Adam duduk bersama teman-temanya, malam ini mereka akan berpesta lagi. Wanita-wanita cantik sudah siap mengelilingi mereka.
Lagi-lagi mereka memilih tempat persembunyian yang jauh dari keramaian dan juga jangkauan para polisi. Bagaimanapun yang mereka lakukan melanggar hukum, jika didapati membawa barang haram ini mereka bisa ditangkap dan dipenjarakan.
Para gadis itu adalah langganan Adam dan teman-temannya saat melakukan pesta, karena bayaran mereka cukup murah tapi pekerjaan sangat memuaskan. Bisa dibilang mereka jarang menukar wanita-wanita bayarannya, tentu saja alasan takut kena penyakit. Jika yang ini sudah pasti bagus, karena selalu bersama mereka.
Wajah Adam terlihat sedikit suram, membuat temannya merasa heran. Tak seperti biasanya, selama ini Adam yang paling bersemangat jika melakukan pesta seperti ini.
“Ada apa Kawan? Kenapa tak bersemangat begitu?”
“Ada sedikit masalah dengan istriku,”
“Ayolah... Kenapa kau masih memikirkan dia, lihatlah gadis-gadis kita ini, mereka lebih bisa memuaskan dirimu.” Alex menepuk pundak Adam sembari terkekeh.
“Kali ini dia keterlaluan, dia berani meminta cerai dariku! Dia sudah melukai harga diri seorang Adam!”
Alex dan Raju terkekeh pelan, “jika dia minta pisah bukankah itu baik? Kau bisa bebas untuk melakukan apa saja,”
“Tidak, tidak. Bagaimana pun dia ibu dari anak-anakku. Lagi pula jika aku bercerai darinya, siapa yang akan menyiapkan mengurusku? Menyiapkan Makanan dan mencuci baju ku nanti, lagi pula aku masih menginginkannya.”
“Lalu apa yang akan kau lakukan jika dia menggugatmu terlebih dahulu ... Aku yakin Dia bukan wanita lemah dan bodoh.” Alex memancing emosi Adam, pria itu terlihat mengepal tinjunya.
“Aku akan menghabisinya! Tidak ada yang boleh memilikinya selain aku!” Adam mengeram kesal. Selain cinta, dari dulu ia juga terobsesi pada istrinya itu, tak mungkin baginya ia lepaskan.
Kedua teman Adam terkejut mendengarnya. Tapi mereka kembali terkekeh, mereka tahu Adam tak akan segila itu untuk menghabisi nyawa seseorang.
“Sudah, jangan dipikirkan. Ayo kita berpesta ... Para gadis sudah tidak sabar menunggu belayan kita,”
Adam kembali tersenyum senang, seolah ia sudah melupakan apa yang membuatnya sedih tadi.
Mereka tertawa bersama, menghabiskan malam itu dengan cara mereka sendiri. Adam tanpa rasa malu dan segan langsung bercumbu dengan dua gadis sekaligus. Jika saja istrinya lihat, entah seberapa hancur wanita itu.
*****
Nita menarik nafas kasar setelah melihat sebuah foto yang tiba di ponselnya. Dan itu nomor Sofi yang Lagi-lagi melihat suaminya sedang melakukan pesta bersama Wanita-wanita cantik disana. Sofi bilang ia melihat Adam di tempat yang sama malam ini.
Tubuh yang dulu hanya miliknya, sekarang ia telah berbagi dengan wanita lain. Tangan yang dulu selalu membelainya dengan penuh kasih daya, tapi tangan itu juga ya sekarang menggerayangi tubuh wanita bayaran itu.
Jika dulu ia begitu cinta pada pasangannya, tapi sekarang sudah hilang karena luka. Ia sudah memutuskan akan mencari cara agar bisa membalas pria itu.
Nita merasa frustrasi. Jika dirinya membicarakan ini lagi dengan Adam nanti pasti pria itu kan memukulnya lagi, jadi ia harus melakukan apa?
Ia harus melakukan sesuatu agar bisa bebas dari suaminya. Memikirkan itu Nita ingat dengan kedua kakak laki-lakinya, mungkin ia bisa meminta bantuan mereka.
Segera wanita itu mencari nomor ponsel Mas Isal. Dia kakak laki-laki tertuanya.
Saat teleponnya diangkat diserang sana wanita itu berteriak bahagia.
“Assalamualaikum, mas.” Nita berucap salam pada kakaknya.
