01

Pagi hari ini, para siswa SMA Celendation sudah berada di lapangan sekolah, sudah tiga hari semenjak kebingungan mereka di kelas mengenai sel kanker, gurita, kelinci, dan jamur cordyceps akhirnya terbengkalai sebab mereka terlalu malas untuk memikirkan hal itu. Hari ini, sesuai jadwal mereka akan mengadakan kemah selama tiga hari di hutan yang terletak lumayan jauh dari lokasi sekolah mereka.

Beberapa siswa mengeluh kepanasan karena kesal harus berbaris di lapangan dengan sinar matahari yang sedang terik. Mengapa tidak langsung naik bus saja? Menyebalkan sekali! Hal itu membuat Ghez dan Gian sengaja duduk di pinggir lapangan agar tidak kepanasan, tak jarang mereka ditegur oleh para guru maupun panitia kemah kali ini.

Namun, setelah mereka pergi maka Ghez dan Gian akan kembali ke tempat semula. Di mana tempat favorit para siswa untuk berteduh saat upacara.

"Panas banget, padahal masih pagi!" keluh Vara yang sudah penat berdiri di sini.

"Tau, tuh! Dia ngomong apa, sih, kok nggak kelar-kelar? Dia nggak tau apa, kalau gue pegel gini?!" tambah Kimy dengan tangan yang ia jadikan sebagai kipas.

"Bisa nggak, sih, kita langsung naik bus aja?!" dengus Lavana yang juga sama panasnya dengan mereka.

"Yang gue heran, kenapa setiap ada acara selalu dikumpulin kayak anak ayam gini?" sambung Noshi yang membuat tangan Vara melayang menoyor kepalanya, sehingga topi yang tengah dikenakan Noshi menjadi miring.

"Heh, enak aja lo ngomong anak ayam!" sembur Vara tak terima. Sementara Noshi hanya tertawa kemudian mencubit pipi gadis itu hingga ia menjerit kesakitan.

"Kan, lo, kecil. Makanya anak ayam!" ketus Noshi, lalu menjitak kening milik Vara.

"Diem, kek, woy!" bentak Jay yang merasa terganggu akan suara para gadis di sebelahnya.

"Untuk mempersingkat waktu, silahkan masuk ke dalam bus masing-masing sesuai kelasnya! Dan jangan sampai ada yang tertinggal!" Suara Pak Carlos menggelegar, membuat barisan para siswa akhirnya bubar dan masuk ke dalam bus sesuai kelasnya masing-masing. Mendengar perintah pak Carlos, Ghez langsung bangkit dari duduknya meninggalkan Gian yang masih terduduk di pinggir lapangan. Matanya memicing ke arah segerombolan siswa itu--mencoba mencari seseorang yang ia maksud.

Entah sengaja atau tidak, Kimy merasakan seseorang menggenggam tangan kanannya. Ia lantas menoleh ke arah pemuda tersebut yang ternyata adalah Ghez. Laki-laki itu terus menarik tangannya membawa Kimy membelah keramaian para siswa demi naik ke dalam bus. Sementara, Noshi yang melihat kejadian itu hanya memicingkan matanya kemudian menggedikan bahu tanda tak peduli dan segera masuk ke dalam bus.

Setibanya di dalam bus, Ghez masih asyik memilih-milih tempat duduk tanpa mempedulikan Kimy yang ia tarik sedari tadi hingga akhirnya Ghez memilih duduk di bangku tengah berdua dengan Kimy.

"Lo di dekat jendela atau di pinggir sini?" tanya Ghez sembari menaruh tasnya di bawah kursi bus.

"Di dekat jendela," jawab Kimy kemudian duduk di sana, disusul dengan Ghez yang juga mendaratkan bokongnya pada bangku bus.

Bersamaan dengan itu, atensi mereka teralihkan oleh suara keributan yang berasal dari bangku kedua dari depan. Tampak Vara dan Jay yang tengah memperebutkan kursi bus antara di pinggir atau di dekat jendela. Keduanya sama-sama tak ada yang ingin mengalah, semua siswa hanya memandanginya tanpa ingin melerai. Karena percuma jika kedua manusia itu dilerai, maka orang yang melerai akan terkena semburan dari mereka.

"Ih, lo nggak ngalah banget, sih! Gue maunya di dekat jendela!" bentak Vara tak mau mengalah.

