ADVENTURE From US

ADVENTURE From US

Prolog

"Geli banget sekolah bawa-bawa ginian!"

Sebuah gedung dengan palang nama bertuliskan 'SMA Celendation' tampak megah di tengah kota. Sekolah dengan ciri khas dihuni oleh anak genius itu terkenal sampai ke luar negara. Tampaknya dari luar seperti istana di film Disney. Gedung yang terbuat dari batu, lalu ditanami tumbuhan merambat sehingga membuat gedung tersebut tampak asri.

Bel yang menandakan telah masuknya jam pelajaran pun berkumandang. Para siswa tampak berlarian memasuki pagar sekolah agar tidak telat.

Salah satu siswa yang membawa sebuah toples besar berisikan gurita berlarian demi menerobos pagar yang sebentar lagi akan ditutup.

"Pak, please izinin saya masuk! Bapak nggak kasihan sama saya? Lihat dong Pak, saya udah effort banget nih, bawa-bawa gurita!"

"Salah kamu sendiri karena telat!" balas satpam, membuat siswa itu mendecih kesal.

Para siswa saling bertabrakan demi menerobos ke dalam sekolah walaupun pagar sudah ditutup.

"Jangan dorong-dorongan, dong! Kalau toples gurita gue pecah gimana?"

Jarden, siswa itu tak berhenti mengoceh sedari tadi sebab takut jika gurita yang ia bawa untuk praktikum rusak.

Di tengah keramaian, tiba-tiba saja sebuah tangan menarik Jarden. Noshi, gadis itu membawanya berlari keluar dari kerumunan secara tiba-tiba.

Jarden melepas tangan Noshi sampai membuat gadis itu menghentikan langkah.

"Lo mau ajak gue ke mana? Sarapan?"

"Kepedean lo! Gue mau ajak lo masuk lewat pintu belakang sekolah. Mau nggak?"

Tanpa bicara lagi Jarden mengangguk. Lalu mereka berlari bersama demi bisa menerobos gedung sekolah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Kenapa sih, gue harus kebagian bawa gurita? Padahal semuanya tahu kalau gue paling geli sama makhluk itu!"

Setibanya di kelas Jarden misuh-misuh sembari meletakkan toples gurita di atas meja. Beruntung, sang guru belum memasuki kelas, jadi ia bisa dengan mudah menerobos dan tidak akan ketahuan kalau sebenarnya ia telat.

Kimy tertawa, lalu memperhatikan gurita yang ada di dalam toples milik Jarden.

"Guritanya lucu kok! Masih mending bawa gurita kali, dari pada disuruh bawa sel kanker?"

"Apalagi bawa jamur cordyceps! Lebih susah!" timpal Lavana dari belakang.

Jarden memicing ke arah Kimy dengan kesal. "Diem lo yang bawa kelinci!"

Ghez menaruh pistol kosongnya di atas meja setelah berlatih cara membidik yang benar.

"Makanya, pas awal masuk SMA lo pilih ekstrakurikuler menembak aja!"

"Lebih seru ekstrakurikuler panahan kali!" sahut Noshi yang duduk santai di atas kusen.

"Padahal sains fisika dan kimia seru, dan nggak bakal ada tuh disuruh bawa bahan-bahan aneh kayak gitu," Altezza menimpali.

Kimy melirik tajam ke arah Altezza yang sudah menjelekkan ekstrakurikuler-nya.

"Nggak seru! Seruan saing biologi dong! Iya nggak, Jarden?"

"Yoi!" balas Jarden, kemudian kedua siswa tersebut melakukan tos bersama.

"Sebenarnya kalian mau ngapain, sih? Kok bawa-bawa jamur, sel kanker, gurita, sama kelinci?"

Suara imut Vara muncul dari depan. Gadis itu tampak lucu dengan rambut yang diikat satu serta jepit pita.

Jarden menggedikkan bahu. "Katanya mau bikin percobaan parasit atau virus gitu. Gue juga nggak paham."

"Parasit? Apa nggak terlalu berbahaya kalau pakai sel kanker yang pertumbuhannya cepat?" ucap Ghez, entahlah firasatnya buruk.

"Justru itu. Kita pakai sel kanker karena pertumbuhannya cepat," balas Kimy.

Ghez masih diam, ingin rasanya melarang, tetapi ia sadar bahwa bukan siapa-siapa. Dirinya pun bukan bagian dari anak-anak ekstrakurikuler sains biologi.

Noshi yang peka akan Ghez lantas menepuk pundak lelaki itu. "Lo kenapa?"

