13

"Kita perlu makanan. Jujur, gue nggak bisa lanjutin ini kalau nggak ada makanan," keluh Joe yang sudah pasrah akan keadaan. Perutnya begitu lapar dan memintanya untuk segera diisi oleh makanan.

"Kita juga sama, dan memang kita harus cari makanan malam ini juga untuk melanjutkan perjalanan kita ke ruang lab biologi bawah tanah," balas Ghez lalu beranjak dari duduknya dan mencoba mendekati pintu.

Detik setelahnya mereka semua benar-benar dibuat panik oleh Ghez kala pemuda itu mencoba menggeser beberapa alat musik yang membarikade pintu. Tentu saja mereka khawatir karena tahu maksud Ghez yang ingin keluar dari ruangan ini untuk mencari makanan yang mereka butuhkan.

Melihat perbuatan itu, Noshi segera menarik tangan Ghez untuk menghentikan perbuatannya.

"Lo mau mati di luar sana?!" sergah Noshi khawatir.

"Kita butuh makanan, dan gue yang akan ambil makanan di kantin---" belum selesai Ghez berbicara, Noshi sudah lebih dulu menyelanya.

"KITA AKAN AMBIL BERSAMA! Ghez, gue nggak mau lagi ngerasain kehilangan setelah Lucky ...." Noshi melarang pemuda itu berbuat nekat dengan suara sendu nan lirih karena teringat akan mendiang kakak laki-lakinya. Merasa tidak tega, segera Ghez peluk erat tubuh Noshi untuk sekedar menenangkannya.

Ghez mendekatkan bibirnya tepat pada telinga Noshi kemudian berkata, "Noshi, lo harus ingat kalau sekarang gue adalah setengah bagian dari mereka. Bukankah mereka hanya menyukai darah manusia segar yang belum terinfeksi?"

Setelahnya Noshi melepaskan pelukan pada Ghez lalu mundur beberapa langkah menjauhi pemuda itu.

Tingkah laku Noshi yang tiba-tiba menjauh dari Ghez setelah ia membisiki sesuatu pada Noshi tentu saja membuat rasa penasaran para temannya semakin bergejolak hebat. Mereka ingin mengetahui apa bisikkan yang Ghez berikan pada Noshi sehingga gadis itu mundur dan menuruti perintah Ghez. Yang mereka tahu, pribadi Noshi sangat susah untuk diberitahu apalagi diperintah oleh orang lain.

"Gian, gue titip mereka, ya?" titip Ghez lalu kembali menggeser beberapa alat musik yang menyegel pintu.

"Ghez, lo jangan macam-macam mau ke kantin sendirian! Kalau mau kita ambil barengan!" larang Jay tak terima.

"Bukannya kita udah janji akan bersama?" Lavana menambahi.

Ghez menghentikan aktifitasnya, lalu memutar tubuh menghadap para temannya yang masih menjadi penghambat dirinya untuk segera bisa keluar mencari makanan. Ia melempar senyum sebentar ke arah para temannya dan segera kembali melakukan kegiatannya.

Namun, tidak lama dari itu Ghez merasakan sebuah keanehan melanda dirinya. Lagi-lagi ia merasa lapar serta haus---menariknya untuk berbuat hal menyeramkan demi memenuhi hasrat yang ada.

"Ghez, jangan ambil resiko---" teriakkan Joe terhenti kala Gian mengambil aba-aba peringatan kepada mereka untuk diam sesaat setelah melihat Ghez yang tiba-tiba saja menundukkan kepala dengan tangan mengepal kuat hingga kuku-kuku jarinya memerah.

"Diam. Lebih baik sekarang kalian mundur ke belakang dan pegang senjata masing-masing," perintah Gian dengan suara tenang.

Jujur saja, mereka benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Ghez. Mengapa Gian menyuruh mereka untuk bersiap dengan senjata? Meski begitu, mereka tetap menurut dan mulai menjalankan perintah dari Gian.

Lambat laun Gian berjalan mendekati Ghez dengan perasaan takut dan was-was, karena ia khawatir rahasia ini akan terbongkar.

Noshi yang sudah mengetahui hanya menggandeng erat tangan dingin Kimy sambil terus berjalan mundur.

Ketika sudah tiba tepat di belakang Ghez, perlahan-lahan Gian meraih bahu Ghez.

Ghez yang merasakan tangan seseorang menyentuh bahunya, lantas menoleh ke belakang.

