05

Semuanya hening sampai pintu kelas terbuka, membuat para zombie berdatangan masuk ke dalam kelas.

Brakk

"AAA MAMAAAA!!!" jerit Vara ketakutan.

Tak membutuhkan waktu lama bagi para makhluk menjijikan itu untuk masuk ke dalam kelas secara berdesakkan. Mereka yang berada di dalam kelas sontak terkejut dan menjerit ketakutan. Tidak ingin mati mengenaskan tergigit mahluk aneh itu, mereka segera memanjat ke atas lemari-lemari buku, dan juga ada yang berada di kusen jendela dengan sengaja memancing para makhluk itu agar terjatuh ke bawah sana.

Beruntung hanya ada tiga zombie yang berhasil berkeliaran di dalam kelas, sementara yang lainnya tak bisa masuk karena Gian langsung menutup pintu kelas saat dirinya berhasil naik ke atas lemari buku yang terletak di dekat pintu kelas.

"Anjir, itu, kan cogan kelas sebelah yang gue suka! Kak Ellcara! Ni orang tetap ganteng ya, walaupun jadi zomb--aw!" Vara mendengus kesal kala ucapannya yang belum selesai harus terhenti karena Jay menyentil mulutnya.

"Kalau mau sama cogan lo itu, gih, ikut dia ke bawah!" suruh Jay yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Vara. Mau bagaimanapun ia tetap waras dan masih ingin hidup. Lagi pula, yang di bawah sana bukan Ellcara, melainkan raga Ellcara yang sudah digunakan oleh sesuatu yang menguasai raganya.

Ghez membuka tirai jendela dan menarik tuas yang berada pada kusen jendela sehingga kacanya bisa terbuka. Ia memandang ngeri ke arah bawah yang di mana kelas mereka terletak di lantai lima gedung sekolah ini. Tanpa menunggu lama lagi, Ghez segera berdiri di kusen jendela, berpegangan erat pada kusen ventilasi di sampingnya, agar ketika para zombie itu menghampirinya ia bisa langsung menghindar ke samping dan menjatuhkan para mahluk menjijikkan itu ke bawah.

"Lo yakin?" tanya Kimy ragu dengan memasang raut wajah khawatir.

"Yakin," jawab Ghez meyakinkan gadis itu.

"Hati-hati, Ghez," peringat Joe yang berada di samping Kimy, sementara Ghez hanya mengangguk mengiyakan peringatan Joe.

Perhatian Ghez kini kembali beralih sepenuhnya pada tiga zombie yang sedang berusaha menggapai teman-temannya di atas lemari, dengan segera Ghez mengambil ancang-ancang untuk berteriak dan menghindar secepat mungkin.

"WOI, ZOMBIE SIALAN!!" teriak Ghez kencang, yang langsung mendapat perhatian dari para zombie.

"Rrgghhh ...."

"Arrrgg ...."

Para zombie tersebut segera berlari menghampiri sumber suara. Saat para zombie sudah semakin dekat, Ghez langsung menarik badannya melompat ke samping guna menghindari serangan mereka. Satu per satu zombie akhirnya jatuh setelah melompati jendela kelas yang ketinggiannya cukup rendah jika diukur dari lantai.

Melihat ke bawah, jantung Ghez berdegup kencang kala menemukan para zombie yang kembali berdiri setelah jatuh dari ketinggian.

"Oh my God, keren banget zombie," gumam Ghez pelan.

Pletak

"Aw! Sakit, Jarden!" Pemuda tersebut bersungut-sungut sebal tatkala Jarden menyentil keningnya.

"Keren dari mana?!" sembur Jarden,

Mereka yang masih ada di atas lemari lantas turun dari tempat mereka masing-masing. Mereka mulai menggeser meja serta kursi untuk menahan pintu agar orang yang terinfeksi tidak bisa lagi masuk ke dalam kelas.

Tidak ada suara setelahnya, hanya kekosongan yang mendominasi bersama angin dari luar yang masuk secara paksa menyapa permukaan kulit mereka, menghadirkan sensasi sejuk dan khawatir dalam satu waktu. Pikiran-pikiran buruk mulai bermunculan seperti, dunia akan kiamat dan sebagainya. Yang mereka inginkan saat ini hanyalah menggali informasi lebih dalam terkait peristiwa apa yang terjadi serta pulang ke rumah masing-masing untuk berkumpul bersama keluarga.

"Gue rasa, kita memang harus keluar dari sini. Karena sudah beberapa jam kita nunggu tapi tetap nggak ada pengumuman apa-apa lagi, kan? Bahkan beberapa menit lalu kita dengar suara teriakkan Pak Larry. Pasti Pak Larry udah jadi salah satu dari mereka," ucap Vara panjang lebar.

"Benar, sih. Kita juga nggak akan mungkin mati kelaparan di sini," tambah Noshi.

"Tapi, gimana cara kita keluar?" tanya Kimy menghadirkan kesenyapan.

