𝑵𝒐𝒗𝒂𝒏 𝒑𝒐𝒗:
𝑆𝑖𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑎𝑙..
Mengapa kuda ini tidak mau berhenti?!
"Hey tenanglah-" bukanya semakin pelan ia justru semakin kencang berlari. Kecepatannya bukan main, daripada terlihat panik kuda ini seakan menjadi tuli dan hanya fokus berlari ke suatu tempat, seakan ia sudah menunggu saat ini.
Masa sih..
"Kalau kau mau kabur minimal jangan bawa orang lain dong!!!!"
Oh Kaleid apa yang kau lakukan sampai kuda ini stres begini, dan mengapa aku yang terkena getahnya- tidak mengapa kesialan seakan mengikuti ku. Aku hanya bisa berharap tidak terjungkal dalam masalah setelah ini.
Kaleid dan Arin yang mengikuti ku dari belakang kini sudah tak terlihat, angin kencang akibat kecepatan kuda itu sepertinya telah mengacaukan penampilan ku, jangan lupakan usahaku yang tetap duduk di atas kuda. Terbesit ide untuk melompat jatuh tapi aku tidak mau membiarkan kuda ini kabur, apa kata Kaleid nantinya.
Haruskah aku beruntung ia berlari menjauhi kota?
Baru saja hendak bersyukur akan fakta itu sebuah tantangan kembali terlihat di depan, sebuah jalan curam berbatasan dengan jurang.
"Sekarang kau mau mati membawaku?! Mati sendiri dong dasar kuda gila!!"
Ditengah kepanikan aku mencoba mengontrol nya namun tak peduli sekuat dan seberusaha apapun aku menahannya ia tetap berlari, seakan tak merasakan apapun.
"Hey- eh apa itu.." dari kejauhan samar mulai terlihat sebuah kereta melaju dengan kencang "kereta kuda?" Gawat kita bisa bertabrakan.
Semakin dekat diamati semakin jelas kereta itu bergerak dengan tidak normal "gerakannya aneh.." aku semakin fokus pada keempat roda yang terpasang di sana dan benar saja salah satu diantaranya begoyang dengan aneh "salah satu rodanya patah?! Kalau seperti itu terus kereta akan oleng dan jatuh ke jurang!"
Apa kuda ini berlari ke arah sana?
Tapi bukankah ini aneh?
Ah sudahlah, yang terpenting sekarang bukan itu.
"Hey kau kalau kau mau aku menyelamatkan kereta kuda itu berlarilah lebih kencang dan begitu sudah dekat dengan keretanya sebisa mungkin samakan kecepatan kalian!" Padahal aku cuman asal bicara namun kuda itu kemudian merespon seakan setuju dan kemudian semakin mengencangkan larinya.
"Bagus, anak pintar"
Aku tidak tahu apa ini akan berhasil namun aku punya firasat bila aku tidak melakukannya maka tidak ada jalan lain. Aku mengetuk pintu kaca kereta kuda dengan keras, seseorang merespon dari dalam sana, seorang gadis cantik. Dengan tatapan hampa ia hanya melihatku sebelum kemudian mundur seakan tak ingin diselamatkan.
"Buka pintunya! Cepat!"
Suara roda patah terdengar, saat yang paling mengerikan terjadi dan tepat pada saat itu, kereta yang mulai oleng terguncang dan tepat pada saat itu terbesit ide dalam benakku.
𝑀𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑜𝑑𝑜ℎ 𝑎𝑝𝑎 𝑝𝑢𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑢 𝑠𝑒𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑑𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛𝑘𝑢!
Aku mencabut pedang yang ada di pinggang ku, itu adalah pedang pemberian Kaleid untuk berjaga-jaga. Dan kemudian menusukkan pedang itu pada pintu kereta kuda tepat pada bagian kuncinya, membuka paksa pintu itu dengan cepat dan begitu pintu terbuka gadis itu menatapku dengan kaget.
