“Biasa nongkrong sama teman-teman. Kamu kenapa tanya-tanya?”

Nita menarik nafas panjang, “kamu kapan berubah sih mas? Anak kita sudah besar-besar, apa kamu Gak kasihan dengan mereka?”

Adam menatap marah istrinya, pria itu langsung memukul meja, membuat suara nyaring terdengar.

“Kamu Gak punya hak ya, ngatur-ngatur hidup saya!” teriak Adam kencang.

“Mas! Aku istri kamu, aku tak mau kamu selalu pulang malam dalam keadaan mabuk. Bisa Gak sih kamu hargai aku sebagai istri!” teriak nita balik, “anak-anak mu selalu bertanya dimana bapaknya ketika malam tiba, tapi kamu malah sibuk dengan teman-teman mu menikmati barang haram itu!” Nita berteriak keras di hadapan adam tanpa rasa takut.

Mata adam memerah karena menahan kesal, berani sekali istrinya ini melawan kata-katanya. Tangan adam terayun memukul pipi wanita itu tanpa berpikir lagi!

“Dasar istri tidak tahu di untung! Beraninya kau melawanku!”

Nita menyentuh pipinya yang terasa panas bekas tamparan Adam. Ia tidak percaya pria itu berani memukulnya, ini pertama kali semenjak mereka menikah dan adam menampar dirinya.

“Mas ... Kamu memukul ku?” Nita terlihat sangat syok. Air matanya sudah melelah tanpa dapat ditahan, disakiti oleh orang dicintainya, ini sangat menyakitkan.

Adam terlihat menyesal dengan apa yang telah diperbuatnya. Pria itu menatap sang istri yang sudah menangis karena perbuatannya.

“Dek...?”

Ia ingin meminta maaf, tapi Nita langsung berlari ke dalam kamar meninggalkan Adam yang masih mematung di ruang tamu.

*****

Hay, semua...

Kalian yang ingin cerita ini cepat updet jangan lupa tingalkan komentar ya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!