"Penyusup...?"
Seorang gadis menatap kami dengan raut wajah terkejut, namun jauh dalam tatapan matanya sebuah cahaya kegembiraan memancar kuat. "Kalian dari dalam stasiun itu kan? Kalian dari dunia luar? Bagaimana kalian bisa kesini?" Ia dengan tiba-tiba mendekati kak Novan, menggenggam tangan itu dan mengerakkan nya dengan pelan seakan memastikan apa yang ia lihat itu nyata atau bukan.
"T-tunggu sebenarnya dimana ini..?"
"Kalian benar.. benar dari dunia luar." air mata seakan tergenang samar di kelopak matanya sebelum akhirnya wajahnya memucat dengan sebuah benang yang samar-samar terlihat melilit pada lehernya "tidak.. tidak- padahal aku.. aku masih mau bertemu kalian.." dan dengan cepat ia berlari menjauh tak memberikan kami pilihan lain untuk mengejarnya.
"Hey tunggu-!"
"Tolong jangan kesini! Menjauh! Menjauh lah!! Itulah aturannya! Inilah perintahnya!!" Seakan habis mendapatkan teguran yang amat mengerikan ia terus berlari kencang hingga seekor rusa jantan tiba-tiba berlari bersamanya dan ia melompat menaiki rusa itu, meninggalkan kami yang berlari di belakang dan kak Novan yang kelelahan.
"Kak Novan!" Aku berteriak terkejut saat kakak tiba-tiba terjatuh, tampaknya ia sudah tak punya energi lagi. "Lebih baik kita berhenti sejenak kak" ujarku dan kemudian mulai melihat kesekitar.
"Arin! Mau kemana?"
"Aku mau cari buah! Kakak tunggu aja di sini!"
"Jangan jauh-jauh ya!"
"Iya Kak!"
Aku tersenyum dan bersamaan dengan itu juga ia tampak senang, apa ia tersenyum juga karena aku memanggilnya kakak?
Hutan berdominasi dedaunan oranye itu tampak sangat luas nan indah, pepohonan yang memiliki batang kecil nan indah terbentang dimana-mana menutupi beberapa pepohonan hijau nan besar lainnya. Angin hangat nan lembut berhembus pelan membawa dedaunan terbang menari-nari di atas udara, beberapa tupai tampak mengiringi penjelajahanku, burung berwarna biru terbang kesana kemari bersama kupu-kupu berwarna-warni.
"Apa tidak ada pohon apel disini? Ceri atau sejenisnya ya.." tanyaku pada Naru yang dengan semangat berjalan di belakang sana. Tanpa diduga ia langsung melompat-lompat kencang ke arah sebuah lapangan di tengah hutan sana.
Sebuah danau terbentang luas, air yang jernih dengan ikan-ikan yang berenang didalamnya berpadu dengan semak-semak buah berry segar di sekitarnya, pepohonan mangga dan apel tampak juga berada di tempat itu. "Ketemu!! Makasih Naru!" Ujarku dan kemudian berlari ke arah pohon mangga yang cukup pendek dengan dahan yang kuat hingga aku bisa memanjat melewati dahannya.
"Dapat!" Aku mengambil satu buah mangga dan kemudian memasukkannya dalam keranjang, di bawah sana Naru tampak menatap penuh kawatir "hihi Naru jangan pasang wajah seperti itu!" Aku melepas sebuah mangga itu berniat agar ia mencicipinya namun ia hampir saja tertindih mangga itu. Dengan ekspresi kaget aku meminta maaf "maaf gak sengaja- tunggu kau mau kemana! Jangan bilang kau marah! Tunggu! Naru!! Ini gimana cara turunnya?!" Aku bergerak sedikit mencoba mengambil pijakan namun tampaknya sepatuku tergelincir.
"Eh—"
"Hati-hati!!"
Aku terjatuh ke dalam sebuah pelukan seseorang, tidak dia bukan Kak Novan. Rambut birunya yang teramat indah bagai langit malam itu tampak serasi dengan matanya yang seperti bintang, dengan lembut ia mengendong ku seakan tak ada beban. "Kamu gak apa-apa?" Ia bertanya dengan hati-hati sembari menatapku.