"Aku tidak tahu kau mau mati atau tidak yang penting cepat kemari!!"
"Mengapa... Siapa kau..?" Ia bergerak maju dengan susah payah mendekati ambang pintu
𝐴𝑦𝑜𝑙𝑎ℎ, 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘!
"Ah sial! Cepatlah! Aku tidak peduli mau kau ingin mati cepat atau tidak tapi setidaknya aku tidak mau menanggung dosa karena membiarkan gadis cantik mati di depan mataku!!" Saat ia berada di ambang pintu aku menariknya dan mendekapnya dengan erat sembari memacu kuda lebih cepat.
"Hey kuda gila cepatlah! Kita tidak bisa terus berada di samping kereta kuda!"
"Tunggu- bagaimana dengan kedua kuda lainya?!" Gadis itu bertanya dengan panik, sungguh? Kau lebih mempedulikan nyawa kuda itu daripada nyawamu?
"Apa kau itu gila? Mereka hanyalah kuda"
"Mereka juga mahluk hidup dalam kisah ini- maksud ku mereka juga.."
Aneh, hanya itu yang terbesit dalam otakku yang memanas akibat terjun dalam masalah orang lain.
"Baiklah-baiklah! Aku akan menurutimu! Tetap pegangan pada kuda selama aku pergi dan bila aku mati ku pastikan kau orang pertama yang akan ku gentayangi setelah Kaleid!!"
Kuda berjalan semakin kencang dan pada saat tiba di depan kursi pengemudi yang kosong.
'𝐾𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑖𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔...' Aku melompat ke arah kursi pengemudi semenatar itu kereta sudah semakin memperihatinkan.
'𝑀𝑎𝑎𝑓 𝑡𝑎𝑝𝑖 𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖!'
"Baiklah kalau kalian masih mau hidup teruslah berlari! Lebih kencang! Lebih cepat!!" Aku menemukan cambuk tergantung di sana dan segera menggunakannya.
"Uh sebenarnya aku suka kuda tapi kalau tidak begini bisa-bisa mereka mati terjatuh bersama kereta, maaf ya!!" Beruntungnya kecepatan mereka langsung meningkat bahkan sebelum aku memukul mereka, apa mereka menjadi tertib karena sadar kini ada seseorang yang menuntun mereka? Baguslah!
Kereta sudah semakin rusak, beruntung tak butuh waktu lama untuk kami tiba di ujung jalan ini, di depan sana gadis itu telah berhenti dengan selamat sementara mungkin tidak bagiku. Kereta benar-benar oleng dan beruntung aku sudah memutus beberapa tali pengikat mereka pada kereta sehingga saat goncangan terakhir tali-tali itu terputus dengan mudah, seketika itu juga memutuskan hubungan mereka dengan kereta.
Aku tidak sempat melompat ke salah satu dari keduanya sehingga ketika kereta oleng jatuh ke jurang tubuhku ikut tertarik jatuh.
𝐴ℎ 𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑎𝑘𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖?
𝐻𝑎ℎ𝑎...
𝐾𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑢𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑡𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑙𝑒𝑖𝑑 𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑑𝑖𝑠 𝑑𝑟𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑛𝑎𝑛𝑡𝑖!!!!
"AAAAAAAAAA!!!"
Ketika tubuhku terjatuh semakin dalam angin dingin berhembus menyelimuti tubuhku, dengan perlahan dan mata tertutup entah mengapa tubuhku terbang ke atas dan begitu aku membuka mata gadis itu merentangkan tangannya. Tubuhnya dikelilingi oleh kupu-kupu biru sementara udara di sekitarnya terasa aneh.
"S-sihir?" Hanya itu yang ada dalam benakku.
"Apa kau baik-baik saja?" Ia bertanya dengan wajah yang sama, hampa.
"Y-ya.. "
𝐾𝑢𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑖𝑘- 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑘𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑎 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑠𝑖ℎ𝑖𝑟 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛𝑘𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑖 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑘𝑒ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟𝑎𝑛𝑘𝑢?!