"Dih, kan, gue yang duluan di sini! Lo sama Noshi sana, atau sama Lavana!" usir Jay yang membuat Vara semakin naik pitam.

"Dari awal juga gue maunya sama mereka! Karena mereka udah pada dapet tempat, makanya gue harus di sini!" geram Vara dengan tangan yang mencoba menarik lengan Jay yang setia berdiri di dekat jendela bus.

Arah pandangan Vara beralih ke belakang, melihat Joe dan Jarden yang tengah duduk berdua dengan damai di bangku belakang.

"Lo tukeran sama sama Joe! Biar Joe yang di sini! Lo, mah, nggak mau ngalah!" perintah Vara yang membuat Joe menoleh seketika--laki-laki itu hanya menggedikan bahunya, kemudian kembali memasang earbuds di telinganya.

"Ogah! Udahlah, lo di pinggir aja kenapa, sih?" keluh Jay yang pegal berdebat dengannya.

"Nggak mau! Ayolah, Jay, ngalah!" rengek Vara masih dengan tangan yang menarik lengan Jay.

"Hei, ini kenapa, sih?!"

Kedua remaja itu seketika terdiam mematung kala suara miss Bill terdengar tiba-tiba. Wanita berperawakan tinggi itu menghampiri keduanya karena merasa bising saat baru pertama kali masuk ke dalam bus.

"Kalian kenapa ribut? Ayo duduk, sebentar lagi bus akan jalan!" perintah miss Bill tegas.

Terkejut akan suara lantang dari miss Bill, keduanya langsung tergesa untuk duduk. Namun, Vara dan Jay kembali saling tarik-menarik demi memperebutkan tempat duduk. Melihat keributan itu, miss Bill hanya menggelengkan kepalanya dengan memijat dahinya frustasi. Ia begitu pusing melihat tingkah anak muridnya yang senantiasa ribut di mana pun, bahkan di kelas dengan masalah yang sangat sepele. Contohnya, saling berebut penghapus.

"Lama-lama Miss nikahkan kalian!"

"NGGAK!!!" jerit keduanya bersamaan, membuat seisi bus mengerjap kaget.

"Sekarang gini, Jay, kamu duduk di pinggir ngalah sama perempuan. Vara, cepat duduk di dekat jendela. Hentikan keributan kalian saya mau mengecek kondisi bus yang lain."

Setelah mengatakan itu, guru wanita tersebut segera berjalan cepat keluar dari dalam bus. Detik setelahnya Vara langsung mengambil duduk di dekat jendela dengan menebar senyum penuh kemenangan. Rasanya semesta memang berpihak padanya, sementara Jay hanya mendengus kesal dan menjitak kening gadis menyebalkan itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Noshi!!" teriakkan Gian berhasil membuat langkah Noshi terhenti. Gadis itu menolehkan kepalanya sebatas bahu untuk melihat Gian yang berlari ke arahnya.

"Apa?" tanya Noshi dengan tangan yang sibuk mengikat rambutnya menggunakan ikat rambut yang tersimpan dengan baik di pergelangan tangan.

Setibanya di hadapan Noshi, Gian membungkuk dengan tangan yang bertumpu di lututnya sembari mengatur napas yang memburu, detik setelahnya Gian merogoh saku celananya bersamaan dengan Noshi yang mengangkat sebelah alisnya. Tak berselang lama, Noshi dapat melihat Gian yang mengeluarkan sebuah buku kecil. Melihat buku tersebut, lantas Noshi merampas buku kecil itu dalam genggaman tangan Gian dan memperhatikan kondisi buku miliknya tersebut.

"Lo nemu di mana?" tanya Noshi yang baru menyadari jika buku diary miliknya hilang.

"Dikasih Kimy. Tadi, Kimy nemu di lantai bus. Kayaknya jatuh dari saku lo," terang Gian menjelaskan.

Mendengar penjelasan dari Gian, Noshi hanya mengangguk kemudian memutar tubuhnya dan berjalan menjauhi Gian. Sementara, Gian yang ditinggal begitu saja hanya merengut tak terima.

"Bilang makasih, gitu!" sindir Gian, membuat langkah Noshi kembali berhenti.

Noshi menolehkan kepalanya sebatas bahu, lalu berkata, "iya makasih." Kemudian Noshi kembali melanjutkan jalannya.

