"Ahhh ...." Kinara mendesah pelan, kepalanya terasa pengar. Ia membuka mata dan memijit pelipis.
"Di mana ini?" gumamnya.
Gadis itu melihat ke jendela, sinar matahari menerobos melalu sela gorden.
"Apa yang terjadi?" Kinara membalikkan tubuh menghadap pintu, mencoba mengumpulkan sisa-sisa memori. Seingatnya, ia sedang makan malam dengan keluarga Smith. Bagaimana bisa ia berakhir di atas tempat tidur?
"Apa aku bermimpi?"
Gadis itu termenung, lalu memukuli kepalanya sambil menjerit frustasi.
"Apa yang telah kulakukan?" teriaknya sambil menendang udara dan menutup wajah dengan bantal.
"Masih berani bertanya apa yang telah kau lakukan?"
"Kyaaa!" Kinara berteriak histeris, hampir terjungkal dari atas kasur ketika mendengar suara bariton yang sangat dikenalnya itu. "Apa yang Anda lakukan di kamar saya?"
"Kenapa? Ini rumahku, aku bebas masuk ke mana saja. Lagi pula, kau adalah calon istriku, siapa yang akan keberatan?"
"Itu ...." Kinara menarik selimut hingga menutupi dadanya, lalu teringat jika tuan mudanya tidak dapat melihat. Ia kembali menurunkan kain itu dengan sungkan. "Tetap saja, Anda harus meminta izin saya. Kita belum resmi menjadi suami-istri."
"Apa kau meminta izin saat memuntahiku semalam?"
Kinara tertegun, mulutnya membuka dan menutup tanpa suara. Perlu beberapa saat untuk mengembalikan kesadarannya. Ia bangun dan menjulurkan kakinya ke atas lantai, duduk dan menatap tuan muda Smith dengan sorot tak percaya.
"Mm-muntah?" gumam Kinara sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Menurutmu?"
Alex Smith mendengkus. Pertanyaan Kinara terdengar seperti leluconnya di telinganya. Bagaimana bisa gadis itu memuntahinya lalu melupakan hal itu begitu saja? Seumur hidup, belum pernah ada satu orang pun yang melakukan hal itu padanya.
"Kenapa aku tidak ingat?" Kinara menggigit bibirnya, merasa sangat frustasi. Selain makan malam yang sangat lezat dan kehadiran Jericho Millu, ia sungguh tidak bisa mengingat apa-apa lagi.
"Tidak ingat? Kau bahkan ingin memuntahiku setiap hari."
"Apa?!" Kinara benar-benar ingin menggali lubang dan masuk ke dalamnya.
Kinara mendongak ketika mendengar derit pintu terbuka, disusul siluet tuan Billy yang masuk ke kamarnya. Pria itu tersenyum lebar ke arahnya.
"Selamat pagi," sapa Billy, "Apakah tidurmu nyenyak?"
"T-tuan?" Kinara menarik selimut untuk menutupi baju tidurnya. "S-saya ... cukup nyenyak."
"Cih!" Lagi-lagi suara dengkusan lolos dari mulut Alex Smith. "Tentu saja nyenyak, hanya aku yang mengalami mimpi buruk," sindirnya.
Kinara menundukkan kepala, merasa malu sekaligus bersalah. "Maaf," gumamnya pelan.
Billy terkekeh melihat tingkah dua orang di hadapannya itu. Ia berjalan dan berdiri di sisi Alex, lalu berkata, "Nona, abaikan saja sikap sinisnya itu. Sejujurnya, Alex telah menunggui Anda sejak pukul enam tadi. Dia mengkhawatirkan keadaan Anda."
"Benarkah?"
"Tutup mulutmu!" seru Alex hampir bersamaan dengan pertanyaan Kinara.
"Benar," jawab Billy, sengaja mengabaikan ancaman Alex, "Dia bahkan sudah meminta pelayan untuk menyiapkan sup anti mabuk, dan melarang keras Anda agar tidak menyentuh minuman beralkohol lagi."
"Billy--"
"Ah, ngomong-ngomong, tuan Parrish sudah menunggu kalian berdua di ruang kerja," sahut Billy, tidak memberi kesempatan pada Alex untuk berbicara. "Tuan Alex, sebaiknya Anda ikut saya sekarang."
"Mulutmu memang perlu diberi pelajaran!" Alex Smith baru akan menumpahkan emosinya pada Billy, tapi ia merasa kursi rodanya berputar dengan cepat.
"Aku akan menunggumu di ruang kerja," kata Alex, masih berusaha mempertahankan ekspresi dan sikapnya yang elegan.
"Baik," jawab Kinara.
"Minum sup anti mabuk itu, ada di atas meja," ujar Alex sebelum Billy mendorongnya keluar kamar.
Kinara terpaku hingga bunyi pintu ditutup mengembalikan kesadarannya. Ia turun dari ranjang dan berjalan ke sisi meja, menatap mangkuk yang mengepulkan uap panas. Ia merasa tersanjung sekaligus terharu. Pria dingin dan sinis itu ternyata cukup baik hati dan perhatian. Namun, sikapnya itu terkadang benar-benar menyebalkan.
"Haish!" Kinara memejamkan mata dan menarik napas panjang.