"Mengapa kau menyelamatkan ku?"
𝑁𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑢 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑢 𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛!
𝑀𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑎 𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑠𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛𝑚𝑢?!
"Padahal biarkan saja aku mati.. di dunia ini.. tidak ada lagi lembaran baru untukku.. semua terus terulang.." tatapannya bagaikan boneka kosong tanpa jiwa, mata biru muda itu menatap ke bawah dan menyembunyikan kesedihan mendalam, tubuhnya yang putih bersih itu tampak samar-samar memiliki bekas luka terutama pada pergelangan tanganya, seakan ia telah beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya.
"Lupakan saja... Sejauh apa aku kabur.. sebanyak apa aku mencoba kisah ini terus menahanku.. aku.. 𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐮𝐚𝐤 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐢𝐧𝐢.." ia mengepalkan tangannya.
"... Apa kau sudah selesai?"
Ekspresi terkejut tersirat jelas dalam matanya "aku tidak tahu apa kehidupan yang kau alami selama ini, namun kalau memang kau tidak bisa kabur dan muak mengapa tak coba hadapi saja dengan suasana baru?" Ujarku.
"Suasana.. baru?"
"Ya, misalnya saja. Berpura-pura mati dan kembali hidup kembali" entah mengapa saat ku katakan kalimat itu ia langsung menjadi pucat "ma-maksudku dirimu di hari ini berbeda dengan dirimu yang dulu!" Apa aku salah bicara? Kuharap tidak.
"Aku.. tidak mengerti"
"Huft.. bagaimana ya.. oh atau bagaimana kalau melakukan hal baru? Melangar aturan misalnya?"
"Melangar aturan..?"
"Ku lihat kau adalah bangsawan, pasti berat menjalankan setiap aturan. Bagaimana kalau melangar beberapa saja untuk sesekali, setidaknya itu akan memberikan suasana baru untukmu" ujarku tersenyum.
"Aku.. tidak bisa.. aturan ada untuk di patuhi"
"Salah!"
"Yang benar itu aturan ada untuk di langgar nona, memungkin terdengar sesat namun tidak selamanya aturan harus di patuhi. Beberapa aturan butuh pencualian"
"Lagipula bila kita terus hidup mengikuti aturan tidak akan ada yang namanya perubahan. Jangan paksana dirimu seakan kau adalah mesin yang di buat sedemikian rupa, Kita ini sama-sama manusia" lanjutku dengan seringai.
"Perubahan... Manusia.. sebenarnya, siapa kau?"
Kalimat '𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟𝑎𝑛𝑚𝑢' terbesit jelas pada wajahnya.
"Aku? Novan, seorang pendatang" tanganku rentangkan padanya, ia menatapnya sesaat sebelum akhirnya mengapai nya.
"Jadi siapa namamu putri drama?" Tanyaku sembari mengejek.
"Vivian.. itu namaku" alih-alih kesal akan ejekan itu ia malah tersenyum tipis, kurasa dia tipe wanita yang lebih suka diperlakukan seperti teman dari pada seorang putri.
𝐷𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑡𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑎 𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔..
.
.
.
"𝐊𝐚𝐮 𝐩𝐮𝐭𝐫𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐭𝐮 ?!" Aku berbisik dengan spontan pada telinganya, puluhan- tidak tapi ribuan orang memperhatikan kami, memanggilnya sebagai putri mahkota dan bersorak-sorai gembira.
𝐿𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑝𝑐 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑜𝑘𝑜ℎ 𝑓𝑖𝑔𝑢𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎..
"Tenanglah Novan, tetaplah tersenyum" ujarnya megang telinganmya, ku rasa telinganya kini berdengung karena aku sedikit- ya sedikit berteriak ke arahnya. Apapun itu aku lebih tertarik mencari Arin.
"Senyum mata mu, kau tidak merasakan kakiku gemetar karena tekanan ribuan mata itu?!" Protesku.
"Pfft-"
"Jangan tertawa!!!"
[Bersambung]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments