Blizt'N Demon
"Huft.. Hari ini melelahkan sekali," ucap seorang pemuda dengan pupil mata ungu. Namanya adalah Rafa.
"Lagi pula, kenapa dia (guru) terlambat? Karena itu kita pulang lebih lama," keluh seorang pemuda di sampingnya. Namanya adalah Kevin.
"Kau protes saja langsung padanya," balas Rafa.
"Kau pikir aku berani? Tentu saja tidak!"
Titttt
Secara bersamaan, Rafa dan Kevin melihat ke arah jalan karena suara klakson mobil yang keras.
Tepat di penyebrangan jalan, seorang anak kecil berdiri diam sambil melihat mobil yang melaju ke arahnya. Ia tidak melakukan gerakan apapun. Bahkan tidak mencoba untuk menghindar.
"Itu berbahaya!"
"Duh," Wajah Kevin terpukul tas yang dilemparkan Rafa. Sementara temannya itu berlari ke tengah jalan. "Bodoh, apa yang kau lakukan?!" kagetnya.
Rafa menarik tangan anak kecil dengan kuat sampai dirinya dan anak itu jatuh bersamaan di trotoar jalan.
Busshh
Mobil pun melintas dengan cepat tanpa mengurangi kecepatannya. Ia seperti tak peduli bila nantinya akan menabrak anak kecil tadi.
Rafa melihat anak kecil yang terjatuh di atas tubuhnya. Ia sedikit meringis karena anak itu menimpa tubuhnya. Walau begitu, ia harus menanyakan keadaannya, "Kau baik baik saja?"
Anak itu segera bangun dan duduk di samping Rafa. Ia terlihat sedikit terkejut dengan hal yang baru saja terjadi. Untuk sesaat ia hanya terdiam. Hingga Rafa akhirnya kembali berbicara, "Sudah, kau sekarang aman. Bagaimana kondisimu?"
Anak itu menatap Rafa dan hanya mengangguk untuk membalasnya.
Rafa menghela nafas lega. Ia pun berdiri dan membantu anak itu juga untuk berdiri, "Kenapa kau berdiri di tengah jalan? Itu berbahaya. Jika saja aku tidak melihatmu ada di sana, kau mungkin sudah tertabrak oleh mobil."
Anak itu menggeleng sebagai jawaban. Tidak banyak ekspresi yang ditunjukkannya setelah ekspresi terkejut tadi.
"Orang tuanya sangat ceroboh sampai membiarkan anaknya hampir tertabrak di jalan," gumam Rafa sambil menatap anak kecil itu. Ia kini baru menyadari bila pakaian yang dikenakannya sangat besar untuk ukuran tubuhnya yang kecil. "Mereka bahkan memberikan baju yang besar untuk anaknya. Apa mereka berharap pakaian itu bisa digunakan sampai dia dewasa nanti?"
Anak di depan Rafa hanya memperhatikan dirinya yang terus bergumam dengan suara kecil.
"Rafa! Kau baik baik saja?!" teriak Kevin yang mulai menghampiri Rafa. Ia terlihat khawatir. Tindakan temannya itu sangat gegabah dan nekat.
"Aku baik baik saja. Dia juga sepertinya tidak terluka," balas Rafa sambil melirik Kevin sebentar. Pandangannya kembali teralihkan pada anak di depan, "Dimana orang tuamu? Kenapa kau sendirian di tempat ini? Ini sudah hampir malam."
Anak itu menggelengkan kepalanya, "Aku sendiri. Aku tidak tahu ini dimana. Sebelumnya aku terbangun di jalan kecil, lalu aku berniat untuk berjalan jalan. Lalu setelahnya, itu yang terjadi."
"Apa orang tuanya baru saja membuangnya? Kasihan sekali. Padahal dia masih kecil. Mereka tega sekali membiarkan anak seumurannya sendirian di sini," bisik Kevin di dekat telinga Rafa. Sesekali pandangannya melirik anak itu dengan tatapan kasihan.
Rafa mengangguki ucapan temannya itu, "Ehm.. Siapa namamu dik?"
"Leon," jawab anak itu.
Rafa sedikit menurunkan tubuhnya untuk mensejajarkan diri dengan Leon, "Bagaimana bila aku mengantarmu ke panti asuhan saja? Kau bisa makan dan mendapatkan tempat tinggak di sana. Kau juga akan mendapatkan banyak teman. Kau akan senang di sana, dibandingkan harus bepergian tanpa arah seperti ini."
Leon menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mau."
Rafa mengerutkan keningnya dengan ekspresi heran, "Kenapa kau tidak mau? Padahal kau akan mendapatkan tempat tinggal dan makanan di sana. Kau juga bisa mendapatkan banyak teman."