"Berhentilah memikirkan pria itu, Kinara! Jangan sampai melukai dirimu sendiri," gumam gadis itu pelan sebelum menenggak habis sup penghilang mabuk dalam satu tegukan.
***
Kinara mematut diri di depan cermin, memoleskan sedikit pewarna pipi dan pelembab bibir. Wajahnya terlihat sedikit murung ketika mengingat rumah dan segala barang peninggalan kedua orangtuanya habis tanpa sisa. Untunglah beberapa perlengkapan pribadinya selamat karena ia bawa ke rumah sakit. Sepertinya ia perlu membeli pakaian baru, hanya ada tiga pasang baju dalam tasnya.
Setelah memastikan penampilannya tidak terlalu buruk, Kinara berjalan menuju ruang kerja tuan muda Smith. Ia mengetuk dan mendorong daun pintu perlahan. Tampak tiga orang pria sedang duduk melingkari meja dengan wajah serius.
"Permisi," sapa Kinara, melangkah masuk dengan hati-hati.
"Kemarilah," balas seorang pria paruh baya yang mengenakan kemeja putih," Perkenalkan, saya tuan Parrish, pengacara keluarga Smith."
Kinara menunduk dan menjabat tangan pria itu, "Selamat pagi, Tuan Parrish. Saya Kinara."
"Silakan duduk, Nona Kinara. Karena Anda sudah datang, mari kita mulai," kata tuan Parrish, "Tuan Muda Alex sudah memberikan beberapa persyaratan, silakan Anda baca lebih dulu."
Tuan Parrish menyodorkan setumpuk kertas ke arah Kinara. Gadis itu menerima dengan hati-hati lalu membacanya dengan teliti. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa tuan muda Alex akan menyerahkan sebuah rumah di tengah kota sebagai mas kawin. Selain itu, Kinara akan menerima uang setiap bulan sejumlah 25.000 USD sebagai kompensasi.
Kinara mendongak, menatap Alex Smith dan tuan Parrish bergantian.
"Apakah ini perlu?" tanyanya, "Maksud saya, rumah dan uang."
"Tuan Muda Alex bersikeras tidak akan melanjutkan pernikahan ini jika Nona tidak mau menerima persyaratan itu," jawab tuan Parrish.
"Tuan Muda ...."
"Apakah masih kurang?" sergah Alex.
"Apa? Tidak, bukan begitu maksud saya. Ini terlalu berlebihan," jelas Kinara.
"Kamu akan melayani orang cacat seumur hidupmu, aku rasa itu bahkan masih kurang."
"Itu .... Anda sudah salah paham. Saya bersedia menikah--"
"Tutup mulutmu dan beritahu tuan Parrish, apa persyaratan yang kau inginkan selain 'tidak ada orang ketiga dan saling menyentuh tanpa persetujuan' yang kau ucapkan semalam."
"Saya ... a-apa? S-saling menyentuh?" Seluruh wajah Kinara memerah bak udang yang direbus dalam kuah tomyam, merah dan panas.
Gadis itu membuka halaman selanjutnya dan terbelalak. Apa yang baru saja diucapkan oleh tuan muda Smith tertulis dalam persyaratan atas namanya, poin nomor satu dan dua.
"Ada yang ingin Anda tambahkan, Nona?" tegur Billy.
Kinara meremas kedua tangannya, kikuk. Ia ingin menghapus poin nomor satu dan dua, tapi itu adalah poin terpenting menurutnya. Namun, jika ia tidak menghapusnya, apakah tidak terlalu memalukan? Ah, sudahlah! Persetan dengan rasa malu!
"Mmm ... bagaimana dengan biaya kuliah saya?" tanya Kinara. Hey, tuan muda sendiri yang menawarkan padanya, jadi jangan salahkan jika ia mengungkit hal itu.
"Aku akan menanggung seluruh biaya yang kau butuhkan," jawab Alex, "Tolong catat itu pada poin nomor tiga, Tuan Parrish."
"Baik, Tuan Muda." Tuan Parrish membetulkan letak kacamatanya dan menambahkan catatan pada lembar perjanjian. "Ada lagi, Nona?"
"Saya rasa, itu sudah cukup," jawab Kinara, "Anda tidak ingin menambahkan apa-apa, Tuan Muda?"
Kinara menatap lurus ke arah Alex Smith. Pria itu memberi rumah dan uang, itu tidak bisa dikatakan sebagai perjanjian pra-nikah.
"Bagaimana jika saya selingkuh?" tanya Kinara pelan.
"Maka jasadmu tidak akan pernah ditemukan."
Glek.
Kinara menelan saliva. Oke. Calon suaminya ternyata kaya raya dan juga seorang psikopat.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin kau tambahkan, Tuan Parrish akan melegalkan surat perjanjian ini."
"Tidak ada. Semua sudah cukup."
"Kalau begitu ... bersiaplah ...."
***
Haiii, jangan lupa tinggalkan jejak yaa...
Tengkiuu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Elta Rosita
hahahahah
2023-11-15
0
Nenk Leela Poetrie Mawar
bersiap kamana tuan muda
2023-10-10
0
Mimilngemil
pasangan unik
2023-10-06
0