Sorak-sorai mengema dipenjuru jalan yang kami lewati, dengan memasang ekspresi sedatar mungkin kuda hitam gila ini masih ku arahkan ke jalan yang telah disediakan, mengikuti para robongan lainnya. Hanya beberapa saat ketika aku memasang wajah datar itu Vivian kembali memperotesku "Apa sekarang kau tidak bisa tersenyum?" Tanyanya dengan berbisik.
"Dengar Putri drama, aku tidak mau ikut dalam acara drama milikmu ini, asal kau tahu aku ini sama sekali tidak ingin berada disini" Ujarku mantap.
"Oh ya? kurasa itu sudah terlambat, ribuan mata sudah menatapmu bersamaku, dimata mereka kau kini tidak lebih dari pangeran dan kita adalah tokoh utama" Ia tersenyum, namun bisa ku rasa senyuman itu seakan seperti paksaan.
"Benarkah? Saya rasa itu hanya dalam mimpimu putri. Lihatlah rambutmu itu, sudah tidak tertata rapi seperti sedia kala, kecantikanmu jadi berkurang tuh "
"Haha kurasa tidak hanya harus mengajarimu tersenyum, aku akan mengajari cara bercermin padamu, apa bedanya rambutku dengan rambutmu? bahkan seragammu kini sudah tidak rapi seperti gaunku"
"Drama amat sih jadi cewek"
"Baperan amat jadi cowok"
"Hahahaha!!"
Kami tertawa, sudah lama rasanya aku tidak menemukan tipe wanita seperti dia. Meskipun begitu ia tetap menyebalkan. Kurasa dulu aku juga punya seseorang sepertinya, cerewet, keras kepala, muka tebal dan menebalkan. "Kira-kira dia sekarang dimana ya.." Kalimat itu terucap langsung tanpa kuinginkan, dan Vivian mendengarnya.
"Siapa?"
"Ah tidak, kau mengingatkanku pada-" Aku terdiam sejenak, mencera apa yang barusan ku pikirkan. "barusan aku mikirin siapa ya.." otakku seakan kembali kosong seakan ada suatu kabut yang menkaburkan ingatanku. Sementara itu Vivian hanya menatapku diam, seakan ia tahu sesuatu.
.
.
.
.
"Mau kemana?"
Vivian bertanya dengan penasaran, disampingnya kini telah ada seorang pelayan yang dengan kawatir menanyakan berbagai pertanyaan padanya, pelayan itu menghawatirkannya namun Vivian hanya duduk di kursinya dengan pandangan tidak peduli.
"Bukan urusanmu" balasku pada Vivian.
"Apa-apaan ini? Sedari tadi aku tahu kau mencari seseorang, apa kau memiliki kekasih?"
"Bukan. Aku mencari seseorang yang jauh lebih berharga dari itu, seseorang yang lebih baik darimu " Wajah Vivian kebali terkejut, seakan baru pertama kali ia mendengar ada orang yang lebih baik darinya. "Dia jauh lebih imut, cantik baik hati dan terpenting dia bukan tukang drama" Tegasku.
"Beraninya kau membandingkan tuan putri yang akan memerintah negara ini dengan orang lain! Ketahuilahh posisimu" Pelayan itu tiba-tiba menyela.
𝑂ℎ 𝑎𝑝𝑎 𝑖𝑛𝑖?
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑔𝑎𝑝 𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑜𝑛𝑔𝑔𝑜𝑛𝑔?
"Cukup Lily!"
"Tapi tuan putri-"
"𝗣𝗲𝗿𝗴𝗶"
"Saya tidak bisa melakukan itu-"
"Tidak hanya seenaknya menyela pembicaraan seseorang kau juga tidak menuruti perintah majikanmu sendiri. Sungguh keterlaluan" Aku tersenyum pada pelayan itu, matanya hanya terfoku pada tanganku yang mulai memegang pedang. "Apa pelayanmu ini benar-benar tidak tahu malu? " Tanyaku dengan ekspresi yang masih tersenyum dingin.