Retakkan biru yang terlihat menjalar di seluruh permukaan wajah Ghez menyambut Gian. Namun, ia tetap berusaha tenang dan memasang sikap siap jika Ghez tiba-tiba menyerang seperti yang sebelumnya. Namun, kali ini Gian melihat beberapa tetes air mata lolos dari kedua netra Ghez. Dengan begitu maka ia dapat mengetahui bahwa kini Ghez belum sepenuhnya dikuasai oleh parasit tersebut.

"Gian, rasa lapar ini nggak bisa gue tahan, haus juga .... Gue minta tolong lo kurung gue sekarang juga atau ikat, cepat Gian!" pinta Ghez dengan tubuh yang mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda bahwa sebentar lagi ia akan berubah menjadi sosok zombie yang haus darah.

Mereka yang melihat adanya perubahan pada wajah Ghez mendadak terkejut dan bersikap lebih waspada. Walaupun tak dipungkiri mata mereka kini memanas melihatnya. Ingin rasanya menghampiri, tetapi Noshi berulangkali menghalangi mereka untuk mendekati Ghez dan tetap bersiap siaga seperti ini.

Menoleh ke samping, dapat ia temui para temannya yang mulai meneteskan air mata pada masing-masing sudut netra mereka sembari memegang erat senjata seadanya. Beberapa detik kemudian, Ghez menarik salah satu sudut bibir hingga membentuk senyuman indah yang ia lemparkan pada mereka semua untuk memberitahukan bahwa ia baik-baik saja. Ya, setidaknya Ghez masih baik-baik saja dalam satu atau dua detik kemudian.

"Mundur atau lawan gue---rrgghh!!" Ghez mulai mengerang hebat kala ia merasakan rasa sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya.

"ARGHH!! LAWAN GUE SEKARANG!!" Erangannya semakin kuat lalu tidak lama ia jatuh ke bawah.

Melihat Ghez yang meringkuk kesakitan dan terus menggeram hebat membuat mereka semua syok dan menangis dalam satu waktu. Namun, tangisan mereka berhenti seketika saat Ghez dengan cepat bangkit dalam keadaan sudah sepenuhnya berubah menjadi zombie. Melihat hal itu, tentu membuat sebagian besar dari mereka yang belum tahu mengalami syok berat dan hampir saja pingsan jika keadaan memungkinkan.

"G-Ghez?" ucap Vara terbata-bata.

"TAHAN DIA--akh!"

"JAY!!" teriak Vara dan yang lainnya bersamaan kala Ghez menyerang Jay tanpa aba-aba dan langsung menimpa tubuhnya hingga kini tubuh Jay berada penuh dalam kukungan Ghez.

Tak tinggal diam, mereka berusaha menarik tubuh Ghez agar menjauh dari Jay dengan berbagai cara. Namun, semua cara itu tetap tak berhasil untuk membuat Ghez berpindah posisi dan justru semakin bersemangat untuk menggigit leher Jay. Jay mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa bertahan dari gigitan Ghez dengan tenaganya yang amat kuat. Namun, tak dipungkiri lama kelamaan Jay merasakan pegal yang luar biasa.

"Sialan, MINGGIR LO GHEZ!!" teriak Vara penuh amarah dan langsung menarik kepala Ghez menggunakan ransel miliknya hingga Ghez tertarik ke belakang, melepaskan Jay dari kukunganya. Kesempatan itu digunakan Jay untuk segera berdiri menghindar dari Ghez.

Sementara itu, Vara yang sudah berhasil membuat Ghez terjatuh ke belakang segera menahan ransel miliknya yang setia menahan wajah Ghez. Tak tinggal diam, Jarden dan Gian segera mengikat kaki juga tangan Ghez menggunakan seutas tali dan kain yang mereka temukan di laci pojok ruangan.

"Mundur ...." perintah Gian menginstruksi para temannya yang hanya bisa diam sembari menghela napas mereka yang memburu.

"Masuk ke ruang rekaman, sekarang!" perintah Noshi sambil membuka pintu rekaman yang letaknya juga berada di dalam ruangan musik. Secara serempak mereka masuk dengan cepat ke dalam ruang rekaman itu agar tak lagi terkena serangan Ghez jika pemuda itu kembali agresif seperti tadi.

Di dalam ruangan yang lumayan sempit itu, Noshi mengamati raut wajah para temannya yang bingung bercampur panik dan kecewa dalam satu waktu. Diraihnya pergelangan tangan Gian di sampingnya hingga membuat Gian menoleh ke arahnya. Setelah beberapa saat bertatapan, Noshi bisa melihat Gian yang menggelengkan kepala seolah pasrah dengan keadaan yang bisa membuat rahasia Ghez terbongkar.

"Kasih tahu mereka aja?" usul Noshi yang langsung diberi anggukan oleh Gian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!