"Jika aku bisa mendapatkan hal seperti itu, aku pasti harus membayarnya dengan sesuatu. Aku tidak memiliki apapun untuk itu."
Jawaban dari Leon membuat Kevin dan Rafa berkedip beberapa kali. Mereka pun tertawa karena jawabannya, "Hahaha.., Kau tidak harus membayar apapun untuk panti asuhan. Kau cukup menikmatinya saja," balas Kevin.
Leon menggelengkan kepala, "Aku tidak mau."
"Kalau begitu, apa kau mau bertemu dengan orang tuamu?" tanya Rafa.
"Aku tidak ingat apapun. Yang kuingat hanya namaku saja."
Kevin dan Rafa saling melemparkan tatapan satu sama lain. Jawaban itu sepertinya menjawab sebagian pertanyaan mereka, "Kau hilang ingatan? Bagaimana bisa?" tanya mereka secara serentak.
Leon membungkam mulutnya. Ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya.
"Kau yakin tidak mau ke panti asuhan? Jika kau ke sana mungkin panti asuhan bisa membantu menemukan identitasmu. Kau juga bisa segera bertemu dengan orang tuamu," tanya Rafa untuk kedua kalinya.
Walau begitu, Leon tetap menggelengkan kepalanya dan menolak usulan dari Rafa.
Pada akhirnya setelah banyak memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah, Rafa membawa Leon ke rumahnya. Walaupun rumahnya tidak besar, tapi rumahnya nyaman ditinggali. Di tempatnya pun memiliki ruangan yang kumplit. Ada ruang tamu, dapur, kamar mandi, dan 2 kamar tidur yang letaknya berada di lantai 2.
"Untuk sementara kau bisa tinggal di rumahku sampai kau bertemu dengan orang tuamu. Mereka mungkin sedang mengkhawatirkanmu saat ini," ucap Rafa.
Leon yang terus menolak untuk masuk ke panti asuhan pada akhirnya menumpang di rumah Rafa karena orang itu yang terus membujuknya. Rafa mungkin tidak mau bila anak sepertinya sampai terluntang lantung di jalanan. Karena itu, dia sampai mau memberikan tempat untuknya.
"Sejak tadi dia terus diam saja. Biasanya anak seumurannya sering berisik. Apa mungkin sekarang dia sedang bingung? Jika dipikirkan, pertama dia baru saja hilang ingatan. Kedua, mobil hampir menabraknya. Ketiga, dia tiba tiba harus tinggal sementara di rumah asing," batin Rafa dengan mata yang terus memperhatikan Leon.
Anak laki laki itu terlihat berumur 10 tahun. Kehilangan ingatan pasti akan membuatnya sangat bingung. Bahkan mungkin takut dan panik. Ia khawatir bila Leon akan takut dan panik seperti itu. Karena ia tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.
"Untuk sekarang sebaiknya istirahat dulu saja. Eumh.. Kalau dipikir pikir, bajumu terlalu besar. Aku akan mencarikan pakaian kecil yang mungkin bisa kau pakai. Tunggulah di sini."
Mendengar ucapan Rafa, Leon hanya mengangguk.
Beberapa saat kemudian, Leon sudah mengganti bajunya dengan pakaian yang diberikan Rafa. Pakaian kaos berwarna hitam dengan gambar super hero.
"Hehehe, tidak ada lagi selain baju itu," ucap Rafa dengan canggung. "Kita akan pergi membeli pakaian untukmu besok, karena kebetulan juga besok adalah hari minggu. Baiklah! Sekarang aku akan menunjukkan kamarmu sementara ini."
Leon memperhatikan setiap inci ruangan tidurnya setelah sampai. Cat dinding berwarna putih dengan garis coklat di bawah, tempat tidur yang cukup untuk 2-3 orang, lemari sedang berwarna kecoklatan, meja belajar dan kursi. Lalu jendela yang berada di dekat tempat tidur dengan hordeng coklat.
"Kenapa kau mau menolongku?" tanya Leon dengan tatapan yang masih terarah pada ruangan kamar.
"Em.. Kupikir tidak perlu alasan untuk membantu seseorang," jawab Rafa seadanya. "Sudahlah, itu tidak terlalu penting. Sekarang kau istirahat dulu di sini, aku akan membuatkan makanan."
Leon hanya diam tanpa membalas ucapan Rafa, hingga akhirnya pemuda itu pun pergi ke lantai bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Wana Sifah
ehmm
2024-10-29
0
「Hikotoki」
hmm
2023-09-08
0
Isti II
ciapp
2023-05-28
0