“Waalaikum salam,”
Mereka berbincang sesat, saling bertanya kabar dan juga menanyakan keluarga masing-masing. Merasa tak ingin berbicara di telepon masalah rumah tangganya, Nita meminta bertemu dengan Mas Isal di rumah orang tua mereka.
“Baiklah, besok mas akan kesan.” Nita tersenyum senang mendengar jawaban kakaknya.
“Iya, mas. Besok aku tunggu di rumah Bunda.”
Setelah itu mereka mengakhiri panggilan itu. Sekarang ia punya sedikit harapan. Nita menatap anaknya yang sedang bermain, entah mengapa memandang mereka hatinya merasa sedih, serasa suatu hari nanti ia tak bisa lagi melihat mereka.
“Bunda kenapa?” Nita tersentak saat merasa tangan kecil mengusap pipinya, ahh ternyata tanpa sadar ia menangis.
“Bunda gak apa-apa kok Nak. Sudah, sana main lagi sama adek.”
Puji memang anak yang sangat peka dengan perasaan bundanya, anak kecil itu akan selalu tahu jika wanita kesayangannya ibu akan bersedih. Tapi kali ini ada rasa cemas dalam hatinya.
Nita kembali menatap anak-anaknya dengan pandangan sayu, tatapannya tak berkedip sedikit pun, terlihat seperti orang yang seakan pergi jauh dari anak-anaknya. Ada rasa kasih tak sampai pada anak-anaknya, tapi ia sendiri tak tahu ini perasaan apa.
“Seumur hidupku, aku hanya ingin mereka hidup bahagia ... Jika aku tak mampu melakukannya, biarkanlah mereka bahagia tanpa diriku.” Nita bergumam pelan. Tak terasa air matanya jatuh berderai, ia tidak sedih tapi air matanya keluar dengan sendirinya.
******
Mas Isal menatap adiknya dengan bingung. Setelah sekian tidak bertemu, mengapa adiknya begitu terlihat kurus sekarang. Pri itu ingin bertanya tapi ia merasa tak enak.
“Baru sampai, Nit? Katanya kamu yang mau tunggu mas loh, kok malah kamu yang telat?” Nita tersenyum malu, itu memang benar dirinya yang salah.
Nita langsung menyalami kakaknya, “Maaf ya mas ... Oh ya, bunda mana?”
“Ada, didapur. Katanya mau masak, karena air berkumpul hari ini.”
Memang kakak tertuanya ini berpisah rumah dengan bunda setelah menikah, sedangkan kakak laki-laki keduanya masih tetap tinggal di rumah orang tua mereka untuk menjaga bunda.
Kakak Nita langsung mengendong kedua keponakannya, puja dan puji juga terlihat senang bertemu dengan pamannya.
Setelah beberapa menit Nita melepaskan rindu pada keluarganya. Kembali ia merasa sedih saat menatap mereka satu persatu, entah mengapa, ia sendiri tak tahu penyebabnya.
“Mas ...,” Nita menghampiri Kakak tertuanya itu, “aku ingin berbicara dengan mu.”
Mas Isal menarik alisnya, “kok gak disini aja dek?”
Nita menggeleng, lalu ia merangkul kakaknya menuju taman di belakang rumah. Mereka memilih duduk di bawah pohon, disana ada dahan pohon yang sudah mati.
“Aku hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Mas, mana tau nanti gak bertemu lagi.”
Isal semakin heran mendengar ucapan adiknya. Memangnya ia ingin kemana?
“Kamu kok ngomong gitu? Emangnya kamu mau kemana setelah ini?”
“Gak kemana-kemana. Kan aku jarang pulang ke rumah Bunda, mas. Kita juga jarang bertemu nantinya.” Nita terlihat sendu, “mas, apa aku bisa meminta sesuatu?”
“Apa?”
“Jika suatu hari nanti aku meminta Mas untuk menjaga puja dan puji, tolong buat mereka bahagia ya mas. Aku hanya ingin mereka selalu baik-baik saja,”
“Memangnya kamu mau kemana, dek? Kamu mau pergi?”
Nita menggeleng, setelah itu mengangguk, seperti itu terus sampai Isal merasa khawatir.
“Sebenarnya kamu kenapa dek? Jangan bikin kami kawatir begini, jika begini Mas jadi bingung.”
“Aku ingin bercerai dengan suamiku, mas.” Akhirnya ia bisa mengucapkan tujuannya setelah merasa ragu.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments