Namaku Arin, dan aku hanyalah seorang gadis kecil biasa, kurasa."Saatnya mencari berry!" Ujar Ku dengan senang dan mulai berlari kesana-kemari.
Dunia yang indah, tempat yang tenang, benar benar sebuah negeri impian dambaan semua orang. Setidaknya itulah yang Nanaru, katakan padaku dahulu, ia sudah seperti keluargaku sendiri meskipun ia sendiri yang mengatakan ia hanya kebetulan menemukanku dan memutuskan akan merawatku.
"Semua orang.. sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengan orang lain selain Nanaru... Kira-kira bagaimana caranya agar bisa punya banyak teman seperti di buku-buku cerita ya.. Naru, apa kau tahu sesuatu?" Kelinci itu hanya terdiam sibuk memakan berry.
"yah sudahlah.. mungkin dunia ini hanya ada aku, kau, Nanaru dan teman-teman hewan yang lainya, hihi ya kan?" aku memang mengatakan itu dengan riangnya dan karena aku tidak tahu kalau negeri seperti ini bukan hanya milikku.
Cklek-
Sebuah pintu tiba-tiba muncul dan terbuka di depanku, seseorang terlihat dari balik sana. Tanpa sadar tubuhku berlari ke depan pintu, seakan penasaran siapa yang ada di dalam sana.
"...."
"Siapa?"
"Halo?" Aku mencoba mendekatinya "Anda datang dari mana?" aku mencoba mendekat, namun ketika aku mendekatinya, sekilas namun pasti aku melihat sebuah ular raksasa yang berwarna merah melilitnya, membuatku kemudian berteriak takut.
"Ular!!"
Dan saat aku melangkah mundur, tiba-tiba beberapa sulur bergerak ke arahnya, melilitnya dengan kuat hingga tak dapat mendekat ke arahku untuk sekedar bertanya.
"hey- Apa yang kau lakukan?!"
Pemuda berambut hitam dengan jaket merah itu terus memberontak kala sulur sulur pohon tiba-tiba melilit nya.
"Hey! Apa-apaan nih?!-"
Suaranya yang keras kembali menakuti ku dan saat itu juga pepohonan hutan seakan marah dan semakin menjeratnya, bahkan tak memberikan ruang untuk bergerak mendekat, tubuhnya terangkat tak menyentuh rerumputan.
"Maksudnya apa ini?!!!" Ia semakin panik, dari balik semak-semak seekor serigala kemudian muncul dan mendekatiku, di atas sang serigala seekor kelinci berbulu putih terduduk dan mulai bergerak seakan menunjukan sikap tak suka pada pemuda itu.
"hey apa—"
"Tolong jangan marah... A-arin cuman mau kenalan.."
"Mana ada kenalan dengan cara mengikat orang?!"
Bentakannya membuatku ciut namun berbalik hal dengan semua yang ada di sekitar, mereka tampak semakin marah. Ia semakin terjerat, amarahnya semakin besar bahkan ia telah berkali kali mencoba memutus sulur itu dengan kasar.
"Hey! apa kau tidak bisa melepaskan ini?!"
Tanpa sadar air mataku keluar secara spontan membuat suasana seketika hening bahkan pemuda itu seakan terkejut. Aku sendiri tidak mengerti dengan diriku sendiri, mengapa menangis, mengapa aku gemetar, seakan saat ini aku tengah berhadapan dengan Monster.
Novan pov:
Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya anak ini lakukan, hanya dengan perasaanya ia dapat mengendalikan lingkungan sekitarnya? apa itu masuk akal?!
Namun lebih daripada itu matanya yang mengeluarkan air mata terasa menggores sesuatu dalam diriku "maaf apa aku menakuti mu?" ujar diriku padanya.
Tak ada jawaban, tubuhnya gemetar, air mata masih keluar dari kelopak mata hijau cerahnya. Tidak peduli sekeras apa para hewan hutan menenangkan ya ia terus menangis.
Sulur-sulur pohon yang mengikat diriku itu perlahan melepaskan diri, aku itu kemudian berjalan ke arahnya. Erangan waspada terdengar dari serigala namun aku terus mendekat, dan ketika aku tepat berada di depan ya, aku bisa merasakan anak ini begitu rapuh.
