Bertumpu

“Gimana lukanya Fat, masih sakit?” tanya Bilqis memperhatikan jalannya yang pincang.

“Masih ngilu dikit. Maaf aku ngerepotin kamu deh Qis. Kamu yang paling andil mengerjakan lembar tugas ku.”

“Nggak apa-apa. Musibah ini kan nggak kamu mau.”

Kedatangan Bilqis menjenguk Fati membawa buah tangan lengkap pesanan sate kacang kesukaan. Fati tetap ngotot minta di belikan meski kacang membuat rasa gatal dan luka sulit mengering. Sementara suara ramai Barka dan teman-teman sekelas mengumpul di bawah kasurnya yang asik bermain mobile legend sambil menikmati cemilan.

“Udah sore nih, balik yuk” Yoga berdiri menyelipkan ponsel ke dalam kantung jaketnya.

“Bentar, masih login. Duluan aja deh gua mau jadi satpam si Fati. Kali aja dia mau buka hati buat gua” Erik tersenyum melirik ekspresi Fati yang datar.

“Siapa juga yang mau sama lu?” Fati membuang wajah menatap ke posisi dinding.

Rintik hujan mulai berjatuhan. Mereka berpamitan pulang, sebelumnya Bilqis berpesan agar jangan terlalu banyak makan kacang-kacangan. Sesampainya di rumah, Bilqis tersenyum bahagia. Wajahnya sumringah, dia tidak mengira di ruang tamu ada keluarga yang datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Kejutan besar ini melepas rasa rindunya. Dia langsung memeluk sambil menahan tangis.

“Ibu! Dik Risa!”

“Gimana kabar kamu nduk? Kok kamu luka-luka begini?” tanya Hani.

“Terus ini jidat kamu kenapa?”

Bu Hani terus menerus menanyakan setiap plaster yang menutupi lukanya. Bilqis menjelaskan kecerobohannya selama berkemah mengakibatkan kecelakaan terjatuh ke jurang. Cubitan kecil di lengannya. Hani hampir berpikir anaknya di siksa Rita.

“Tante, aku udah larang si Bilqis kemah ya. Tuh, nenek tuh yang kasih ijin kemarin” ucap Rita membela diri.

Dia seolah melupakan kesalahannya menjambak Bilqis hingga membenturkan dahinya di lantai. Hani hanya menghela nafas. Dia menarik Rina berbicara empat mata di ruangan sebelah. Pembicaraan mereka sangat lama. Panggilan nek Rina memanggil nama Rita, satu jam berlalu Bilqis di panggil ke dalam.

“Kak, Cuma si Bilqis penyambung jembatan di antara kita. Kalau kakak bawa pulang Bilqis. Berarti kakak memutuskan rantai persaudaraan ini” ucap Rita.

“Bukan begitu Ta. Hani yang lebih berhak menentukan hidup anaknya. Kamu nggak boleh melarang kalau ibunya menjemput”

“Mami, Si Bilqis belum ada satu bulan pindah ke kota. Memangnya ngurus perpindahan itu kayak kacang goreng? Aku malas mengurus perpindahan ke kampung. Biar kak Hani saja!”

“Hati kakak nggak tenang Ta. Kakak jadi bimbang” kata Hani mengerutkan dahi.

“Kamu nggak merasa tertekan tinggal dan bersekolah disini kan?” tanya Rina.

“Nggak nek. Bu, nenek, kakak dan abang menerima Bilqis disini.”

“Kakak tenang aja ya pokoknya si Bilqis aman. Semuanya aku kasih. Kakak pulang aja, kasian abang di tinggal di kampung terlalu lama” bujuk Rita mengusap pelan punggungnya.

Satu malam Hani tidak bisa tidur, dia tetap tidak tenang mendengar kata hatinya. Di sisi lain, melihat kegigihan Bilqis bersekolah. Dia jadi merasa menjadi orang tua yang tidak bisa bertanggung jawab.

“Kak Bilqis, temenin Risa ambil air minum”

“Sebentar, kakak aja yang turun ambilnya.”

Hani memperhatikan ruangan kamar anaknya yang jauh berbeda dengan kamarnya di kampung, Tumpukan buku-buku dan perlengkapan sekolah terlihat lengkap di rak lemari meja belajar.

“Semoga cita-cita mu terkabul nduk” gumam Hani.

Bilqis sudah pasrah ibunya menjemput pulang. Baginya keputusan ibunya adalah yang terbaik bagi hidupnya.

Terpopuler

Comments

pura pura kuat

pura pura kuat

emaknya udah jemput ya pulang aja nak. kasian hidup lu bilqis

2023-05-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!