18

Di detik berikutnya Noshi spontan mengerenyitkan dahi dengan mata membulat sempurna saat telinganya sudah tidak dapat mendengar detak jantung Lucky. Mengangkat kepala, ia temukan wajah pucat Lucky yang membuat napasnya mendadak sesak dengan air mata berlinang.

"Bang?"

Melepas pelukan pada Lucky, ia lalu menangkup kedua sisi wajah pemuda itu untuk memastikan bahwa Lucky baik-baik saja. Namun, mengapa Lucky kehilangan detak jantungnya? Noshi menepuk-nepuk pelan pipi kiri Lucky seraya menggoyangkan bahunya dengan harapan agar Lucky bisa segera sadar.

"Bang? LUCKY!!" Gadis itu berteriak. Memeluk erat raga Lucky yang entah masih terdapat nyawa atau tidak.

Para siswa yang berada di sana pun segera bergerombol menghampiri Noshi saat gadis itu berteriak histeris memanggil sang kakak.

"Kenapa, Nosh?!"

"Detak jantung Lucky nggak ada!" Noshi menangis tersedu-sedu tanpa mempedulikan pandangan para temannya kini ketika melihat dirinya begitu emosional.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ghez spontan bergerak dari posisinya. Ia membaringkan tubuh Lucky agar bisa leluasa melakukan CPR padanya. Dengan cekatan, Ghez memompa jantung Lucky agar bisa berdetak kembali dengan menekannya beberapa kali pada area dada kiri, atau tempat di mana jantung terletak.

Sementara, Kimy mengangkat dagu Lucky ke atas agarjalan napasnya tak terhalang. Di sisi lain Noshi masih terisak pelan sembari dipeluk oleh Vara dan Lavana.

 Namun, bagaimana mau tenang jika melihat nyawa orang yang paling ia sayangi sedang berada di ujung tanduk?

"Kalau dia punya antibodi yang kuat, kemungkinannya besar untuk bertahan hidup." Lavana berucap, membuat sebagian besar perhatian beralih padanya.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit, akhirnya Ghez bisa merasakan kembali detak jantung dari Lucky, napasnya pun mulai stabil. Ghez mendesah lega dan tersenyum senang karena usahanya tidak sia-sia.

Namun, di detik setelahnya ia kembali dibuat heran lantaran Lucky justru memberikan tanda-tanda kesadaran sebagai orang yang terinfeksi oleh penyakit tersebut. Geraman, raungan, dan kejang yang tak beraturan menjadikan Ghez langsung dapat menyimpulkan bahwa Lucky masih berada dalam pengaruh penyakit zombie.

Noshi dan beberapa siswa yang tidak turut andil dalam menangani Lucky hanya bisa mundur dan menahan Noshi agar gadis itu tak berbuat hal nekat. Mereka memperhatikan bagaimana Ghez dan Kimy menangani Lucky dengan sangat cekatan dan teliti.

Ghez mengambil kain putih yang telah disodorkan oleh Kimy lalu mengikatkan kain tersebut pada kepala Lucky, agar penglihatannya tertutup. Ghez dan Kimy memutuskan untuk menutup penglihatan Lucky, supaya jika pemuda itu sadar, ia tidak langsung menyerang karena tidak bisa melihat.

"Gimana keadaan Lucky, Ghez?" Noshi merangkak perlahan mendekati Ghez seraya memandangi raga Lucky yang terbujur di lantai.

"Kita tunggu beberapa saat dan lihat perkembangannya. Untuk saat ini, usaha menjauh dari Lucky, Nosh." Ghez memperingati, lalu mengangkat tubuh Lucky dan diikat menyandar di tempat semula.

Ketika Ghez dan Gian sudah selesai mengikat tubuh Lucky pada tiang seperti semula, Noshi kembali beranjak mengambil langkah kembali mendekati Lucky tanpa takut akan diserang atau pun tergigit.

Ghez yang melihat itu segera mencekal lengan Noshi agar tak mendekati Lucky, tetapi segera dilepas paksa olehnya.

"Abang gue nggak mungkin tega nyerang adeknya sendiri." Tanpa mempedulikan sekitar Noshi langsung mengambil posisi duduk di sebelah Lucky lalu menyadarkan kepala pada bahu laki-laki itu.

Sementara di sisi lain, Joe dan Altezza tampak membongkar semua kertas-kertas dan dokumen dari dalam laci lemari yang terletak di ujung ruangan. Tatapan keduanya hanya fokus pada kata-kata yang tercetak di lembaran tersebut. Di detik setelahnya, Altezza bersorak kecil saat mendapat sebuah kertas berisikan rumus-rumus DNA.

