"Sebenarnya dia kemana? Bagaimana dia bisa menghilang tiba tiba?" ucap Rafa. Ia sebelumnya terbangun dan tidak melihat kehadiran Leon. Ia sudah mencarinya di seluruh ruangan, namun tidak menemukannya. Ia pun pergi mencarinya dengan ditemani Kevin.
"Padahal aku tidur di sofa dekat pintu, tapi aku tidak mendengar suara pintu terbuka. Dia juga tidak mengatakan padaku kemana dia akan pergi. Sepertinya, dia berusaha kabur diam diam tanpa kita mengetahuinya," ucap Kevin sambil menggelengkan kepalanya.
Mendengar ucapan Kevin, membuat Rafa berpikir bila Leon kabur. Ia memiliki perkiraan, Leon pergi untuk mencari Nevan. Karena Nevan pergi dengan tiba tiba tanpa mengatakan apapun pada Leon, membuat anak itu mencarinya. Bagaimanapun mereka sudah sangat dekat.
Walau demikian, ia tidak yakin dengan itu. Jika Leon ingin menemui Nevan, seharusnya Leon mengatakan hal itu padanya saja. Jika dia mencarinya sendiri, dia tidak akan bisa menemukan Nevan. Karena itu pun, ia memiliki perkiraan lain.
Leon sedang mencoba mencari kedua orang tuanya karena merindukannya. Anak itu memang tidak selalu menunjukkan ekspresi, namun bisa saja dalam lubuk hatinya, ia sangat merindukan kehadiran orang tua. Ia juga mungkin saja ingin mencari jati diri aslinya dan segera mengingat kenangan yang pernah terjadi sebelumnya.
Walau memiliki perkiraan seperti itu, ia masih tidak tahu tujuan sebenarnya Leon. Dan apapun tujuannya keluar diam diam, itu membuatnya khawatir. Leon masih sakit. Panasnya belum turun, tapi dia pergi seperti ini. Ia harus menemukannya segera.
"Kita berpencar saja, dengan begitu, kita akan lebih cepat menemukannya. Kau ke kanan, aku ke kiri," ucap Rafa.
Nevan mengangguk setuju. Ia pun segera berbelok ke kanan. Sedangkan Rafa, ia berbelok ke kiri.
***
Need menarik kedua lengan Leon. Kedua telapak tangan anak itu memerah dan terluka. Wajahnya seketika langsung kesal, "Jangan melukai tanganmu sendiri. Walaupun luka kecil seperti ini bisa sembuh dengan cepat, tapi jangan melukai dirimu sendiri. Aku tidak suka."
Leon seketika membuka kedua matanya. Ia berkedip beberapa kali. Apa ia tidak salah dengar tadi? Apa maksud dari ucapannya? Apakah pemuda itu ingin menyiksanya dengan keadaan tubuh yang bersih tanpa luka? Dan tidak puas bila ia terluka yang bukan disebabkan oleh dirinya?
Ketika memikirkan alasan itu, membuat Leon semakin takut. Ia menarik kedua tangannya yang mulai sembuh berkat regenerasi tubuhnya, "Jangan macam macam."
Need semakin curiga dengan gerak gerik Leon. Ia yakin anak itu adalah Leon. Ia tidak mungkin salah mengenalinya. Walaupun Leon menyamar menjadi anak manusia sekalipun, ia pasti mengenalinya dengan jelas. Bisa dikatakan ia adalah maniak Leon. Ia menyukai bagaimana sifatnya, apa yang dilakukan olehnya, cara makannya, matanya, suaranya, sifat kejamnya, semua hal dari dirinya. Mustahil ia salah mengenali orang sebagai Leon.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" tanya Need dengan khawatir.
Leon tidak peduli dengan ucapan Need. Ia hanya ingin pergi menjauh dari pembunuh itu. Ia mencengkram pasir di dekatnya dan langsung melemparkannya pada Need.
"Akh," Need kesakitan saat matanya kelilipan. Ia berkedip berkali kali dan mencoba mengeluarkan pasir yang masuk ke dalam matanya.
Pada saat itulah, Leon langsung berdiri dan lari menjauhi Need. Ia ingin pulang ke tempat yang aman.
Need yang sudah mengeluarkan pasir di matanya hanya memperhatikan Leon yang lari semakin menjauh darinya. Ia kini tidak mengejarnya dan memilih untuk menyelidiki keadaan yang terjadi. Ia memiliki firasat buruk tentang ini.
