10

"Kalian ingat kejadian saat gue teriak bilang takut sama gurita?" celetuk Jarden tiba-tiba, membuat Kimy teringat akan sesuatu.

"Sains biologi?"  balas Kimy, berhasil menyita semua perhatian para temannya.

"Maksud lo, parasit ini berasal dari parasit yang kita bikin sewaktu ekstrakurikuler biologi beberapa hari lalu?" tanya Kimy memperjelas.

Suasana kala itu menjadi amat canggung dengan berbagai opini terkait munculnya wabah zombie ini secara tiba-tiba tanpa diketahui apa penyebabnya. Jika berbicara tentang parasit, memang opini yang mereka lontarkan cukup kuat untuk menjadi alasan wabah zombie ini muncul.

Tak dipungkiri mereka mengambil opini itu karena beberapa bukti yang cukup kuat. Diantaranya, wabah zombie pertama kali muncul di sekolah mereka, lalu yang ke dua, adalah struktur parasit yang dicurigai sebagai buatan manusia.

"Tapi, parasit yang kita buat itu bukannya sudah dilenyapkan? Kelinci yang menjadi bahan percobaan pun sudah dibekukan di lemari es. Bagaimana cara parasit itu bisa keluar dan menjangkiti manusia?" Jarden masih merasa janggal dengan hal ini.

"Kalau gitu, berarti ada salah satu anak sains biologi yang diam-diam masuk dan mengambil sampel parasit itu. Tapi siapa?" sambung Lavana yang sejak tadi diam memikirkan bagaimana cara parasit itu keluar sampai membuat kekacauan.

"Untuk memastikan, coba kita ambil sampel zombie yang ada di luar lalu kita bandingkan dengan parasit yang sudah dibekukan di ruang bawah tanah lab sains. Jika cocok, berarti memang wabah ini berasal dari parasit buatan kita," usul Kimy.

"Berarti sekarang kita ke ruang bawah tanah, lewat mana?" keluh Gian malas.

"Gue tahu jalan pintas," sela Noshi di kala suara Gian yang terdengar bersungut-sungut.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sisi lain tampak seorang pemuda mengenakan jaket hitam dengan tudung yang digunakan untuk menutupi kepala hingga wajah. Langkahnya berjalan pelan dengan ritme menyeramkan. Bisa dilihat tangan kanannya membawa sebuah pistol, dan juga sebuah tas hitam yang digendong di punggung---berisikan peluru serta barang-barang lainnya. Beberapa detik setelahnya, pemuda itu menghentikan langkah tepat di depan pintu loker milik salah satu siswa.

Ujung bibirnya tertarik membentuk senyum sembari menatapi pintu loker di hadapannya tersebut. Lantas dengan perlahan tangannya mulai bergerak naik, berusaha meraih handle pintu loker.

Beberapa saat setelahnya pemuda itu menaikkan alisn, bingung saat pintu loker itu tak bisa terbuka. Ia mengembuskan napas kesal, ia baru ingat jika loker di sini dilengkapi dengan keamanan menggunakan sandi. Dengan cepat jemarinya memencet tombol-tombol di permukaan pintu loker hingga berbunyi dan terbuka. Senyumnya mengembang sempurna di balik masker hitam yang ia kenakan sembari memandangi sesuatu di dalam loker tersebut.

"Kejahatan tetap akan menemukan imbasnya, walaupun ditutupi oleh ribuan cahaya," desis pemuda itu

Kemudian tangannya merogoh sesuatu dari dalam kantong jaket. Ujung bibir pemuda itu tertarik membentuk senyuman kala tangannya mulai merasakan sesuatu di dalam kantong jaket miliknya. lantas ia tarik kembali tangannya keluar dari dalam kantong jaket seraya menggenggam sebuah botol kecil. Dengan gerakkan santai ia menyiramkan isi si dalam botol kecil tersebut kepada sesuatu yang ada di dalam loker.

Setelah puas menikmati pemandangan indah di hadapannya, ia kembali menutup pintu loker itu, dan segera berlalu dari sana sebelum ada zombie ataupun orang yang mengetahuinya. Namun, tak disangka terdapat sepasang mata yang melihat jelas seluruh kejadiannya. Seorang gadis berbalut kardigan hitam di balik tembok loker lantas menutup mulut, tak menyangka dengan apa yang dilakukan pemuda berjaket hitam itu pada sesuatu di dalam loker tersebut.

