17

Noshi memasang senyum cerah seraya mengelap air mata ketika Lucky mulai terdiam saat melihat gelang yang terpasang rapih di pergelangan tangannya. Gadis itu tak kuasa menahan tangis haru seolah harapannya akan segera terkabul.

"Noshi ...."

Suara feminim lembut itu membuat Noshi menoleh. Lantas ia melempar senyum pada Kimy yang tengah mengusap bahunya.

Kimy menatap nanar ke arah Noshi, rasanya asing melihat Noshi seperti ini. Gadis itu kini menunjukkan sisi rapuhnya pada dunia.

Tidak hanya Kimy yang merasa jika Noshi berbeda malam ini. Mereka yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut menjadi saksi bahwasanya orang dengan sifat keras kepala tidak selamanya berjiwa dingin tak berhati. Justru mereka adalah orang yang memiliki rasa kasih sayang besar. Namun, tertutup oleh sikap cuek seolah tak peduli. Mereka mempunyai cara tersendiri untuk menunjukkan kasih sayangnya.

Jarden tidak ingin momen langka kali ini terlewatkan begitu saja tanpa ada yang mengabadikan. Diambilnya kamera yang sebelumnya terletak begitu saja di atas meja, kemudian ia arahkan pada Noshi untuk mengabadikan momen mengharukan ini agar nantinya bisa diputar kembali.

Lavana yang sadar akan perbuatan Jarden lantas mendesah frustasi lalu menarik ujung seragam lelaki itu hingga menoleh.

"Apaan?" dengus Jarden kesal.

"Bukannya bantuin malah ngerekam! Nih, temen-temen lo pada luka! Bantuin dong, biar berguna dikit hidup lo!" hardik Lavana disertai sungutan kecil.

"Dih, tangan gue aja masih sakit gara-gara kena ujung besinya Christie," kilah Jarden beralasan.

"Iya, tau. Tapi, kan--"

"Hm, hm ... udah jangan ribut, kasihan Noshi. Lagian, kita juga udah baikan, kok," sahut Joe menghentikan perdebatan antara Lavana dan Jarden.

Lavana yang mendengar suara Joe segera menghampiri pemuda itu lalu mengecek kondisinya. Lavana begitu mengkhawatirkan keadaan Joe, pasalnya Christie membenturkan kepala pemuda itu beberapa kali pada meja kayu yang berada di sana.

"Joe, gimana keadaan lo sekarang?" tanya Lavana cemas.

"Udah baikan, sih. Cuma rada nyeri aja gara-gara bocah nggak jelas tadi."

Mendengar suara Joe, detik itu juga para temannya berhamburan menghampiri Joe dengan perasaan cemas berlebih. Mau bagaimanapun juga mereka tidak mau salah satu temannya celaka, terlebih Joe yang masih menjadi ketua kelas. Sikapnya yang tegas dan tanggung jawab mengambil hati mereka.

Noshi menoleh, lalu menghampiri Joe dan meninggalkan Lucky sebentar karena merasa tak enak hati lantaran pemuda itu yang tadi menyelamatkannya dari benturan keras Christie.

"Joe, gue minta maaf," lirih Noshi penuh sesal.

"Lupain, yang penting lo nggak apa-apa," ucap Joe menenangkan---seraya mengalihkan bola matanya melihat Lucky yang masih terikat dengan geraman---terdengar mengerikan.

"Lucky nggak bisa di tempat yang banyak darah segar kayak gini. Dia bisa aja lepas dari ikatan itu dan menggigit kita karena nggak tahan dengan bau darah," ucap Joe tiba-tiba.

Noshi menunduk, takut jika Lucky akan diusir keluar dan meninggalkannya lagi.

"Sebisa mungkin, tutup luka kalian sampai darahnya nggak tercium. Lucky bisa tenang kalau dia nggak nyium bau darah, jujur gue juga lagi nahan diri agar nggak berontak. Tolong cepat tutup luka kalian," pinta Ghez kemudian beranjak mengambil selembar kain, dan ia ikatkan pada kedua mata Lucky.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Bagaimana, apakah kalian sudah bisa menentukan struktur dari virus ataupun parasit yang merajalela ini?"

Beberapa pria dan wanita berjas lab putih tersebut tampak menunduk ketika menghadap pria berjas hitam---terlihat seperti atasannya.

"Belum, Pak. Sampai saat ini pihak dari dinas kesehatan kota Clington maupun dari negara belum bisa mendeteksi penyakit ini. Namun, beberapa ahli biologi sudah mampu menyimpulkan bahwa penyakit yang sedang merajalela ini disebabkan oleh parasit jamur Cordyceps jika dilihat dari cara kerja parasit menyerang inangnya," terang salah satu pria yang memakai jas lab putih seraya memberikan sebuah kertas kepada atasannya tersebut.

"Bagaimana kita bisa membuat vaksin kalau kita saja belum tahu parasit apa yang menyerang?" Pria berjas hitam itu nampak mendesah frustasi dengan jemari yang sesekali memijat dahinya.

Dalam situasi menegang yang tak bertahan lama itu, seseorang---dengan pakaian yang tampak dari kemiliteran---berjalan menghampiri mereka. Lalu memberi hormat singkat saat tiba di hadapan pria berjas hitam tersebut.

"Mohon maaf sebelumnya, saya ingin menyampaikan bahwa penyebaran penyakit ini sudah tiba sampai ke kota Lardies. Para warga kota Clington dan Lardies sudah berdatangan ke pusat karantina untuk menyelamatkan diri mereka," jelas pria berbaju militer tersebut.

"Perketat penjagaan di perbatasan kota Clington dan Lardies, usahakan jangan sampai para manusia yang terinfeksi bisa lolos dan memperluas area penyebaran. Jika perlu, tembak mereka jika melawan," perintah pria berjas hitam tersebut dengan nada tegas.

"Baik, Pak, akan saya sampaikan. Selamat malam." Setelahnya pria militer tadi pergi menjauh dari mereka dan hanya menyisakan sejumlah orang dari dinas kesehatan di sana.

"Pak Wali Kota, apa tidak sebaiknya kita menyusuri SMA Celendation untuk mencari beberapa informasi di sana? Kemungkinan besar wabah ini berasal dari SMA Celendation, karena asal mula penyebaran wabah ini dari SMA tersebut," usul salah satu pria berkacamata yang menggunakan jas lab putih.

Pria berjas hitam yang diduga wali kota tersebut hanya termenung dan mengangguk cepat tanda setuju dengan usulan yang baru dikerahkan salah satu anggota dinas kesehatan.

"Baik, usulan Anda akan saya pertimbangkan. Silahkan kembali bekerja," ucap sang wali kota, lalu meninggalkan para anggota dinas kesehatan yang masih mematung sembari membungkukkan badan kepadanya.

Di ujung ruangan, pria wali kota tadi tampak menghentikan langkah dan mengeluarkan ponsel dari dalam saku jasnya. Tidak lama dari itu, pria tersebut menempelkan ponsel pada telinga untuk menghubungi seseorang yang ia tuju.

"Kirim beberapa anggota militer ke SMA Celendation untuk mencari informasi terkait wabah ini esok hari. Cari data selengkap-lengkapnya, jika perlu temukan dokumen-dokumen penting terkait wabah ini."

"Baik, Pak."

Di tempat lain, pria militer berpangkat letnan kolonel yang baru saja ditelepon oleh wali kota mendadak termenung kala melihat wallpaper pada ponselnya saat ia ingin mematikan benda pipih tersebut. Ia memandangi foto itu sejenak yang menampakkan keceriaan dirinya bersama putra semata wayangnya. Wabah ini mengharuskan mereka berpisah karena putranya itu tengah bersekolah saat peristiwa penyebaran wabah berlangsung beberapa hari lalu.

Sampai saat ini, pria yang diketahui bernama Mike belum bertemu kembali dengan sang putra. Mike hanya takut jika putranya terkena wabah penyakit gila itu dan meninggalkannya seorang diri setelah sang istri meninggal beberapa tahun silam akibat kecelakaan yang menimpa.

"Saya harap, kamu kembali pada saya."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kembali pada Noshi, kini gadis itu hanya terdiam sembari menyandarkan kepalanya pada bahu lebar milik Lucky. Sesekali dirinya menangis sebab Lucky masih belum sadar dan terus mengeluarkan geraman mengerikan seperti para manusia yang terinfeksi. Pikirannya melanglang buana, membayangkan beberapa peristiwa bahagia yang ia lalui berdua bersama sang kakak.

Ia tolehkan sedikit kepalanya ke samping hingga bisa berhadapan langsung dengan leher milik Lucky. Terdapat luka gigitan di sana. Jemarinya naik meraba sisi leher mulus milik Lucky dan merasakan bagaimana detak nadi yang tak karuan.

"Apa abang juga akan diusir dari sini?" gumamnya pelan kemudian mengecup singkat pipi milik Lucky, membuat pemuda itu kembali menggeram dan memberontak berusaha lepas dari ikatan agar bisa menggigitnya.

Noshi tersenyum dan memeluk Lucky tanpa rasa takut. Merasakan kenyamanan dalam pelukan tubuh Lucky yang kehangatannya masih melekat sempurna. Noshi semakin mengeratkan pelukan seraya mendusel pada tubuh Lucky. Ia tenggelam dalam kenyamanan.

Di detik berikutnya kedua mata Noshi yang tadinya terpejam sempurna kini membulat, terkejut kala telinganya tak lagi mendengar suara detak jantung Lucky..

Noshi mengangkat kepala, membentur wajah pucat Lucky tanpa dirasa setitik air bening keluar membasahi permukaan pipinya.

"Bang?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!