09

Baru beberapa detik mereka tiba di lantai dua, kawanan zombie langsung menyerang mereka dari arah depan dan samping. Dengan sigap mereka melakukan perlawanan untuk bertahan menggunakan senjata seadanya yang mereka pegang.

Ghez dapat dengan mudah mengangkat lalu menusuk kepala zombie sehingga tewas, Gian melawan beberapa zombie itu menggunakan kekuatan ototnya dengan memukul dan menendang mereka hingga terpental. Begitupun yang lainnya, tak jarang kalimat umpatan keluar karena terlalu kesal terhadap makhluk menjijikan itu terutama Jarden yang tak hentinya mengumpat sedari awal.

"RASAIN NIH!!"

Duakh

Clebb

Rrgghhh

Roarrr

Noshi dan Kimy merasa puas karena mereka berdua berhasil bekerja sama memusnahkan beberapa zombie yang menghalangi jalan mereka. Sementara di sebelah kanan terdapat Vara, Jay, Altezza, dan Joe yang justru melawan dengan penuh semangat.

"CIL, TUSUK KEPALANYA!!" perintah Jay yang kemudian dituruti oleh Vara.

Vara segera menusuk kepala zombie kala Jay berhasil menangkapnya. Darah zombie itu bermuncratan ke wajah mereka dengan bau amis menyeruak masuk ke dalam indera penciuman.

"SIALAN LO MAKHLUK JELEK!!" hardik Jarden sembari menusuk-nusuk tubuh zombie itu dengan brutal.

Sementara, di sisi tangga terdapat Lavana yang masih setia menusuk para zombie menggunakan kayu bekas kursi yang terdapat paku panjang di ujung kayunya.

"Mati lo!" umpat Lavana lega kala zombie itu mulai terkulai setelah lehernya tertusuk dan terpukul menggunakan senjatanya.

Namun, baru saja Lavana mengelap peluh di dahinya setelah berhasil melenyapkan beberapa zombie, ia merasakan sesuatu menyentuh bahunya. Dengan rasa panik yang memuncak, Lavana segera membalikkan badan sembari melayangkan senjatanya ke arah sesuatu di belakangnya itu. Lalu ....

Bugg

Srekk

"Akh!"

Jay menjerit kala paku yang ada di kayu milik Lavana menusuk dan merobek seragam Jay hingga menembus ke dada dan bahunya.

"Astaga, Jay! Gue kira lo zombie!"

Vara yang mendengar suara Jay lantas melirik ke arah laki-laki itu. Ia segera menghampirinya kala zombie datang dari arah belakang Jay. Dengan sigap Vara langsung memukul zombie itu hingga terjatuh ke bawah tangga.

"GUYS, KAYAKNYA NGGAK MUNGKIN KITA BISA DI SINI TERUS SEMENTARA ZOMBIE BERDATANGAN! Gian dan Noshi tolong segera buka pintu lab, kita akan lawan mereka di sini!" perintah Ghez sambil menusuk-nusuk dan memukul para zombie.

"Siap!" sahut Gian cepat lalu mengambil tangan Noshi dan mengajaknya berlari ke lab komputer yang letaknya tak jauh dari sana.

Dengan cepat Gian mengotak-atik pintu lab komputer dengan beberapa kunci di tangannya.  Sudah banyak kunci yang ia coba masukkan ke dalam lubang pintu lab, tetapi tidak ada yang berhasil satu pun, sementara Noshi sudah lelah memukul para zombie yang menghampiri mereka.

Karena pegal, Noshi segera merebut semua kunci pada Gian lalu mencoba membukanya sendiri. Tak lama setelahnya pintu itu terbuka setelah percobaan memasukkan kunci yang ketiga kalinya oleh Noshi.

"PINTUNYA UDAH KEBUKA! AYO, CEPAT MASUK!!" teriak Noshi menginstruksi para temannya.

Beberapa dari mereka segera meninggalkan para zombie dan langsung berlari masuk ke dalam ruangan lab komputer, sementara Jarden dan Jay masih asik melawan zombie menggunakan senjata yang ada di tangan mereka.

Vara dan Altezza yang baru saja berlari sebanyak lima langkah mendadak harus menghentikan langkah kala merasa Jarden dan Jay tidak ada bersama mereka. Menoleh ke arah belakang, dapat mereka lihat Jay dan Jarden justru masih melawan zombie itu. Dengan segera Vara dan Altezza berlari ke arah mereka dan segera menarik kedua pemuda itu untuk masuk ke dalam ruangan lab.

Braakk

Ghez langsung menutup pintu lab dengan keras hingga para zombie itu menabrak pintunya. Tak lupa, Gian dan yang lainnya langsung mendorong beberapa meja dan kursi untuk membarikade pintu agar para zombie tidak bisa membuka pintu.

Setelah selesai, masing-masing dari mereka duduk di lantai dan bersandar pada dinding untuk menormalkan napas yang memburu. Bahkan, Jarden, Gian, Ghez, dan Joe kini membaringkan tubuh mereka di lantai lab.

"Ada yang ketinggalan di luar nggak?" Ghez memperingati, takut jika salah satu dari mereka masih ada yang di luar.

"Lengkap kok," sahut Altezza.

"Huhh, capek banget gue!" keluh Joe sembari mengembuskan napas.

"Gila tu zombie makan apaan, sih, bisa sampai kuat begitu?" gerutu Gian.

"Makan besi, Kak," sahut Jarden menjawab pertanyaan Gian.

"Nggak jelas!" hardik Ghez sembari menoyor kepala Jarden.