Ghez menggeleng pelan. "Firasat gue nggak enak."

Noshi melirik ke arah jam dinding, rupanya sudah jam tujuh selawat sepuluh menit, tetapi sang guru belum menampakkan hilalnya. Lantas ia pun duduk di salah satu meja siswa, kemudian tertidur sampai sang guru datang nantinya.

...****************...

Menghembuskan nafasnya ke udara, gadis itu menatap sosok laki-laki yang berdiri di sampingnya dengan menggenggam erat jemarinya.

"Bagaimana kalau gue kehilangan dia?" gumam Noshi dalam hati dengan perasaan damai yang melandai saat menatap netra sang pemuda tersebut.

"Lihatin apa?" tegur Lucky hingga membuat Noshi mengerjap kaget.

"Kepo lo!" sarkas Noshi lalu mengindahkan bola matanya dari sang kakak.

"Lihatin wajah ganteng gue? Lo baru sadar kah? Dari zaman kita kecil juga gue udah cakep!" ucap Lucky berbangga diri seraya memamerkan senyum menawannya.

Sudut bibir cantik itu tertarik membentuk senyuman indah yang melengkapi paras menawannya. Tangan putihnya naik menghalangi sinar matahari pagi yang menerpa permukaan kulitnya. Sedikit mengikat rambut panjangnya yang berwarna cokelat hazel hingga menampakkan garis-garis tulang dan lekukan yang tampak sempurna di wajah juga lehernya.

Kedua lubang hidungnya menghirup udara segar untuk mengisi kekosongan paru-parunya yang kini turut terasa dingin karena udara yang masuk, lalu ia hembuskan kembali udara yang sudah bertukar kandungan dan menjadi hangat.

Di sini ia berada, tepat di depan sebuah gedung yang bertuliskan SMA Celendation pada tembok pembatas. Beberapa detik kemudian Noshi menjatuhkan pandangannya ke bawah, mendapati jemarinya bertaut dengan jemari besar. Mengangkat pandangannya ke atas, dapat ia temukan sosok tinggi pemuda di sampingnya. Tampak seperti siluet karena tubuh tingginya itu menghalangi cahaya matahari.

"Kamu bisa janji?"

Noshi sedikit terlonjak saat sebuah suara serak terlontar dari mulut Lucky. Lantas ia mengangguk tanpa mengerti apa janji yang dimaksud olehnya. Tak ingin membuang waktu lama, lantas keduanya segera memasuki sekolah.

Keduanya berjalan beriringan membelah keramaian koridor sekolah hingga tiba di lantai lima.

"Nanti pulang sekolah, lo jangan lama-lama. Gue males nunggu di depan kelas lo," pesan Noshi, sementara Lucky mengangguk seraya pelan rambut adik perempuannya.

"Ya udah, gih sana masuk kelas! Udah sana ditungguin seseorang, tuh!" ledek Lucky sembari menunjuk ke arah sesosok siswa di depan kelas sang adik dengan sebatang permen tertanggal di mulutnya.

Kesal dengan ledekan sang kakak, lantas Noshi memukul bahunya sampai terdengar ringisan kecil.

"Udahlah, males gue diledekin terus sama lo! Bye, Abang jelek!" ejek Noshi, lalu berlari menjauh dari sang kakak.

Baru dirinya berlari sebanyak lima langkah, suara ramai ciri khas sekolah mendadak senyap. Tak ada lagi kebisingan. Lantas Noshi mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru arah. Sepi, tidak ada para siswa yang berlalu-lalang. Bahkan sang kakak pun sudah tak nampak di tempatnya tadi. Gedung sekolah pun berubah menjadi kumuh, seperti gedung yang sudah lama ditinggalkan.

"Kok sepi? Gue masuk ke dimensi lain kah?" Noshi merinding sebadan-badan.

"HALLO!!" Ia berteriak, tetapi tetap saja tidak ada yang menyahuti.

Fiks, gue pasti masuk ke dunia lain! Begitu pikirnya.

Di tengah kebingungan, dapat ia rasakan seseorang menyentuh bahunya. Dengan cepat ia menangkap tangan orang tersebut.

"Ghez?" Terkejut, Noshi segera melepaskan pelaku yang telah mengagetkannya.

Sementara, pemuda yang diketahui bernama Ghez itu hanya tersenyum. Sorot matanya sulit diartikan.

"Lo mau ikut gue?" Ghez meraih tangannya, namun dengan cepat ia lepaskan kembali.

