Istana Pasir

Istana Pasir

Perpisahan dengan keluarga

Awal mula saat kelopak bunga masih mekar harum mewangi

Bilqis adalah kembang desa yang menjadi primadona setiap kaum adam. Rambut panjang berombak terurai, kulit putih, alis mata bagai semut beriring dan bibir merah muda merona seperti kemerahan di pipinya. Dia adalah anak ke lima dari pasangan Yuga dan Hani. Ayahnya bekerja sebagai karyawan di salah satu perkebunan kelapa sawit sedangkan ibunya membuka usaha rumah makan kecil-kecilan.

Kehidupan mereka yang sangat sederhana di tengah krisis moneter di sela kesempitan hidup yang mereka jalani. Setiap pagi Hani mengayuh sepeda berbelanja ke pasar. Sebelum pergi dia menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya.

Yuga sudah pergi bekerja lebih awal, dia juga mengendarai sepeda angin menuju ke pekerjaannya. Di adalah seorang buruh karyawan yang sangat lihat membuat perabotan. Demi kelangsungan hidup keluarganya, dia juga bekerja paruh waktu menerima pesanan perabot dan berbagai pekerjaan halal lainnya. Yuga adalah orang yang sangat jujur, meskipun di dalam pabrik teman-temannya sering mengajaknya bekerjasama membawa beberapa bahan untuk di curi namun Yuga dengan tegas menolaknya.

Hari ini tepat kenaikan semester dua seperti biasa Bilqis dan Risa secara bergantian pergi ke sekolah. Seragam mereka hanya satu stel, Masing-masing dari mereka masuk sekolah lalu tidak hadir begitu seterusnya dengan peralatan sekolah lainnya.

“Kakak hari ini aku harus masuk sekolah, aku ada ulangan” ucap Risa cemberut.

“Bagaimana ini? aku juga ada ulangan, ibu guru juga sudah menangis uang sekolah yang menunggak selama tiga bulan” gumam Bilqis.

Dia tersenyum membiarkan adiknya bergegas berganti lalu pergi. Uang jajan mereka juga hanya cukup untuk ongkos pulang dan pergi, tapi keduanya tidak pernah mengeluh. Tomi, anak ketiga, membiayai sekolahnya dengan berjualan sketsa lukisan yang di pesan orang-orang padanya, dia juga menyempatkan diri menerima upahan mencuci pakaian dan membersihkan halaman rumah orang.

Sekolah jurusan meja gambar pada jaman itu mengharuskan para siswa tinggal di dekat sekolah itu agar datang tepat pada waktunya. Dia ingin sekali menyisihkan uang untuk orang tua dan adik-adiknya, tapi kadang dia sehari tidak makan demi menghemat agar bisa bersekolah.

“Bilqis tolong bantu ibu di dapur nak” panggil Hani.

Dia tertegun melihat anaknya berlinangan air mata duduk di pucuk kasur. Hani mendengar semua keluh kesah anaknya, dia tidak bisa berbuat apapun. Jualannya juga kadang tidak laku, Hani mengusap punggung Bilqis mengatakan dia harus putus sekolah seperti kakaknya Naya dan abangnya Dodon.

Hati Bening sebenarnya sangat berat untuk berhenti bersekolah, tap dia hanya bisa pasrah dengan takdirnya. Setelah perjuangannya hampir naik di kelas dua Sekolah Menengah atas, dia terpaksa gugur demi mempertahankan sekolah Risa.

“Ibu akan menutup warung dan menyusup ayah bekerja agar tahun depan kamu bisa bersekolah lagi”

“Pekerjaan itu sangat berat bu, ibu harus mengangkat besi dan bahan-bahan berat lainnya” ucap Bilqis.

“Tidak apa-apa, ini sudah menjadi tanggung jawab ayah dan ibu.”

Tepat di hari ke tiga puluh sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumah. Dua orang wanita berpakaian mewah dan seorang pria yang menggunakan jas berwarna hitam. Ketukan pintu dan panggilan suara wanita yang terdengar tidak asing. Hani tersenyum menyambut kedua wanita itu hingga memeluknya erat.

Bilqis hanya berani memperhatikan dari balik pintu. Salah satu wanita tersenyum melihatnya.

“Kak, itu siapa?”

“Itu anak ku Bilqis__”

Pertemuan singkat, di sela perbincangan wanita yang menyebutkan namanya Rita itu terdengar memaksa agar Bilqis ikut bersama mereka.