"Siapa laki-laki itu?" gumam gadis itu pelan sambil mengangkat bahu dan membenarkan posisi ransel yang digendongnya.

Tak lama kemudian gadis itu merasakan hawa seseorang mendekat padanya, dan tepat di detik kedua setelahnya ia merasa ada sebuah tangan bertengger secara tiba-tiba di bahunya. Dengan gerakkan cepat gadis itu memutar tubuh sembari menampar orang tersebut.

"Astaga, Gian! Jangan ngagetin gue, dong! Gue pikir zombie," dengus Noshi bersungut-sungut.

"Ya, lagian lo ngapain di ruang loker? Kita harus ke ruang bawah tanah, lo tiba-tiba aja ngilang kayak gitu bikin gue khawatir tau, nggak?!" Sungguh, Gian benar-benar mencemaskan keadaan gadis itu. Siapapun bisa melihat kepanikan yang mendominasi raut wajah tampannya.

Noshi terdiam sesaat, hatinya berniat untuk memberitahukan Gian perihal apa yang ia lihat barusan. Namun, lagi-lagi otaknya memaksa untuk diam dan tidak memberitahukan apapun pada Gian maupun teman yang lain.

Gian yang diacuhkan seperti itu lantas mendengus kesal. Tangannya melambai di depan wajah Noshi agar gadis itu berhenti melamun.

"Hei, lo ngelamunin apa?" tanya Gian masih dengan gerakkan tangan yang melambai di depan wajah Noshi.

"Eh, nggak. Ya udah, ayo kita susul mereka ke ruang lab biologi!" ajak Noshi mengalihkan perhatian Gian, lalu menarik tangan pemuda itu menuju lab biologi yang berada di ruang bawah tanah sekolah mereka.

Noshi yang baru saja berjalan sebanyak tiga langkah dari tempatnya berdiri tadi harus kembali menghentikan langkah kala ia mendengar suara erangan beberapa zombie. Sepertinya para makhluk konyol itu berada di luar ruang loker. Sesekali ia menoleh pada Gian yang berada di belakang dengan raut wajah cemas.

"Gian, teman kita yang lain pada ke mana? Kenapa lo bisa ke sini pisah sama yang lain?" tanya Noshi membuka pembicaraan.

"Justru gue yang harus tanya sama lo. Lo kenapa misahin diri ke sini? Tadi Ghez yang nyadarin kita kalau lo hilang dari barisan, dan akhirnya gue yang mutusin buat cari lo. Temen yang lain pada nunggu di toilet depan situ karena tadi ada beberapa zombie yang ngejar kita," terang Gian seadanya.

Noshi manggut-manggut tanda mengerti akan perkataan Gian. Kemudian diraihnya pergelangan tangan Gian yang sempat ia lepas lalu berjalan keluar dari ruangan loker untuk bertemu dengan para temannya yang menunggu mereka di toilet.

"Tetap waspada," peringat Gian berbisik.

Keduanya berjalan sangat pelan dan waspada, dengan kedua tangan yang memegang erat senjata mereka. Kedua pasang manik mata siswa itu memicing ke sana kemari untuk mengintimidasi ruangan dan melacak di mana keberadaan zombie.

Penampilan mereka yang sudah sangat berantakan dengan noda darah di mana-mana cukup untuk membuat para manusia mengerti jika para siswa ini sangat lelah. Tak dipungkiri mereka pun takut untuk berhadapan dengan makhluk mematikan itu, tetapi rasa takut itu seakan dipendam dalam-dalam agar tidak menghambat tujuan mereka.

Belum sampai di toilet, suara Kimy dan Ghez yang muncul secara tiba-tiba, menginterupsi Gian dan Noshi.

"Gian, Noshi, larii!!"

Mendengar suara kedua temannya yang diikuti oleh suara langkah kaki mendekat, Gian dan Noshi serempak menolehkan kepala mereka ke belakang. Lantas raut wajah Gian dan Noshi berubah menjadi sangat panik kala melihat para temannya berlarian ke arah mereka dengan beberapa zombie mengejar di belakang.

Rrgghhh

Rooaarrr

Tap tap tap

Brakk

"LARI!!" Kimy langsung mencekal tangan Noshi dan membawanya berlari karena gadis itu hanya diam di tempat---terlalu terkejut dengan pemandangan yang diberikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!