"G-gak apa-apa"
"Bagaimana bisa anak kecil seperti mu ada di hutan ini?" Tanyanya, suaranya yang lembut tampak sangat berbeda dengan saat ku bertemu pertama kali dengan Kakak Novan. Tanpa menunggu jawabanku ia menaikan tubuhku pada sebuah kuda putih dan kemudian mengambilkan beberapa buah mangga yang terjatuh dari dalam keranjangku.
"Silahkan" ujarnya lembut dengan etika yang sopan.
"Terimakasih" aku tersenyum dan ia kemudian terdiam sejenak sebelum membalas senyuman itu.
"Maaf bila terdengar tidak sopan, darimana kamu berasal?" Aku terdiam sejenak bingung harus menjawab apa namun secara mengejutkan Naru tiba-tiba datang dengan seekor kucing berbulu hitam dengan pita biru emas.
"Naru!"
"Tuan Blue!"
Kami terdiam sebelum akhirnya tertawa bersama karena ternyata memiliki kesamaan yang sangat unik.
"Sungguh pertemuan pertama yang mengejutkan" ujarnya sembari melihat Naru terus menempel pada kucingnya. "Nah Tuan Blue waktunya kita pulang—"
"Miaw!!"
Dan kucing itu mencakar wajahnya yang tampan sesaat ketika dipisahkan dengan Naru. Aku mencoba turun dari kuda guna memeriksa kondisinya namun ia langsung mengangkat paksa kucing itu "nakal, tidakkah kau lihat aku sedang mencoba terlihat keren di depan gadis cantik itu?" Namun kucing itu hanya mendesis.
Aku tertawa pelan dan ia menyadarinya, rona merah terlihat samar pada wajahnya sebelum kemudian dia membungkuk tentu dengan kucing hitam itu di pelukannya "maaf atas tindakan tidak sopan saya. Perkenalkan saya Rian Indramayu dari keluarga Adipati Akasa" ia memperkenalkan dirinya dengan lembut.
"Salam kenal Rian! Aku Arin! Ini Naru, teman seperjalanan ku!"
"Arin.. sungguh nama yang indah" ia mendekat dan membungkuk sembari mencium tanganku "senang berkenalan dengan anda, Arin" aku tertawa, betapa sopanya dia.
.
.
.
.
Kuda berjalan dengan lambat menyusuri setiap jalur yang telah ku lewati sebelumnya, suasana yang sama terus terlihat di hutan itu "benar ke sini arahnya?" Tanya Rian dengan cemas.
"Benar! Kak Novan ada di sini! Oh itu dia— KAKAK!!" Aku berteriak kalap kala ku lihat kak Novan yang hendak memakan sebuah apel "JANGAN MAKAN APEL IT—"
Sebuah panah tiba-tiba melesat ke arah sana, menusuk apel merah itu dan kemudian menjatuhkannya dari tangan kakak. Rian tampak terlihat marah kala ku panggil nama kakak, dengan ekspresi dingin tanganya tampak memegang busur yang entah darimana, apa dia yang barusan menembak panah itu? Hebat!
"Arin?!"
"Kakak!"
Begitu Rian menurunkanku aku langsung berlari ke arah kakak bersama dengan Naru yang kini ada di keranjangku "Arin bawa buah!!" Ujarku cepat-cepat membuka keranjang.
"Ah tidak perluh tadi kakak sudah menemukan pohon apel sih.. yah setidaknya sebelum seseorang berperawakan menyebalkan mengacaukan nya"
Novan POV:
Anak berambut biru dengan kucing hitam itu menatapku kesal, entah mengapa aku tidak menyukainya "Padahal Arin telah bersusah payah mencarikan buah untuk anda, namun dengan tidak tahu malunya anda malah mencarinya sendiri. Apa anda mengabaikan usaha yang sedang Arin lakukan?" Ujarnya.
"S-sudahlah..."
"Ini tidak bisa di maafkan Arin. Memangnya dia tidak pernah belajar tata Krama?" Nak seharusnya kau bercermin, sejak kapan memanah manakan seseorang juga adalah tata krama.
"Hah tata Krama? Bagaimana aku tahu tata Krama tempat ini kalau aku saja baru sampai disini?!" Balasku kesal.
"Kau— apa..? Baru sampai di..sini..?" Anak itu tampak terkejut, namun sebelum ia sempat bertanya sebuah suara kencang tiba-tiba saja terdengar dari langit, angin kencang nan dingin kemudian berhembus kencang. Raut wajah terkejut anak itu kemudian menatap ke arah langit yang sedikit mengelap.
