Mimpi Untuk Kembali: The God Of The Tower
[Prolog]
Dalam kegelapan tiada ujung ia tengelam dalam kesendirian.
Tiada harapan, tiada cahaya maupun jalan untuk kembali.
Semua telah lenyap bagaimana mimpi buruk yang telah selesai dan menghilang tanpa jejak dalam ingatan, tak teringat namun membekas pada pikiran bagaikan luka. Yang dapat ia lakukan kini hanyalah bertanya pada dirinya sendiri.
'padahal aku tidak ingin ini terjadi..'
'mengapa takdir harus berjalan sekejam ini..?'
'semua telah lenyap.. mengapa.. hanya aku'
'mengapa hanya aku sendiri yang dapat melihat akhir dari mimpi buruk ini..'
Ia ingin menyerah namun ia tahu ia harus kembali. Kembali untuk memulai mimpi yang ia mulai, kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan semua yang ia sayangi.
'benar.. aku harus kembali..'
Sebuah jam saku putih di tangannya perlahan memutar jarumnya ke arah yang berlawanan dari yang seharusnya, memutar balikkan waktu ke masa lampau.
'Benar, akan ku ubah takdir mengerikan ini!!'
"Kau pikir kami akan membiarkanmu?"
Sebuah tangan spiritual muncul dan dengan suara yang begitu berat ia memberikan peringatan "Seorang irregular seperti mu tidak seharusnya ada" kilau cahaya mengelilingi pemuda itu bersamaan dengan bayangan ular yang melilit tubuhnya.
'kau pikir aku peduli?! Kalian para pemimpin hanya bisa memanfaatkan orang lain dari belakang. Sosok seperti kalian tidak pantas di sebut sebagai dewa!!'
"Sekali pembangkang tetap pembangkang ya. Kalau begitu kita lihat apa yang bisa kau lakukan bila kami menghapus ingatanmu"
"moga jalanmu selalu di penuhi oleh rintangan, wahai irregular yang sengsara"
"Terperangkap lah dalam lucid dream mu sendiri"
.
.
.
Lucid dream..
Sebuah kejadian dimana saat kalian tertidur dan bermimpi kalian mengetahui bahwa itu adalah sebuah mimpi, bahkan tak jarang kalian bisa mengendalikan mimpi itu sesuka kalian. Mimpi yang selama ini orang ketahui hanya berporos pada tiga jenis mimpi yaitu, sweet dreams atau mimpi indah, nightmare atau mimpi buruk dan lucid dream. Padahal nyatanya mimpi itu terbagi menjadi tujuh jenis.
Setiap mimpi punya waktu dan ciri khas khas tersendiri saat kalian menyaksikan nya. Tak jarang seseorang bahkan sulit membedakan antara satu mimpi dengan mimpi lainnya, seperti supranatural dream dan nightmare.
Mimpi selalu dianggap adalah bunga tidur yang muncul apa bila kita telah memasuki kondisi dimana pikiran kita telah sepenuhnya dalam kondisi tertidur pulas namun otak kita masih bekerja.
Tapi benarkah mimpi hanyalah sebatas itu?
Dulu kupikir mimpi hanyalah sebuah khayalan yang dapat ku kendalikan, hingga suatu hari aku kehilangan kemampuan itu. Dan membuatku terjebak dalam dunia abstrak ini untuk waktu yang lama hingga aku sendiri tak ingat akan diriku sebelum ada di sini. Satu hal yang ku ingat pasti ialah namaku.
"Novan"
.
.
.
.
Teriakan terdengar, tangis pun telah pecah. Gadis itu sekali lagi mendapatkan perlakuan tak sepantasnya dari kedua orang tuanya, tubuhnya penuh dengan lebam, darah mengucur dari beberapa luka, tangisnya menggema dalam kamar yang gelap, begitu orang tuanya telah pergi tangis tak kunjung reda karena pikirannya kini mengingatkannya pada kejadian tak mengenakan di sekolahnya. Sengsara, mungkin itulah yang kini ia rasakan.
Aku hanya terdiam, tak dapat bergerak, hanya menyaksikan dirinya.
Tubuhnya merintih, matanya telah bengkak dengan pipi yang berhiaskan air mata. Pintu yang tadinya terbuka kini tertutup, hanya menyisakan kegelapan bagi dirinya. Gadis itu, Arin tampak hanya terus menangis dan meremas gaun putihnya yang kini tampak kotor. Menangis dan terus menangis hingga ia tak tahu sudah berapa lama ia menangis, lelah terasa tangis pun berhenti.
Ketukan pintu terdengar, suara asing muncul menyapanya dari balik pintu itu.
Dengan langkah pelan ia mendekat, menyentuh kenop pintu dan kemudian memutarnya sebelum akhirnya tanpa ia sadari ia telah membuka sebuah jalan menuju permainan takdir tiada akhir. Tempat dimana diriku pernah berada.
Akankah kami bertemu?
.
.
.
.
Another pov..
Aku membukanya, cahaya samar-samar terlihat. Suara itu masih bisa kudengar, memanggil ku dan bertanya.
"Apa kau siap?"
Seakan mengajakku untuk pergi ke suatu tempat.
Cklek-
Pintu sepenuhnya terbuka, udara hangat menerpaku, dedaunan berwarna ungu tampak berhamburan kesana-kemari. Indah, hanya itulah yang dapat aku pikirkan.
Padang rumput ungu yang tak beraturan, pepohonan berbatang hitam dengan dauh berwarna pink dan bukit-bukit batu yang terhiasi bunga dan lumut yang berwarna selaras dengan konsep rerumputan yang ungu lembut. Suara alam seakan terdengar jelas, angin menggoyangkan semua dedaunan dengan lembut seakan menyapaku dengan hangat.
