Pergi dengan senyum luka

Seluruh keluarga dan orang-orang yang dekat dengan keluarga mereka telah berkumpul di rumah Nita dan adam. Terlihat mereka telah menunggu kedatangan jenazah untuk dimakamkan. Padahal hari telah hampir magrib, tapi orang-orang dengan sabar menunggu in mengantarkan wanita malang itu ke peristirahatan terakhirnya.

Sebuah mobil ambilan berhenti tepat didepan rumah, semua orang mulai menyambutnya. Tapi suara keras seseorang menghentikan sopir ambulans untuk membuka pintu penurunan jenazah.

“Berhenti!”

Semua orang menatap seorang pria yang berdiri dengan berang digerbang rumah. Joni, kakak kedua Nita berdiri dengan wajah memerah menahan amarah yang diikuti dengan beberapa laki-laki lain yang masih pihak keluarga Wanita itu.

“Tidak ada yang diizinkan menyentuh mayat adikku tanpa seizin kami!” Teriakan itu mengundang perhatian seluruh masyarakat yang datang melayat disana.

“Nak Joni, ada apa?” tanya seorang ibu-ibu. Hari sudah hampir malam, jika jenazah tak di salatkan sekarang akan keburu malam datang.

Joni tak menjawab, tapi pria itu langsung menghampiri pria yang terdiam kaku di samping mobil ambulans. Tak banyak tanya, ia langsung menghantam wajah Adam dengan tinju.

“Bajingan! Sialan! Mati saja kau pecundang!” Makian dan umpatan Pria itu membuat semua orang terlihat panik.

Joni tidak berhenti, tapi beberapa pria datang ikut bergabung memukuli Adam tanpa ampun. Mereka kakak dan sanak saudara Nita, saat kabar kematian ini tersebar mereka sudah merencanakan Penyerkapan ini.

Teriakan dan pekikan para warga yang melihat membuat suasana disana semakin riuh. Ibu Adam berteriak histeris melihat anak dipukuli dan dikeroyok banyak orang.

“Berhenti! Kalian bisa membunuh anakku!” teriak Ibu Len putus asa.

Seorang pria tua mendekati Ibu dan keluarga Adam, pria itu tersenyum sinis.

“Anak kalian pantas mendapatkan itu. Setelah membunuh istrinya masih saja bertingkah seperti manusia tak berdosa,” pria tua itu berdecih jijik.

Semua orang tercengang mendengar ucapan pria itu, orang-orang mulai berbisik-bisik membicarakan kebenaran apa yang sebenarnya.

Ayah dan ibu adam tak kalah terkejut, mereka tak percaya dengan kata-kata pria tua itu. Ibu Len semakin berteriak histeris supaya anaknya berhenti dipukuli, sedangkan ayah Adam ingin membantu putranya tapi langsung ditahan oleh orang-orang. semua orang seolah bungkam, tak ada yang bergerak untuk membantu Adam, mereka memilih menjadi menonton saja.

Saat mendengar suara mobil polisi datang Ibu Len bernafas lega, ia berlari menuju polisi untuk meminta tolong. Wanita tua itu terlihat tak tahu malu, melihat orang-orang mulai membicarakan mereka, wanita tua itu semakin hilang kendali.

“Pak polisi, tolong anak saya. Mereka memukuli anak saya, pak.”

Para polisi hanya menatap acuh, mereka hanya berucap santai. “Ibu tenang saja,” Tapi tak urung mereka menghentikan perkelahian itu. Teriakan polisi dan juga beberapa polisi yang datang langsung melerai perkelahian.

Adam terlihat sudah babak belur dibuatnya, pria malang itu tak lagi sadarkan diri. Wajar saja, melihat bagaimana mereka memukuli, masih untung dirinya tak langsung mati disana.

kedua orang tua Adam langsung berlari membantu membatu. Selain ibu Len dan suaminya, tak ada ataupun orang lain yang ikut menolong mereka. Seluruh tetangga dan kerabat yang lain memilih membuang muka, pura-pura tak tau.

“Maaf Bu. Atas laporan yang kami terima, Bapak Adam terpaksa kami bawa ke kantor polisi untuk diinterogasi.”

Bagaikan disambar petir. “Anak saya tidak mungkin membunuh istrinya, pak. Mereka telah memfitnah anak saya!” ibu Len berteriak marah, “mereka! Seharusnya kalian para polisi tangkap mereka yang sudah main hakim sendiri. Semua ini hanya tuduhan palu, anak saya bukan penjahat.”

“Maaf, Bu. Kalian bisa jelaskan di Kantor polisi nanti. Sekarang kami harus membawa bapak Adam.”

“Tapi anak saya terluka, pak.”

“Tidak apa-apa, Bu. Dikantor polisi dia akan mendapatkan perawatan.”

Tanpa dapat di cegah lagi, Adam digiring masuk ke dalam mobil polisi. Pria itu terlihat sudah tak bisa melawan lagi, karena pukulan para pria tadi telah membuatnya babak belur dan lumpuh seketika.

Tersenyum pahit penuh penyesalan. Tak disangka dirinya akan semudah ini ditangkap. Sekarang ia harus membusuk penjara karena melukai istrinya sendiri

****

Mayat telah diletakkan ditegah rumah orang tua Wanita itu. Setelah pertengkaran yang membuat keributan besar itu, jenazah Nita tak diturunkan dirumah lamanya bersama Adam. Tapi langsung dibawa ke rumah orang tua Nita.

“Apa sebaiknya kita kuburkan jenazah ini sekarang? Sebentar lagi hari akan malam, alangkah baiknya jika nak Nita diantarkan ke peristirahatan terakhirnya.”

Semua orang menganguk setuju. Seluruh keluarga terpaksa dengan iklas melepaskan saudara mereka. Suara tangis pecah melihat wanita yang dulu selalu tersenyum sekarang mulai ditimbunkan dengan tanah kuning.

Sekarang semuanya sudah berakhir. Sampai disinilah kisah hidup Nita yang Allah tuliskan. Ternyata memang harapan tak sesuai dengan kenyataan. Meskipun dia pergi dengan sejuta laku, tapi Nita bersyukur bisa istirahat terakhirnya diantarkan dengan doa-doa yang tulus.

Dia tersenyum kecil, tubuh pucat itu membeku dengan helaan nafasnya yang menghilang. Ia berjanji dalam hatinya, meskipun dia sudah tak lagi bisa menemani buah hatinya di dunia ini, ia akan selalu mengawasi mereka di atas sana.

*****

Halo semuanya... kenapa gak ada yang komen ya?

jika ada yang tidak sesuai dengan penulisannya kalian bisa tingalakn kritikan ya, like dan komen kalian penyembangat untuk aku melanjutkan cerita ini.

Salam cinta

Terpopuler

Comments

Sri Darlina

Sri Darlina

kenapa harus ada kematian

2023-04-29

1

FiaChww

FiaChww

full sad 😢😭

2023-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!