"Paus biru!"
Seekor paus terbang diatas sana dengan mata merah yang menatap ke arah bawah, seakan menyelidiki tempat apa yang akan ia lintasi— tidak pancara mata itu lebih seperti mencerminkan tempat apa yang akan ia hancurkan. Tepat setelah beberapa saat kami menatapnya, paus itu juga seakan menatap kami.
"Rian.. itu apa?" Arin bertanya dengan takut pada anak itu. Setidaknya kini aku tahu siapa namanya.
'entah mengapa.. aku seperti pernah melihat paus itu-'
"Tuan Blue!!" Anak itu berteriak kencang secara tiba-tiba.
Kucing hitamnya kemudian melebur menjadi kepingan cahaya dan membentuk sebuah busur biru gelap "Demi tanah airku, dalam kuasa dan restuNya aku pinjam sekali lagi berkah yang kau wariskan.." cahaya biru mengelilingi tubuh dan busurnya, kilatan petir muncul di langit "padamu sang Bathara Indra.."
'tunggu bagaimana bisa anak ini memiliki kekuatan dewa?!' batinku kaget.
Namun sebelum ia menyelesaikan rampalan doanya sebuah Sambaran api melesat ke arah paus itu.
Di atas sana seorang pemuda berambut hitam dengan armor emas di badanya terbang dengan sebuah sayap di punggungnya.
"Itu kak Abdi.. kalian harus lari!" Rian menghentikan aksinya dan langit yang terselimuti petir kemudian menghilang "lari!!" Ujarnya menatap kami berdua sementara itu dari kejauhan samar-samar seseorang memanggilnya dengan amarah.
"T-tapi.."
"Ini-!"
Rian memberikan dua helai kain bermotif indah, itu batik dengan warna biru dan putih "pakailah dan pergi ke kota! Berbaurlah dengan baik!" Lalu menyisipkan beberapa koin emas di sana "sampai kita bertemu kembali.. jaga diri kalian" ujarnya dan langsung menaiki kuda.
"Sampai jumpa Arin"
"Rian.."
"Arin! Ayo pergi! Disini gak aman!!" Teriakku, sial aku melihat bayangan diantara pepohonan. Apa itu mahkluk yang sama dengan yang bersama pria bernama Nanaru itu?!
"T-tunggu! Rian!"
Dalam badai angin ia tersenyum, sebelum kemudian terlahap oleh kabut dan suara tapak kuda terdengar menjauhi kami bersama dengan kami yang berlari menjauhi tempat itu.
Apa kita bisa bertemu kembali?
Sebenarnya dimana ini?
Apa yang terjadi?
Banyak pertanyaan terbesit namun hanya ada satu jawabannya "pertama-tama kita harus pergi ke tempat aman dan mencari tahu semuanya satu persatu!" Ujarku menarik tangan Arin dan mengajaknya berlari.
'anak bernama Rian itu.. aku yakin dia adalah pilihan dewa. Kekuatan yang ada di tubuhnya adalah kekuatan dewa Indra, dewa cuaca dan khayangan dalam agama Hindu-'
'seperti yang diharapkan, kau memang adalah orang yang unik'
Rasa sakit menyerang kepalaku dan tepat pada saat itu suara asing terdengar, pandanganku menjadi buram dan sosok-sosok hitam dari balik pepohonan terlihat. Belum sempat aku pulih tiba-tiba secara spontan tubuhku bergerak sendiri dan sebuah belati merah muncul dari tanganku.
"Berani juga kalian sampai sejauh ini"
Tidak, itu bukan kalimatku. Tapi tak bisa ku pungkiri kalimat itu keluar dari mulutku, seakan ada sesuatu di dalam diriku yang kini mengambil alih. Dari ujung mataku aku melihat Arin yang gemetar ketakutan, tatapanya yang ketakutan itu smaa dengan saat ia tak sengaja berteriak takut di saat pertama kali kami bertemu.
"Sepertinya kalian perluh di beri pelajaran."
[Bersambung]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Ayano
Aku mau kucingnya
2023-07-15
0
Ayano
Ini kek pertemuan di anime shoujo
Penasaran kalo bukan Novan siapa ini
2023-07-15
0
Ayano
Aku kek masuk ke dunia isekai ngebayangin lokasi ini
☺
2023-07-15
0