Leon berlari sambil sesekali melirik ke belakang. Ia juga melihat sekitarnya dengan waspada. Pemuda yang mengejarnya bisa muncul kapan saja dan dimana saja tanpa ia duga sama sekali. Entah bagaimana dia bisa melakukannya, namun ia tidak peduli. Asalkan bisa jauh darinya, ia bisa tenang.
Ia yang terlalu fokus dengan belakangnya tanpa sengaja menabrak seseorang hingga membuat dirinya termundur beberapa langkah ke belakang.
"L-Leon?!"
Leon mengelus kepalanya yang baru saja terbentur. Ia segera melihat ke atas ketika mendengar suara orang yang tidak asing. Dilihatnya seorang pemuda bermanik mata ungu berdiri di depannya dengan raut khawatir.
"Ra–"
Rafa langsung berlutut di depan Leon. Ia memegang kedua pundaknya dan mengamati keseluruhan tubuh Leon. Ia khawatir bila anak itu terluka, "Kau tidak terluka, 'kan? Bagaimana keadaanmu? Apa kau masih pusing? Apa kau mau aku memeriksakanmu ke klinik?"
Leon menggelengkan kepala, "Aku baik baik saja."
Rafa menghela nafas dengan berat. Leon tidak terluka. Ia menyentil dahi Leon dengan ekspresi kesal, "Kenapa kau pergi tiba tiba? Apa kau mau kabur dari rumah? Apa yang kau pikirkan? Kau belum sembuh, tapi malah pergi keluar diam diam."
Leon terdiam mendengar ucapan Rafa. Pemuda itu lebih terlihat seperti orang tua yang mencemaskan anaknya, "Maaf.."
"Hah.. sebenarnya kau mau pergi kemana? Kau bahkan tidak mengatakan apapun padaku. Jika kau ingin bertemu Nev, katakan itu padaku. Kau tidak akan bisa menemukannya sendirian. Lalu jika kau ingin bertemu orang tuamu, katakan hal itu juga padaku. Aku pasti akan membantumu. Walau tidak bisa banyak membantu, setidaknya aku bisa meringankan masalahmu," ucap Rafa dengan panjang lebar.
"Aku hanya ingin berjalan jalan sebentar. Maaf sudah pergi diam diam," Leon menundukkan kepalanya, seperti seorang anak yang sudah menyadari kesalahannya.
Rafa menghela nafas sambil menggelengkan kepala. Ia menyentuh kepala Leon, "Sudahlah, jika kau benar benar menyesal, jangan mengulanginya lagi dan membuatku khawatir. Lain kali katakan padaku bila kau ingin pergi keluar."
Leon mengangguk dengan kepala yang masih tertunduk.
"Sekarang bagaimana perasaanmu? Apa kau masih merasa tidak enak?" tanya Rafa sambil menyentuh kening anak itu.
"Aku.. sudah lebih baik."
"Panasnya sudah turun. Wajahnya juga tidak pucat seperti sebelumnya. Padahal tadi tubuhnya sangat panas. Tapi baguslah bila dia sudah sembuh," batin Rafa.
Di balik bangunan dekat tempat itu, Need nampak mengepalkan lengannya dengan gigi menggertak. Ia sangat iri dengan Rafa karena pemuda itu bisa menyentuh Leon. Sementara dirinya tidak pernah menyentuhnya. Kecuali saat ia mencoba menolong Leon tadi, "Sebenarnya siapa dia?!" gumamnya dengan kesal.
Saat ia memperhatikan keduanya, Rafa tiba tiba melihat ke arah tempatnya berdiri. Ia pun segera bersembunyi agar tidak ketahuan. Ia akan mengikuti Leon diam diam dan mencari tahu apa yang terjadi.
"Ada apa?" bingung Leon.
Rafa merasa seperti sedang diperhatikan seseorang. Terlebih, seperti ada aura negatif yang tertuju padanya. Ia pun menatap Leon dan menggelengkan kepala, "Tidak ada. Mungkin aku hanya salah lihat karena di sini sedikit gelap. Sebaiknya kita pulang sekarang ya?"
Leon mengangguk dan berjalan di samping Rafa. Ia kini merasa sudah aman saat Rafa ada di sampingnya. Ia juga tidak merasakan tanda tanda kehadiran pembunuh itu lagi. Sepertinya dia sudah menghilang. Begitulah yang dia pikirkan.
Namun, Need masih terus mengikutinya diam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Agis_Mcan
maniak Leon katanya...
2023-04-11
0