"M-maaf.. tolong.. jangan menangis..." aku menyentuh kepalanya, mengusapnya dengan pelan sembari menenangkan nya.
Tangis nya terhenti namun tidak dengan tubuhnya yang masih gemetar. Tanpa peringatan aku mengangkat nya memeluk dirinya dan mengelus punggungnya dengan lembut layaknya seorang kakak yang sedang menenangkan adiknya.
'ini aneh, aku seakan pernah melakukan ini'
"Cup cup.. maafin kakak ya.. jangan takut dong.." aku menggendongnya dengan hati hati, bahkan samar samar mulai terdengar ia menyanyikan lagu yang lembut, lagu yang bahkan tak ku ketahui asalnya, namun tak dapat ku lupakan.
.
.
.
.
Ia tertidur dalam pelukanku, gadis mungil bergaun putih ini seakan-akan menjadi sangat tenang. Masih teringat dalam pikiranku saat ia seketika bergetar ketakutan sesaat setelah aku hendak menyentuh pundaknya, setelah tiba di tempat aneh ini.
Tatapannya, gerakannya bahkan suaranya yang bergetar seakan menunjukkan jelas ia memiliki suatu ketakutan yang besar atau mungkin lebih tepatnya trauma. Sebenarnya siapa anak ini, dimana ini dan mengapa aku ada di sini.
Ku tatap pepohonan sekitar tampaknya kini mereka telah kembali menjadi terdiam tenang, para kelinci yang mengelilingi ku secara serentak tertidur pulas sementara sang serigala dengan Kelinci di kepalanya tampak tenang duduk di samping ku.
Diriku terduduk pada akar pohon besar di sana, bersandar pada batang kayu putih besar itu sembari terus mengelus pundak gadis kecil ini. Angin hangat menerpa wajahku, cahaya mentari yang menyilaukan seakan tertutup oleh dedaunan pohon seakan tak membiarkan kami berdua tersengat panasnya sang surya.
Aku melamun, pikiranku terus berputar di tempat yang sama. Tak satupun yang kuingat kecuali namaku dan sosok seorang anak laki-laki sebaya dengan gadis ini yang terus berlarian kesana-kemari dan memanggil namaku.
"Kak Novan!!"
"Kakak!!"
Suaranya menggema pada kepalaku, tanpa sadar mataku menyipit seakan siap ikut terjun dalam alam mimpi. Namun sebelum sempat itu terjadi tangan mungil gadis dalam pelukan ku tiba-tiba bergerak menyentuh leherku. Mata Hijau muda cerahnya tampak seperti boneka, rambut coklatnya yang pucat terterpa oleh angin yang berhembus pelan.
"Apa s-sakit? Ma-maafin Arin..." Ujarnya gemetar.
'Ah apa yang ia maksud adalah bekas luka di leherku?' pikirku yang kemudian menggeleng. "Apa kau singgah disini?" tanyaku dengan selembut mungkin.
Ia mengangguk dan kemudian mulai menjawab "Ini rumah Arin! Arin biasanya main di sini sama Naru!" ia tersenyum sembari menunjuk seekor kelinci bermanik mata hijau, warna mata yang unik. "Kalau kakak tinggal dimana?" tanyanya polos.
"A-aku? Kakak tidak tahu... Mungkin di suatu tempat yang jauh..." Bagaimana aku bisa menjelaskan padanya ya..
"Tempat yang jauh? Tempat yang seperti apa?! Apa di luar sana sama dengan disini?" tanyanya.
"Tidak. Disana langit berwarna kelabu, tempat yang sangat bising dan ramai. penuh dengan kekejaman dan aturan. Tempat yang ku benci..." Aku sendiri tak dapat membayangkan nya, namun entah mengapa hanya itu yang dapat ku jelaskan, seakan dari semua memori yang hilang penggambaran akan yang namanya dunia itu yang paling membekas.
"Kedengarannya menarik! Dimana itu?! Apa aku bisa kesana?" Aku terperanjat kaget, ah benar dia masih anak-anak, mana mungkin mengerti.
"Mengapa kamu mau kesana?"
"Karena aku bosan disini. Aku kesepian, bukankah kakak bilang di sana ramai? apa kakak bisa membawaku ke sana? Bisakah aku punya teman? "
"Kamu-" belum sempat aku bertanya asalnya, sebuah teriakan terdengar dari kejauhan. Angin berhembus dengan gugurnya dedaunan berwarna pink di sekitar kami.