Joe bingkas dari duduknya, lalu berjalan menghampiri jendela kelas yang ditutupi oleh tirai. Ia membuka sedikit tirai tersebut lalu mengintip ke arah luar guna melihat keadaan lorong-lorong koridor yang dipenuhi oleh bercak darah dan beberapa zombie berlalu-lalang di sana. Sangat tidak mungkin bagi mereka untuk melewati koridor depan kelas yang pastinya para zombie akan menyerang secara brutal.

Setelahnya, Joe kembali duduk di antara teman-temannya yang membentuk lingkaran. Ia memandangi satu per satu pasang manik mata mereka yang seakan menagihnya untuk segera memberikan jawaban terkait pengamatannya barusan.

"Di koridor kelas ramai banget, nggak mungkin kita lewat sana. Kalau mau lewat jendela dan turun ke bawah juga pastinya di area luar gedung ini banyak zombie berkeliaran, karena anak kelas 10 dan 12 sedang olahraga di lapangan saat kejadian. Apalagi, nggak lama kejadian itu kan, jam istirahat. Ya, kalian tahu sendiri, lah," papar Joe panjang.

"Gini deh, handphone kalian masih nyala nggak?" tanya Lavana.

"Hari ini kan, jadwalnya kita nggak boleh bawa handphone. Mungkin, kita bisa pakai handphone guru," saran Altezza.

"Kalau gitu, satu-satunya cara kita untuk menghubungi polisi sekarang adalah ruang guru!" timpal Gian riang.

"Tapi, kemungkinan besar ruang guru banyak zombie juga nggak, sih? Bakal susah juga pastinya untuk kita ambil handphone mereka," sela Jarden membuat para temannya terdiam dan mengangguk setuju.

Tidak lama kemudian Altezza menjentikkan jari tatkala menemukan sebuah ide cemerlang.

"Gimana kalau kita ke lab komputer? Ruangannya pasti terkunci, nggak akan ada zombie yang masuk!" Altezza memberikan saran.

"Lo tahu kuncinya di mana?"

Setelah mendengar ucapan Noshi barusan, Altezza mendadak nyengir kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hehe, di ruang guru. Gue juga nggak tahu letak pasti kunci-kunci itu di mana," jawab Altezza jujur.

"Gue tahu, ada di laci dekat lemari cokelat pojok kanan," sambung Ghez cepat.

"Berarti, satu-satunya jalan kita harus lewat jendela kelas ini dan turun ke bawah, karena ruang guru ada di lantai tiga, juga posisinya sejajar sama kelas kita," saran Kimy sesuai dengan pengetahuannya.

"Siapa yang mau pergi?" Ucapan Jarden membuat mereka semua terdiam dan memandangi satu sama lain.

"Gue yang akan pergi," putus Ghez.

"Gue ikut!" sela Noshi.

Gian dan Kimy serempak menoleh pada Noshi yang sudah berdiri dari duduknya. Gian yang menghawatirkan gadis itu lantas menarik tangan Noshi hingga membuatnya beralih pandang dari Ghez ke Gian.

"Lo di sini aja, biar Ghez sama gue," ucap Gian tegas.

Tidak suka diperintah, Noshi menepis tangan Gian yang menggenggamnya, lalu berjalan mendekati jendela belakang yang paling ujung, dibukanya tuas kusen jendela tersebut dan mengecek sesuatu di luar jendela.

Mereka hanya saling tatap satu sama lain dan mengedikkkan bahu tanda tak tahu apa yang sedang dilakukan Noshi di sana sampai membuat tubuh Noshi meringkuk seperti itu.

Penasaran, Ghez dan Gian serta yang lain segera berjalan mendekati Noshi, mereka mengikuti arah pandang gadis itu.

"Tali?" tanya Ghez bingung.

"Benar. Gue sama temen-temen yang lain suka bolos lewat sini. Kita pakai tali ini, nanti turun di tangga pipa besi itu yang langsung bisa sampai ke kantin, tapi lewat lorong dulu," jelas Noshi sembari menunjukkan seutas tali simpul yang besar melintang panjang dari pipa besi yang tertempel di dinding luar gedung sekolah sampai ke pipa besi dengan tangga yang biasa digunakan para siswa untuk bolos.

Memang, para siswa yang nakal akan sangat kreatif untuk bisa memenuhi hasrat mereka pergi ke kantin demi melewatkan jam pelajaran yang tidak mereka sukai dengan cara apa pun, meskipun cara itu membahayakan nyawa mereka sekalipun.

Kimy yang baru datang sontak memekik kaget kala melihat tali itu.

"Serius lo suka lewat situ? Ngeri banget! Kalau jatuh bahaya!" pekik Kimy tak menyangka, sementara Noshi hanya mengangguk ringan lalu perlahan naik ke atas kusen jendela dan turun, kemudian berpegangan erat pada tali itu.

"Cepat Ghez!" teriak Noshi.