“Ayolah kak, aku berjanji dan bersumpah akan menjaganya. Kasihan dia harus berhenti sekolah, aku akan memasukkannya ke sekolah kedokteran.”

“Sejujurnya aku belum pernah dan sanggup melepaskan anak ku hingga menyebrang pulau. Aku akan memikirkannya lagi” ucap Hani.

“Bagaimana dengan mu Bilqis? Kamu nggak mau sekolah lagi?” tanya Rita.

“Sudah kalau anaknya nggak mau jangan di paksa. Nenek tau kamu bisa memilih yang terbaik untuk hidup Bilqis” ujar Rina.

Keputusan yang berat bagi hani melepaskan anak gadisnya jauh dalam jangka waktu yang sangat lama. Begitu pula dengan Bilqis yang tidak bisa berpisah jauh dari keluarga. Namun pendidikan dan sekolah adalah hal terpenting untuk masa depannya. Putus sekolah dan berhenti belajar, dia tidak mau mengubur semangat dan mimpinya di masa muda.

“Aku harus menjadi manusia yang maju dan berani untuk mengubah diri lebih baik lagi. Aku juga ingin membahagiakan ibu” gumam Bilqis.

Diskusi panjang semalam suntuk selepas kepulangan Yuga, mereka berempat berunding membicarakan Bilqis. Keputusan Bilqis mau ikut ke kota besar, Hani hanya bisa menangis di dalam hati yang teriris melepas kepergian anaknya karena tidak sanggup membiayai sekolahnya.

Risa membanting tas, dia membuang wajah posisi tidur membelakangi Bilqis. Air matanya sudah tumpah membentuk pulau sesekali sesenggukan menyeka air mata.

“Dik, dik, maafin kakak ya” ucapnya.

“Kakak jahat! Kalau gitu aku putus sekolah juga!”

“Nggak boleh gitu dik, kakak janji akan selalu mengirim kabar. Kakak juga akan segera menyelesaikan sekolah dan secepatnya pulang.”

Pada malam itu Risa yang sangat menyayangi kakaknya memeluknya sambil menangis hingga dia tertidur. Pagi-pagi sekali Bilqis bersiap mengemasi pakaian. Rita menggelengkan kepala melihat tas usang yang akan di bawanya.

“Semua tinggalkan saja, nanti kakak akan belikan yang baru” ucap Rita.

Berpamitan dengan keluarga besar. Bilqis melambaikan tangan mengucapkan salam perpisahan sebelumnya sudah mencium punggung tangan orang tuanya.

“Kak jangan lupa kabari kalau sudah sampai ya, dah kak!” teriak Risa.

......................

Suasana kota besar yang padat penduduk. Lampu lalu lintas, kerlap kerlip cahaya kendaraan dan keramaian di malam hari. Bilqis melihat di tempat yang baru saja dia pijak seperti suasana di pagi hari.

“Wah, ramai sekali. Gedung-gedung tinggi itu seperti biasanya hanya bisa aku lihat dari layar televisi” Bilqis membatin.

Mereka berhenti di depan gerbang besar, jarak antara halaman menuju rumah terbilang jauh. Halaman sangat luas, seorang penjaga membuka pintu tersenyum pada Rita dan Rina.Selamat malam nyonya” ucapnya sambil menunduk.

Sepasang bola mata itu membelalak melihat rumah mewah yang besar itu. Dari dalam ada seorang pekerja lainnya membuka pintu meraih barang-barang yang di pegang Bilqis. Dia tersenyum sangat sopan menunjukkan sebuah kamar.

“Kamu istirahat ya kalau butuh sesuatu bilang nenek atau kakak”

“Ya kak, nek, terimakasih banyak” jawab Bening.

Mengikuti ke sebuah kamar kosong, dalamnya sangat kuas. Bi Sumi memberikannya kunci kamar lalu berpamitan pergi.

“Ba_bu_ba_”

Suara anak laki-laki terbata melihat Bilqis di dekat pintu.

“Siapa dia?” gumamnya.

“Adik, kamu siapa? Kenalan yuk, nama kakak. B_i_l_q_i_s” ucapnya terbata.

“Uh! R_i_k_y."

Bilqis tersenyum meraih tangannya mengajak bersalaman.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

like plus favorit ❤️

2023-05-04

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

semangat kak♥️💞

2023-04-02

0

nek imah👋

nek imah👋

kasian. berjuang demi sekolah. semoga trgapai cita mu

2023-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!