Aku melangkah ke luar, selangkah demi selangkah. Menyentuh daun ungu itu dan kemudian menatapnya, lembut dan indah. Begitu ku berbalik pintu itu telah hilang, menyisakan diriku yang kini seakan terjebak dan seakan mencoba memutus hubunganku dengan dunia luar.
"Selamat pagi"
Suara yang sama terdengar, begitu ku menengok seorang pria berjas coklat gelap dengan topi khas zaman 19-an yang terlilit pita hijau menyapa. Rambut pirang nya tampak tertutup oleh topi tapi masih dapat ku lihat sementara mata hijau zamrud nya menatapku dengan hangat dari tempat itu.
"Siapa?" Tanyaku dengan nada yang benar-benar rendah, aku sudah kehilangan bakat untuk bersosialisasi dengan seseorang. Meskipun terdengar lelah, disini aku sama sekali tak merasakan lelah maupun sakit, bekas lukaku juga seakan hilang tak tersisa. "Apakah ini mimpi?" Tanyaku menatap dedaunan yang ku pegang.
"Atau aku sudah mati?"
"Apa yang kau bicarakan Arin? Kau disini, di rumahmu, ephemeral" saat ku liat ia pemuda itu tersenyum sembari berjalan ke arahku. "Mengapa sikapmu jadi aneh? Ayolah kita bermain-main! Jangan bilang kau sudah melupakan ku?"
"Anda.. siapa..?" Aku terus bertanya, seakan mencari sebuah jawaban dalam kepalaku sendiri.
"Ini aku, temanmu. Nanaru"
"Nanaru..?"
Hanya dengan mendengar namanya saja aku tahu aku seperti pernah mendengarnya, ia berjalan semakin dekat dan begitu aku mengedipkan mataku sesaat tiba-tiba hanya ada seekor kelinci di depanku. "Tuan Nanaru?" Aku menengok ke sekitar, tak ada siapapun selain kelinci bermata hijau di depanku yang mulai meloncat-loncat ke arahku seakan mengajakku bermain.
"Apa.. tadi hanya halusinasi?" Aku membungkuk, ku belai kepala kelinci kecil itu, bulunya yang lembut seakan berhasil memenangkan ku "imut... Dan hangat.. tempat yang indah" aku menatap ke arah langit. Awan bergradasi oranye mulai terlihat, senja telah datang.
Entah apa yang ada di kepalaku namun seketika aku berkata "ayo pulang Naru" seakan aku teringat akan sesuatu. Aku mengangkat kelinci itu, berjalan menyusuri Padang bunga dan hutan hingga entah bagaimana caranya aku sampai pada sebuah gubuk kayu indah yang terhiasi bunga.
Kelinci itu melompat turun, kemudian mendekati sebuah pot bunga tempat dimana sebuah kunci emas terlihat. Aku mengambilnya dan kemudian membuka pintu itu.
Cklek-
Ruangan terang terlihat, ruang yang sederhana dan hangat menyambut diriku, di depan sana perapian menyala, makanan tersaji di atas meja dan seorang pria yang sama seperti sebelumnya terduduk di kursi sembari memangku kelinci-kelinci kecil kemudian menyapaku dengan hangat.
"Arin! Selamat pulang!"
Aku terdiam namun tak lama kemudian senyum terukir pada wajahku. Entah mengapa aku tetap ingin berada di sini dan mengatakan
"Aku pulang"
.
.
.
.
"Aturan pertama, jangan pernah menganggap tempat ini rumahmu."
.
.
.
.
Entah sudah berapa lama aku berada di sini, namun yang pasti aku mulai sepenuhnya melupakan rumah lamaku- bahkan aku tidak tahu bagaimana aku bisa kembali, tidak ada yang kuingat, tidak ada pula keinginanku untuk kembali ke tepat yang ku sebut rumah itu, bagiku ini adalah rumahku. Pagi ini aku berencana akan mencari berry di hutan bersama Naru si kelinci bermata hijau, ia adalah salah satu 'teman-teman' Nanaru sementara Nanaru saat ini tengah pergi bekerja.
Aku tidak tahu apa pekerjaannya namun begitu subuh tiba ia akan berpamitan kemudian mengajakku ke sebuah stasiun kereta yang terletak di sebelah Utara rumah kami lalu sebuah kereta besar akan menjemputnya dan kemudian melaju kencang pada rel sebelum kemudian hilang tertelan kabut berkilau. Setelah itu barulah aku akan memulai rutinitas ku yaitu menjelajah dan mengumpulkan makanan.
Naru tampak tenang berada dalam keranjang yang ku bawa sementara kini kami telah tiba di sebuah hutan.
"Saatnya mencari berry!" Ujar Ku dengan senang dan mulai berlari kesana-kemari.
Dunia yang indah, tempat yang tenang benar benar sebuah negeri impian dambaan semua orang.
Tapi aku tidak tahu kalau negeri seperti ini bukan hanya milikku.
Cklek-
Sebuah pintu tiba-tiba muncul dan terbuka di depanku, seseorang terlihat dari balik sana. Tanpa sadar tubuhku berlari ke depan pintu, seakan penasaran siapa yang ada di dalam sana.
Seorang pemuda berambut hitam terlihat dan saat itu juga aku berkata.
"Siapa?"
"?!"
Kira kira kini apa yang akan terjadi pada kehidupan ku?
Siapa dia?
[Prolog end]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuutttttt
2024-03-17
0
Ayano
Halo kak, akhirnya diriku mampir dan aku kaget bet 😳😳
Pembawaan prolog keren banget
Nanti pasti dimampirin again
Semangka ya
2023-05-24
1
Ayano
😳😳😳😳
Aturan yang bagus
2023-05-24
1