Ghez tampak ragu untuk bisa melewati dinding gedung sekolah hanya dengan seutas tali yang terikat. Ia merasa dirinya menjadi seorang Spiderman! Dengan perlahan Ghez naik ke kusen jendela dan langsung berpegangan pada tali putih yang melintang tersebut.

Gian yang melihat Noshi berjalan pelan melewati dinding dengan hanya berpegangan pada seutas tali itu lantas memantapkan hatinya untuk mengikuti Noshi.

"Gue ikut!" putus Gian cepat, tetapi baru saja Gian ingin naik ke kusen jendela, Kimy sudah lebih dulu menahan tangannya.

"Jangan, lo di sini aja. Itu bahaya!" Kimy tampak khawatir dari raut wajahnya.

"Udah lo tenang aja, gampang buat gue lewatin kayak ginian doang," ucap Gian meyakinkan, lalu turun dan menyusul Noshi serta Ghez dengan berjalan sembari memegang tali.

Tampak wajah sedih Kimy yang terpancar melihat ketiga temannya yang tengah bertaruh nyawa di sana. Laki-laki itu sangat susah untuk dinasehati! Setelahnya, Kimy menghela napas pasrah lalu memilih untuk duduk di salah satu kursi.

Sementara itu, Noshi yang sudah hampir sampai di penghujung tali, lantas menapakkan kaki di ujung tangga yang menempel pada pipa besi tersebut. Geraknya berhenti, membuat Ghez dan Gian turut mengikuti gerakan gadis itu.

"Ada apa?" tanya Ghez sedikit ngeri memandang ke bawah.

"Kita lupa nggak bawa senjata untuk lawan para zombie itu, kan?"

Mendengar ucapan Noshi, Ghez dan Gian serempak mengumpat dan menepuk jidat mereka karena telah melupakan sesuatu yang amat berharga saat ini.

"Astaga, gue pakai lupa segala lagi!" geram Ghez dengan keteledorannya.

"Bentar, kalau nggak salah, lantai empat yang di bawah kita ini gudang deh. Kita bisa turun ke bawah hati-hati. Pegangan sama kusen-kusen dan bangunannya," titah Gian memberi informasi.

Tanpa pikir panjang, Noshi dan Ghez lantas menyetujui ucapan Gian, kemudian dengan perlahan Gian melepas genggaman tangannya pada tali dan beralih menggenggam kusen-kusen jendela kelas juga tembok-tembok bangunan yang memudahkan mereka untuk berpegangan dan memanjat. Pergerakannya diikuti oleh Noshi dan Ghez setelahnya.

Ketika sudah tiba di jendela gudang, Gian segera memukul kaca jendela itu dengan sekali pukulan hingga berlubang. Lubang itu dengan sengaja Gian buat untuk melihat kondisi gudang apakah ada zombie atau tidak. Setelah memastikan bahwa kondisi gudang dalam keadaan baik-baik saja, Gian segera menarik tuas jendela gudang dan membukanya agar mereka bisa masuk ke dalam.

"Gue masuk duluan, kalian tunggu di sini sampai gue suruh kalian masuk," ucap Gian memberikan instruksi.

"Lo yakin mau masuk sendirian?" tanya Noshi khawatir.

"Iya, Ghez jagain Noshi di luar. Jangan sampai kalian jatuh ke bawah!" pesan Gian sebelum akhirnya laki-laki tersebut masuk ke dalam gudang.

Noshi hanya menghela napas panjang dan memandang ke arah bawah. Ia sedikit bergidik ngeri kala melihat para siswa dan staff guru yang sudah berubah menjadi zombie. Bahkan, Noshi nyaris menangis kala melihat para teman-temannya yang menjadi partner membolosnya sudah berubah menjadi zombie sekarang. Terlalu cepat waktu berlalu dan mengubah semuanya.

"Padahal, baru aja gue sama mereka bolos bareng. Bahkan, hari ini gue sama mereka udah berencana untuk membolos bareng di pelajaran Bu Hayden, tapi belum sampai pelajaran Bu Hayden semuanya udah berubah ...." lirih Noshi menatap nanar pemandangan mengerikan di bawah sana.

Ghez yang melihat Noshi seperti itu lantas menggenggam erat pergelangan tangan gadis itu agar Noshi tidak terjatuh ke bawah. Karena Ghez tahu, pasti Noshi begitu terpukul melihat para teman sekelasnya sudah berubah menjadi makhluk mengerikan yang tak memiliki pikiran, akal, serta hati nurani.

Merasa tangannya digenggam oleh sebuah tangan yang lebih besar darinya, Noshi segera menolehkan kepala ke samping, mendapati Ghez yang melemparkan senyum tulus ke arahnya.

"Lo masih punya kita. Lo jangan beranggapan bahwa lo itu sendirian di sini. Ingat, tujuan kita ke sini apa?"

Setelah mendengar perkataan Ghez, terciptalah sedikit ruang kelegaan di hati Noshi. Keduanya sama-sama terdiam hingga suara teriakan Gian berhasil mengejutkan mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!