Di sisi lain, terdapat beberapa siswi yang tengah mendirikan tenda. Di antaranya terdapat Vara, Lavana, dan Kimy. Mereka bersama-sama membangun tenda sesuai arahan dari Vara, selaku anak pramuka dalam kelompok mereka walaupun gadis itu seringkali bolos dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Tak berselang lama dari itu, atensi mereka teralihkan oleh Noshi yang baru datang berbarengan dengan Michael yang juga menghampiri mereka dari arah yang berbeda dengan Noshi.

"Gian udah kasih bukunya ke lo?" tanya Kimy tiba-tiba saat Noshi membantu mengikat tali tenda di sampingnya.

"Udah. Makasih, ya, Kim! Gue nangis kayaknya kalau buku ini sampai hilang. Banyak banget kenangan keluarga gue di sini," ucap Noshi dengan senyuman tulus yang jarang ia tampakkan. Kimy hanya membalas senyuman Noshi dan kembali bergulat dengan tali tenda yang tengah ia genggam.

"Vara," panggil Michael, sementara Vara yang tengah serius memasang tenda sontak terkejut dan membalikkan badannya ke arah Michael di belakangnya.

"Apa?" Vara bertanya dengan tangan yang masih memasang tenda.

"Antar gue ke hutan sebentar, yuk!" ajak Michael, dan tanpa ia sadari Lavana mendengar ajakan Michael itu. Ia segera menghentikan aktifitas memasang tenda dan beralih atensi pada Michael dan Vara.

"Lo mau ngapain ngajak Vara?" tanya Lavana, ia hanya takut jika laki-laki itu berbuat yang tidak-tidak pada Vara. Karena yang ia tahu, Michael menyukai Vara semenjak mereka duduk di bangku kelas sepuluh.

Michael yang merasa diinterogasi oleh Lavana lantas menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu mengeluarkan sebuah botol kaca kecil. Bersamaan dengan itu, Vara dan Lavana hanya saling pandang satu sama lain seolah menandakan bahwa mereka saling menagih jawaban perihal apa isi dalam botol kaca yang digenggam Michael tersebut.

"Apa itu?" tanya Lavana bingung.

"Botol ini nggak ada isinya. Botol ini buat tempat biji-bijian yang mau gue cari. Jadi, niat gue ke hutan ini selain kemah, gue juga mau cari biji-bijian yang akan gue tanam di halaman rumah. Dan tujuan gue ngajak Vara, biar nggak tersesat. Dia, kan, ingatannya tajam. Boleh, nggak?" terang Michael jujur. Memang niatnya ke hutan ini selain kemah, ia ingin mencari tumbuhan yang indah di hutan dan akan ia tanam di halaman rumahnya untuk melengkapi koleksi tanamannya.

"Gue sih, terserah. Yang penting, kalian saling jaga diri aja soalnya ini di hutan," saran Lavana kemudian kembali membantu Kimy dan Noshi dalam memasang tenda.

Dan kini, perhatian Michael tertuju pada Vara seolah menanyakan kepada gadis itu bahwa ia ingin menemaninya atau tidak.

"Ya sudah, ayo! Nanti keburu malam," putus Vara pada akhirnya, lalu mereka berdua berjalan menjauh dari area kemah dan masuk lebih dalam  menyusuri hutan yang lebat.

Di sisi lain, Joe yang tengah mencari beberapa kayu bakar untuk acara nanti malam mendadak memberhentikan langkahnya kala melihat Vara dan Michael berjalan menyusuri hutan di sore hari seperti ini.

"Vara! Dia mau ngapain, ya?" gumam Joe bertanya pada dirinya sendiri kala Vara tak mendengar panggilannya.

Karena malas, Joe hanya menggedikan bahunya tanda tak peduli dan kembali melanjutkan perjalanannya. Namun, lagi-lagi kakinya berhenti kala ia merasakan telah menginjak sesuatu di bawah sana. Merasa penasaran, Joe mengangkat kakinya, lalu mengerenyitkan dahi heran lantaran melihat sebuah benda yang ia injak.

"Suntikkan?"

Terpopuler

Comments

Fairytopiaa_

Fairytopiaa_

Anjirrrrr michael lu mau bawa vara ke maneeeee😭😭😭😭

2024-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!