"Pergilah"
"Hik- Maafkan saya!"
Pelayan itu berlari terbirit-birit keluar dari ruangan, tersisa kami berdua di dalam sana. Mata hitamku menatap ke arah putri itu "Oke sekarang aku mengerti kenapa kau pintar sekali berakting, Sekarang jauh lebih baik?" Siapa sangka putri yang begitu disanjung ini ternyata tidak di pandang oleh pelayannya sendiri, 𝗉𝖺𝖽𝖺𝗁𝖺𝗅 𝗂𝖺 𝗌𝗎𝖽𝗁𝖺 𝗆𝖾𝗆𝖾𝗋𝗂𝗇𝗍𝖺𝗁𝗄𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗅𝖺𝗒𝖺𝗇 𝗂𝗍𝗎 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂 𝗇𝖺𝗆𝗎𝗇 𝗉𝗉𝖾𝗅𝖺𝗒𝖺𝗇 𝗂𝗍𝗎 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗆𝖾𝗇𝗈𝗅𝖺𝗄 "Perluhkah ku ganti panggilanmu menjadi putri boneka? " Ujarku.
"𝖯𝖺𝖽𝖺𝗁𝖺𝗅 𝗄𝗂𝗍𝖺 tidak perluh mengusirnya" 𝗎𝗃𝖺𝗋𝗇𝗒𝖺 𝖻egitu aku menatapnya dengan seksama kini ekspresi wajahnya berubah menjadi datar, sama seperti saat kami pertama bertemu. Jadi ini sosok aslinya? lembut diluar dingin di dalam, Es krim- apa ku panggil dia begitu saja ya.
"Oh ya? Lihat siapa yang bicara, bukan aku duluan tuh yang megusirnya, bukankah kau duluan yang merasa tak nyaman" 𝖻𝖺𝗅𝖺𝗌𝗄𝗎.
"Diluar perkiraan kau cukup peka"
𝐴𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑢 𝑎𝑛𝑔𝑎𝑝 𝑖𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑝𝑢𝑗𝑖𝑎𝑛.
"Aku ini sangat peka tahu" Aku mengambil meja di depan tempatnya duduk "Kau takut kan begitu aku pergi apa kita bi𝗌a bertemu kembali?" 𝗍𝖾𝖻𝖺𝗄𝗄𝗎. Ekspresinya berubah sejenak, namun ia tidak menyangkalnya "Kau ini.. Gadis yang pertama kali kami temui setelah keluar dari stasiun kan?" Kini ia sepenuhnya terkejut, tebakkan ku tepat sasaran ya.
"Bagaimana kau-"
"Putri wajahmu terlalu cantik untuk dilupakan , bagaimana saya bisa lupa dengan seorang gadis tidak jelas yang baru saya temui beberapa hari. Awalnya saya kira itu bukan anda, mana ada seorang gadis yang kemarin mengenakan pakaian lusuh kini malah memakai gaun putri. Tapi ternyata aku salah, kalian orang yang sama toh ternyata" senyum kemenangan merekah pada wajahku.
"Kau berhutang padaku"
𝐻𝑢ℎ, 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑎𝑝𝑎?
"hah?"
𝐵𝑎𝑟𝑢𝑠𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑝𝑎?
"Aku sudah menyelamatkan nyawamu, kau harus membayarnya. Jadilah pengawalku!"
𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑢𝑑𝑚𝑢 𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛𝑚𝑢 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑘𝑢 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑗𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔?
"Menurutmu karena siapa aku jatuh dalam masalah huh?!!"
𝐴𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎!! 𝑃𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡𝑘𝑢 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑖 𝑑𝑖𝑎?!
"Itu tidak merubah kenyataan, saat itu hanya nyawamu lah yang terancam." Cih sepertinya tidak ada gunanya meributkan hutang seperti ini pada orang yang bahkan tidak menyayangi nyawanya.