"Arin!! kamu ada dimana?!"
Aneh, tubuhku seakan bergerak sendiri, dengan bulu kuduk yang merinding aku mengendong anak ini dan segera bersembunyi di balik pohon. Seorang pria berlari ke tanah lapang dekat dengan kami, sebuah topi terpasang rapi pada kepalanya sebelum kemudian ia melepasnya, menunjukan rambut pirangnya yang rapi dan tampak sangat cocok dengan pakaian jas coklat, dengan sebuah pita hijau di kerah kemeja putihnya, yang terbalut oleh jas coklat. Dengan pelan aku meletakkan jari telunjukku pada bibirku, memberikan isyarat untuk diam.
"Arin..? Kamu disana? Oh aku tahu! Apa kau mengajakku main petak umpet?" pemuda itu berbicara sendiri, seakan menunggu jawaban. "Arin... Ayolah keluar. Hari ini pekerjaanku selesai dengan cepat. Dimana kau?" gadis dalam pelukanku beberapa kali hendak menjawab namun ia urungkan niatnya.
Suatu perasaan takut menjalar pada tubuhku, seakan mengatakan untuk lari saat ini juga. Pemuda itu kemudian mulai mencari dan saat hanya punggungnya yang dapat ku lihat aku kemudian berlari secepat mungkin sembari menarik gadis ini. Kurasa ia mendengar langkahku, hanya perlu waktu sampai ia berhasil mengejar.
"K-Kak kita mau kemana..?" Ia bertanya dengan takut.
Aku tidak bisa menjawabnya, sulit bagi diriku juga untuk mencerna semua ini. Namun sesuatu dalam diriku berkata kami harus kabur sekarang juga.
Hanya satu hal yang terbesit di benak ku saat ini, lari dan jangan biarkan ia menangkap kami, tempat ini bukanlah tempat yang aman.
"Arin!!"
Aku terus berlari, berlari dan berlari hingga tak menyadari bahwa sebuah sulur ada di hadapanku. Aku terjatuh sementara Arin berlari di depanku kemudian ikut berhenti. Di belakang sana pemuda itu berhasil mengejar "Kau kan-" mata kami saling bertemu sebelum akhirnya aku kembali bangkit dan segera menarik Arin.
Di depan sana sebuah gerbang kereta bernuansa hitam seakan menunggu kami memasukinya, mesin perlahan berjalan dan kakiku semakin kencang berlari ke arah sana, begitu aku berhasil memasukinya aku merentangkan tanganku keluar "Arin!" aku menarik gadis itu masuk ke dalam kereta yang telah bergerak cepat tepat sebelum tangan pemuda berambut pirang itu menggapainya.
Bruk-
Tubuhnya terbanting masuk menimpaku, sementara pintu kereta mulai tertutup. di luar sana tepat sebelum pintu tertutup bisa ku lihat pemuda itu menatapku dengan tajam, mata hijaunya seakan memancarkan aura dendam yang mendalam. Sementara itu samar-samar di balik tubuhnya sosok-sosok hitam bermunculan.
"K-kakak gak apa apa?"
Aku mengangguk sembari mencoba menenangkan degup jantungku, sementara itu Arin mulai menengok ke sekitar, ia tampak baik baik saja. Hanya satu hal yang kini ku harapkan, semoga Arin tidak melihat apa yang barusan ku lihat, semoga kami bisa sampai ke tempat lain yang lebih aman.
Namun disisi lain aku terus bertanya.
'Mengapa aku begini?'
"Kak..."
"Y-ya?" Aku menjawabnya dengan cepat, berharap tak terlalu menimbulkan kecurigaan.
"Mengapa diluar jendela hanya ada kegelapan?"
"Huh?"
[Bersambung]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Ayano
Awww..... kok akoh jadi meleleh sih ☺☺☺
2023-06-07
0
Ayano
Hiks... jadi scene penuh kekhawatiran dong
2023-06-07
0
Ayano
Gyaa 😱😱😱
Kemana scene bahagia nyari berry nya
Kenapa ujung-ujungnya malah ketemu ular 😱😱
2023-06-07
0