"Jelasin dulu ke gue ini ada apa? Kok tiba-tiba sepi? Padahal tadi ramai banget, lho! Gue masuk ke dimensi lain, ya?"

Hela napas panjang terdengar dari Ghez. Lantas pemuda itu berjalan meninggalkannya sendirian.

"Lho, kok ninggalin? Hey!" Tak mau sendiri, ia pun terpaksa berlari mengikuti langkah Ghez.

Ghez menyunggingkan senyum kala mendengar beberapa sungutan terlontar dari mulut Noshi.

Tidak lama dari itu, Ghez menghentikan langkah saat tiba di ujung koridor yang membatasi antara lantai lima dengan tangga darurat---membuat langkah Noshi turut berhenti.

Ghez memutar tubuh, lalu mencekal kedua bahu Noshi yang masih setia mengintili.

"Gue minta lo keluar dari sini sekarang juga kalau lo nggak mau kehilangan semua yang lo punya."

"Maksud lo apa? Bisa ngomong yang jelas langsung ke intinya?" sarkas Noshi sebal.

"Cepat keluar!"

"Nggak sebelum lo jelasin ke gue!" Bukan Noshi namanya jika tidak keras kepala.

"Ketika kejahatan manusia mengubah dunia dengan mencampur adukkan sains di dalamnya, maka manusia itu sendiri yang sebenarnya adalah pembuat kekacauan. Dunia akan kiamat jika kalian tidak bersatu!"

Noshi mematung cukup lama dibuatnya, mencoba mencerna tiap kata yang terlontar dari bibir Ghez. Apa maksud Ghez mengatakan hal yang sulit dimengerti seperti itu?

Malas karena Noshi tak kunjunc menunjukkan reaksi apapun, Ghez memutar bola matanya searah dan kembali berjalan. Namun, baru saja Ghez berhasil mendapatkan satu langkah, Noshi sudah mencekal tangannya tiba-tiba.

"Tunggu, Ghez!"

"Tolong antar gue ke abang. Bisa nggak?" pinta sang gadis yang kini menampakkan senyum kecil di bibirnya.

Ghez menunjuk ke atas, membuat lirikan mata Noshi berpindah menatap langit abu mendung. Pertanyaaan besar muncul di kepala. Ia melihat sang kakak dan para sahabatnya berlomba-lomba lari masuk ke sebuah pintu, semuanya tergambar di langit.

Lucky tampak berlari di belakang. Sebelum masuk, ia sempat melambaikan tangan pada Noshi.

"Nosh, pejamkan mata lo sebelum pintu tertutup---"

"Pintunya sudah tertutup ...." Entah perasaan dari mana, sedih tiba-tiba saja menghampiri. Sudut mata Noshi mulai mengeluarkan air, pandangannya menatap nanar ke arah Ghez.

"Ghez, kenapa Abang dan sahabat gue masuk ke dalam pintu? Mereka nggak ngajak gue? Pasti pintu itu adalah pintu masuk ke dunia asli! Pasti gue sekarang ini ada di dunia lain!"

"Please, gue mau pulang!" Noshi merengek. Ia beranggapan bahwa pintu yang ada di langit adalah pintu menuju ke dunianya.

Noshi menganggap dirinya ada di dunia lain yang sangat asing. Lihatlah, semuanya asing di sini. Mulai dari gedung sekolah yang berubah kumuh sampai lingkungan dengan suasana menyeramkan.

Noshi ingin pulang!

"Noshi ...."

"Ghez!!" Noshi membelalak kaget kala tubuh Ghez mulai memudar. Dengan cepat ia tarik tubuh pemuda itu masuk ke dalam pelukannya.

"Ghez, jangan tinggalin gue sendiri di dunia asing ini .... Bawa gue pulang ...."

...****************...

Noshi terbangun dari tidur lelapnya setelah sang guru membangunkan. Dahinya dipenuhi keringat serta napas yang memburu.

"Cuci muka, Noshi!" perintah guru tersebut, lantas Noshi pun bingkas dari sana untuk mencuci muka.

"Gue mimpi apa, ya, barusan?" gumam Noshi sembari melirik ke arah Ghez.

Terpopuler

Comments

Fairytopiaa_

Fairytopiaa_

keren bangetttttt. ceritanya kek nyelipin clue2 gitu yaaaa. Apakah gurita itu yg bikin merrka jadi zombie? thor aku penasaran dluan😭😭

2024-02-01

0

Aku disini dan akan stya

2023-05-24

0

Rosee

Rosee

😭🤣

2023-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!