"Jadi bisakah kau jelaskan mengapa sekarang wujudmu seperti diriku?" Novan menyilangkan tanganya, menatap dengan seksama ujung rambut hingga ujung kaki pemuda yang kini ada di depannya.
"Itu karena pada dasarnya aku adalah kepingan jiwa yang mengembara, dengan ada nya kontrak perjanjian seperti ini aku bisa mendapatkan tubuh dan kau bisa mendapatkan kepercayaanku, bukankah itu yang kau inginkan. Yah secara tidak langsung kau juga pemilikku sekarang" Wajah, pakaian, postur bahkan tutur bahasanya yang begitu sama membuat Novan mengerutkan alisnya kesal.
"Bukankah kau bilang aku juga akan merasakan apapun yang terjadi padamu?"
"Memang-"
Tanpa peringatan Novan melayangkan tinjunya ke arah kepala Fobetor, membuat mereka berdua seketika sama sama kesakitan. Rasa sakit menjalar pada kepala Novan, seakan ada seseorang yang juga memukulnya.
"Sialan! Kau itu bodoh atau apa sih?!" Umpat Fobetor yang kini sangat mirip dengan Novan.
𝐴ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛..
𝐴𝑝𝑎 𝑖𝑛𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑖𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑘𝑢?
Dengan menahan rasa kesal dan sakit yang ia rasakan akhirnya Novan mulai kembali bertanya.
"Sudahlahh, apa kau bisa kembali menjadi ular?"
"Tentu" Asap hitam menyelimuti tubuh Fobetir dan ketika semuanya hilang entah kemana ia kemudian benar-benar berubah menjadi ular. Novan merentangkan tanganya dan dengan patuh Fobetor melilit tanganya.
"Untuk sementara bersembunyilah di balik kemejaku"
"Kita mau kemana, Tuan?"
𝑀𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑜𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟-𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑖𝑐𝑎𝑟𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑤𝑢𝑗𝑢𝑑𝑘𝑢..
Novan berjalan menuju ke arah pintu "Kita akan jalan-jalan" tepat di balik pintu kayu besar itu lorong panjang yang gelap menyambutnya dengan hawa dingin yang yang begitu menusuk. "Ukh, ini tampak lebih seperti rumah hantu" Novan mencoba berjala di dalam kegelapan, tepat dimana ia merasa tenang namun yang jadi masalanya ia benar-benar tidak bisa melihat apapun setidaknya sampai ia melihat lengan kemejanya bercahaya.
"Hey keluarlah"
"ya?"
"Jadilah lenteraku"
"Apa?! masa aku jadi penerangan jalan?!"
"Mau protes?"
"Tidak tuanku"
.
.
.
Suara biola mengema diseluruh lorong, seorang pemuda berambut silver tampak berdiri dengan mata terpajam, mencoba fokus pada permainan biolanya sendiri. Mengesekan senar demi senar untuk menghasilkan nada yang terdengar indah. Nikolai hanya terdiam bermain, tidak ada seorangpun di sekitarnya, hanya ada ruangan berwarna putih dan emas yang terhias oleh beberapa lukisan dan barang-barang antik lainnya.
Suasana yang begitu tenang, bahkan kibasan gorden putih yang ada di dekat jendelanya bergelombang tertiup angin seakan menjadi tirai penutupan permainannya. Jendela yag terbuka membawa masuk angin hangat dan menyegarkan masuk pada ruangan itu dan menerpa rambut silvernya itu tampak memberikannya apresiasi atas permainan biolanya. Benar-benar suasana yang dmaai, sapai setidaknya Nikolai kemudian berteriak kesal.
"Sudah saya bilang saya tidak tertarik dengan hal semacam itu!" Berbicara sendiri pada udara kosong, membuat keberadaan Novan dan Fobetor yang ada di balik pintu kemudian terdiam membeku.
𝐴𝑝𝑎 𝑑𝑖𝑎 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑔𝑖𝑙𝑎?
"Tuanku, sepertinya orang itu gila"
"Aku tahu, aku baru saja memikirkan hal yang sama"
"siapa itu?!" Nikolai berteriak ke arah pintu tepat kedua orang itu telah membicrakannya, pintu terbuka dan dari balik sana Novan muncul dengan menyembunyikan Fobetor. Canggung, itulah yang terjadi selanjutnya.
"N-Novan?! bagaimana keadaanmu sekarang?" Nikolai mencoba tetap menunjukan wajah tenangnya namun mau sekuat apa ia berusaha Novan sudah sadar ada yang aneh dengan sikap pemuda itu.
"Kau tampak gugup?"
𝐼𝑡𝑢 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑘𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑟𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑖𝑙𝑎!
"Apa kau.. sudah kehilangan akal?" Novan menatap Nikolai dengan tatapan dramatis.
𝐾𝑎𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑎𝑙!
Baik Nikolai maupun Fobetor sama-sama menutup mulut mereka, namun tidak dengan sosok yang tiba-tiba muncul dari balik jendela gorden. Seorang pria berambut hitam dengan tanduk emas di kepaanya menampakkan dirinya, jubah hijaunya yang begitu panjang tampak menutupi hampir semua bagian tubuhnya dari punggung hingga kakinya. Matanya yang seijau daun menatap situasi itu dengan penuh antusias.
"Itu karena kau lebih hebat dari anak ini" Ujar pemuda itu tersenyum, memancing amarah dari Nikolai yang kemudian membuatnya berteriak kesal.
"Apa maksudmu? aku memang tidak bisa bertarung sehebat dia tapi aku lebih pintar darinya!!" Telunjuk Nikolai terarah pada Novan, menegaskan betapa kesalnya ia.
"Eh aku? bertarung? kapan?"
"Kau tidak ingat, wah padahhal kemarin kau membantai semuanya loh, nak"
"Aku.. Membantai..?"
Kabut hitam seakan mengumpul pada kepala Novan, menciptakan rasa pusing yang luar biasa hingga tubuhnya sedikit kehilangan keseimbangan, namun sebagai gantinya ia mengingat semuanya. Tepat pada kemarin siang, ia sekali lagi terlahap oleh sosoknya yang lain, menghabisi semua bayangan moster yang tiba-tiba menyergapnya.
Tangan yang berlumuran cairan kental dan amis, dengan belati merah yang begitu tajam, semua sensai saat pertarungan itu ia ingat begitu jelas bahkan rasanya seperti baru terjadi beebrapa saat lalu. Namun dari semua itu hal ang paling ia ingat adalah seorang dewa juga ada di sana, menatapnya dengan senyuman dan tatapan yang begitu puas.
"Apa kau sekarang mengingatnya, manusia?"
"Kau, dewa itu?" Pemuda itu tersenyum dengan puas, persisi seperti yang Novan ingat. "Jadi kau yang mengirim mereka?" kemarahan mulai membara pada dada Novan dan dengan senyuman santai pemuda berjubah hijau itu bertepuk tangan.
"Sangat luar biasa bukan? Haha karenamu kini wanita itu sangat khawatir." Ia berjalan mendekat, semakin dekat hingga rasanya Novan ingin segera berlari ke arahnya dan memukulnya, namun Nikolai dengan segera menghentikan keduanya saling berdekatan.
"T-tunggu jangan membuat keadaan semkain kusut di sini, Dewa Loki!"
"Memang kenapa? Apa putraku ini akhirnya punya rasa takut? "
Loki menatap Nikolai dengan tatapan penasaran, baginya sangat menyenangkan bisa melihat sisi Nikolai yang begitu gugup dari pada melihat anak itu berperilaku sombong dan penuh muslihat seperti dirinya. Sebagai Dewa tipu muslihat dari mitologi Nordik ia memang berharap manusia pilihannya itu bisa sehebat dirinya namun di saat yang sama ia tidak suka tersaingi bahkan oleh manusia pilihannya sendiri.
"Kau manusia pilihan Dewa?!"
"Jangan salah paham! Aku juga tidak pernah berharap begini!!" Jawab Nikolai dengan kesal.
"Haha, bukankah kau juga sama saja Novan?" Loki menatap Novan dengan seksama, matanya seketika berhenti tepat pada lengan kiri Novan, namun kemudian ia kembali menatap mata Novan "Bukankah kau juga adalah manusia yang dipilih oleh dewa? bukan begitu manusia yang di kasihi Hades?" untuk sesaat Novan membeku diam, ia tidak tahu apa maksud dari perkataan Loki, namun kemudian ia mengingat sesuatu sebuah ingatan yang entah datang dari mana.
"Jadi pada akhirnya ini pilihanmu?" Di dalam ingatan itu seorang pria bertubuh besar dengan jubah berbulu hitam mengangkat pedangnya "Mulai sekarang kau adalah musuh dunia ini, apa sekarang kau puas, kini kau benar-benar berhasil membuatku kecewa" abu yang berterbangan dimana-mana, mata yang menatap penuh kebencian dan darah yang melumuri tanganya sendiri. Novan didalam ingatan itu hanya tersenyum "Saya pernah mempercayai bahwa anda berebda dengan mereka, namun pada akhirnya sama saja ya. Apa anda kali ini juga akan melenyapkan saya, Dewa Pluto?" pria itu terdiam esaat dan tanpa sepatah katapu pedang melayang ke arah Novan, mengakhiri potongan Ingatan itu begitu saja.
𝑀𝑢𝑎𝑡𝑎ℎ𝑖𝑙..
𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑃𝑙𝑢𝑡𝑜 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑑𝑒𝑠?
𝑇𝑎𝑝𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑎 𝑘𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑘𝑢?
[Bersambung]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
anggita
dewa pluto..
2023-04-24
0