"Lihat ini!" Dengan heboh Altezza menghampiri para temannya yang berada di tengah ruangan, sembari memperlihatkan selembar kertas yang ia bawa.

"Apa itu?"

"Coba lihat ini!"

Tertarik dengan selembar kertas yang dibawa oleh Altezza, mereka semua segera bergerak mengerubungi Altezza bagai semut yang mengerubungi gula. Sudah bisa dibayangkan kini otak yang berada di dalam masing-masing kepala para siswa itu tengah mencoba berpikir keras dan mengingat apa yang terjadi beberapa hari lalu sebelum wabah penyakit ini muncul.

"Ini, kayak tulisan tangan Michael." Gian mengamati betul-betul bagaimana detail tiap huruf yang tergambar di sana.

"Ini semacam susunan-susunan gambar DNA, sel, dan parasit nggak, sih?" Kimy nampak familiar dengan gambaran pada kertas itu.

Ghez yang tadinya malas untuk bergabung mendadak tertarik saat mendengar kalimat tentang Michael dan sel. Ia segera bangkit lalu berjalan pelan mendekati temannya. Matanya tertarik pada robekan kertas yang ada di ujung lembaran tersebut dan noda kopi yang mengotori sebagian lembar kertasnya.

Ghez memejamkan mata sejenak, pikirannya melayang ke masa lalu, di mana ia pernah mengalami kejadian bersama Michael yang membuat ujung lembar kertas itu sobek dan terdapat noda kopi. Ia menggigit bibir bawahnya yang tebal, menandakan bahwa kini otaknya benar-benar sedang berpikir keras untuk mencoba mengingat-ingat.

***

"Chel, gue boleh minta selembar kertasnya?" Ghez menghampiri Michael yang tengah asik menulis seraya membawa sebuah gelas berisikan kopi, dengan niat untuk meminta selembar kertas dari laki-laki itu.

Dengan ramah, Michael mengangguk. Kemudian merobek kertasnya hingga menyisakan sobekan kecil pada ujung kertas yang tengah ia gambari sesuatu di sana. Menunggu Michael yang sedang merobek kertas, Ghez sedikit memajukan tubuh untuk melihat gambar apa yang sedang Michael buat. Namun, seketika itu juga Michael langsung bergerak cepat menutupi gambarannya.

Karena saking cepatnya ia bergerak, tangannya pun menyenggol siku Ghez hingga kopi yang tengah dipegang oleh Ghez tumpah sedikit mengenai kertas tersebut.

"Aduh, maaf nggak sengaja ...."

"Nggak apa-apa, bukan salah lo juga. Ini kertasnya." Tanpa protes sedikit pun, Michael segera memberikan selembar kertas kosong pada Ghez.

Lantas Ghez berterima kasih, lalu segera pergi dari sana.

***

"Itu memang punya Michael." Ghez membuka suara, mulai menjelaskan kepada para temannya dengan detail bagaimana lembar kertas itu memiliki noda kopi dan robekan kecil di ujungnya.

Mereka semua tampak mendengarkan dengan khidmat. Namun, beberapa dari mereka merasakan keanehan saat Ghez sedang menceritakan kejadian beberapa minggu lalu.

Gian mengerenyitkan dahi, heran saat mengetahui perbedaan waktu dalam kejadian lembaran kertas tersebut dan kejadian di mana saat guru mereka menjelaskan tentang parasit.

"Ada yang aneh." Gian bergumam kecil, tetapi mampu menarik seluruh atensi para temannya dan membuat Ghez menghentikan kalimatnya.

"Aneh gimana?"

"Kalau memang ini gambar parasit dan struktur DNA atau sel yang dibuat oleh anak club sains biologi, kenapa gambaran yang dibuat Michael ini lebih dulu dari pada pembuatan parasitnya?" Gian mencoba mengungkapkan semua isi pikiran yang menurutnya mengganjal.

"Loh, iya juga. Pas di kelas kemarin pun, yang mencetuskan ide untuk membuat parasit itu dia, kan?" Joe menimpali.

Kali ini situasi dalam atmosfer yang hinggap mendadak tak beraturan, terasa mencekam dengan hadirnya fakta-fakta yang mampu membuat siapa pun tersesat di dalamnya.

"Jangan-jangan, kasus ini memang sudah direncanakan dari awal?" Jay mulai membuka suara, mencoba mengingat-ingat karakter Michael dan .... Di mana Michael sekarang? Mengapa sejak kemarin mereka tidak menemui Michael dalam perjalanan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!