"Apa kau tidak lihat kain batikku?Aku adalah pengawal dari kediaman Akasa"
𝑀𝑒𝑠𝑘𝑖𝑝𝑢𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑜ℎ𝑜𝑛𝑔 𝑠𝑖ℎ
"Saya yakin Adipati tidak akan keberatan kalau saya meminta salah satu dari bawahannya"
"Tapi aku keberatan tuh" potongku cepat karena tak setuju.
.
.
.
.
.
𝑨𝒓𝒊𝒏 𝒑𝒐𝒗:
𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑢𝑙𝑎 𝑘𝑖𝑛𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝, 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑘 𝑁𝑜𝑣𝑎𝑛.
"Kita tidak bisa bertemu dengan kak Novan?" tanyaku pada Kaleid.
"Sepertinya akan sulit"
"Wah-wah siapa ini? Para utusan kediaman Akasa toh" seseorang memotong pembicaraan kami, dengan senyuman ia menatap ke arah rombongan kami "Ah iya, senang bertemu denganmu kembali, nona" dia adalah Tuan Nikolai.
"Kami memberi hormat pada,Tuan Nikolai Candra" Kaleid menundukkan kepalanya begitu juga denganku, ini adalah salah satu budaya tatakrama disini untuk menghormati orang yang lebih tinggi derajatnya.
"Seperti biasa sikapmu sangat sopan ya" Ia menatapku "Ingatlah, tawaranku tempo hari masih tidak berubah. Jadi apa jawabanmu-" namun sebelum ia melanjutkan kalimatnya seseorang memanggil namanya dengan akrab.
"Oh Nikolai!!! senang bertemu denganmu lagi!" Sebuah suara terdengar memecah suasana kami. Seorang pria berambut biru berjalan kemari dengan raut wajah senang, sebuah bros dan kain batik biru terpasang di salah satu dadanya menunjukan ia adalah bagian dari keluarga Akasa.
"Pelankan suaramu kakak, nanti dia bisa ketakutan" sementara itu dibelakangnya seorang wanita berkebaya hitam tersenyum dengan lembut ke arahnya, rambut yang tak kalah indah dengan orang yang ia panggil kang mas itu tampak dikonde dengan beberapa hiasan bunga.
"Kalian-"
"Kami memberi salam pada kedua pelita Kerajaan, Raden Andian Askara dan Putri Dian Askara" Kaleid memberi salam pada kedua pasang remaja kembar itu.
"Muka anda masam sekali, bukankah kita ini teman?" Seseorang bernama Andian itu tersenyum ke arah Nikolai "Saudari saya dan saya sedih loh karena anda melupakan kami, apa para perajurit kami jauh lebih berkesan di ingatan anda dari pada kami? " Dengan nada yang ramah dan mata yang cerah, namun mulut yang pedas ia mulai mempertanyakan tindakan Nikolai.
"M-mana mungkin..."
𝑊𝑎𝑤 𝑎𝑝𝑎 𝑖𝑛𝑖? 𝑁𝑖𝑘𝑜𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑔𝑎𝑔𝑎𝑝 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑟? 𝐿𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎.
"Tuan, kurasa sudah saatnya anda pergi. Bukan begitu kakak?" bila Andian bagaikan matahari yang panas maka saudarinya bagaikan padang bulan yang dingin namun tetap bersinar tak kalah indah dari sang mentari. Senyum terbentuk di wajah wanita cantik itu, menatap lurus bagaikan busur panah ke arah Nikolai hingga membuat pria yang berasal dari keluarga adipati Candra itu tertekan.
"Tenanglah Dian, mekipun dia bukan lagi saudara kita dia tetap berbagi darah yang sama bukan dengan kita?"
"Meskipun begitu-" Ditengah suasana yang begitu dingin itu seorang pelayan berlari ke arah kami, memberitahukan suatu kabar yang membuat seluruh oarng di sana terkejut.
"Tolong! Putri Vivian dalam bahaya!!!"
[Bersambung]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
anggita
hadiah bunga🌷 buat thor, smoga novelnya sukses👌
2023-04-24
0