"Jay, lo kegigit?" Vara dan yang lainnya segera menoleh ke arah Jay setelah mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Kimy, melihat ke arah Jay mereka mendapati noda darah di seragam anak itu dengan luka yang tampak sobek.

"Bukan, itu tadi kegores paku sama gue," jawab Lavana menimpali, lalu berjalan mendekati Jay dan menyuruhnya untuk membuka seragam atasnya.

"Buka seragam lo, gue mau obatin," suruh Lavana yang langsung dituruti olehnya.

"Ada yang punya gunting atau kain?" tanya Lavana kepada yang lainnya.

Semuanya menggeleng dan mencari-cari di mana letak kain juga gunting, tetapi mereka tetap tak menemukan kedua benda itu. Karena khawatir akan darah yang terus mengucur dari luka Jay, Vara langsung melepas sweater yang dikenakan lalu menyerahkan pada Lavana.

"Pakai sweater gue aja, ini pisaunya," putus Vara sembari memberikan sweater kesayangannya dan pisau pada Lavana.

"Serius mau pakai sweater lo?" ucap Lavana memastikan.

"Iya," balas Vara cepat lalu mengalihkan pandangannya pada Jay.

"Tapi, ini sweater kesayangan lo. Orang tua lo yang beliin sweater ini, lo yakin, Cil?" tegur Jay ragu.

"Nggak apa-apa. Lagi pula, keadaannya mendesak kayak gini. Nggak mungkin kita ke UKS buat ambil kain kasa dan yang lainnya, kan? Jadi, pakai aja sweater gue," terang Vara.

"Huwaa, gue salut banget sama Vara! lo jadi semakin dewasa, ya!" puji Kimy sambil menepuk bahu anak itu.

"Iya, tumben amat," tambah Ghez.

"IH, PARAH BANGET! INI GUE UDAH BAIK, LOH!" jerit Vara jengkel karena dirinya masih saja menjadi bahan olok-olokan temannya.

Gian dan Joe segera merobek sweater Cara dan mengguntingnya menjadi potongan yang panjang agar bisa dijadikan sebagai pengganti perban dan kain kasa. Setelahnya, Gian memberikan potongan sweater itu pada Lavana dan langsung ia lilitkan pada luka Jay yang terbuka.

"Maaf, Jay," lirih Lavana kala Jay meringis ngilu saat Lavana mengikat kain itu di bahunya.

Di sela pembicaraan itu, Altezza beranjak dari duduknya dan berjalan ke salah satu komputer yang berada di dekat mereka. Altezza tampak celingak-celinguk untuk mengecek keadaan komputer dan mencari di mana letak kabel dan stop kontak. Setelah menemukan kabel komputer, ia segera menyambungkannya dengan stop kontak untuk menghidupkan komputer tersebut.

Setelah komputer tersebut menyala, Altezza segera duduk di kursi dan mencari beberapa informasi terkini tentang wabah konyol yang menyerang kota mereka. Manik mata pemuda itu tampak serius bergerak ke sana ke sini mengintimidasi seluruh sudut layar komputer, membaca satu per satu kata yang menerangkan tentang informasi yang sangat ia butuhkan.

"Wabah misterius telah menyebar hingga ke kota Lardies, perbatasan kota Clington dan kota Lardies ditutup dan dijaga ketat. Untuk sementara para warga diamankan di tempat pengungsian yang terletak di samping gedung pemerintah dan dinas kesehatan kota Clington. Sampai saat ini dari pihak kesehatan belum bisa menemukan penyebab dari munculnya wabah misterius dan juga virus apa yang terdapat di dalam tubuh manusia yang sudah terinfeksi. Namun, saat ini tersebar banyak asumsi dan opini yang mengatakan bahwa wabah ini adalah wabah zombie."

Mendengar suara Altezza, mereka beranjak serempak dan segera berlari menghampiri Altezza yang ternyata sudah membaca sebuah informasi terkini terkait wabah yang menyerang kota mereka.

"Jadi, dinas kesehatan juga belum tahu penyebabnya?" protes Kimy kesal.

"Di situ tertulis jenis parasit atau virus gitu nggak?" tanya Ghez penasaran.

"Nggak ada. Benar-benar nggak terdeteksi," balas Altezza masih dengan mata yang mengarah pada layar komputer.

"Kok bisa? Alasannya apa?" sambung Noshi.

"Mereka masih berasumsi bahwa ini bukan virus, tapi parasit. Alasan penyebab penyakit ini belum diketahui karena struktur parasit yang menyerang manusia tidak ada dalam jenis parasit mana pun," terang Altezza.

Keheningan tercipta di tengah mereka, tak ada yang berbicara satu pun saat ini. Tiap otak bekerja keras untuk menjawab semua pertanyaan yang muncul di dalam pikiran mereka masing-masing. Angin dari arah luar berembus masuk ke dalam jendela yang terbuka, membelai lembut kulit tiap manusia yang bertahan di sana dengan menghadirkan sensasi menggelitik nan sejuk.

"Berarti, parasit ini diciptakan oleh manusia," celetuk Kimy tiba-tiba.

"Bisa jadi beberapa parasit dan sel digabung menjadi satu," tambah Noshi menimpali.

Jarden berpikir sejenak, ia merasa seperti familiar dengan ucapan Noshi yang menyangkut pautkan antara parasit satu dengan yang lainnya. Tiba-tiba saja ia teringat akan praktikum anak club biologi yang dilakukan beberapa hari lalu.

"Kalian ingat kejadian saat gue teriak bilang takut sama gurita?" celetuk Jarden tiba-tiba, membuat Kimy teringat akan sesuatu.

"Sains biologi?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!