Kisah Cinta Bulan

Kisah Cinta Bulan

Bab satu ...

''Wira, kapan kau akan memberikan cucu untuk Mama ?'' Selalu saja itu yang Wira dengar dari ibunya, tidak bisakah sekali saja saat bertemu tidak menanyakan hal ini? Kesal tentu. Dalam hati Wira ngedumel.

''Ma, Wira mohon. Untuk sekali saja, stop menanyakan hal ini!'' ucap Wira memohon lewat matanya.

''Wir, kenapa kau berkata seperti itu ? Mama bicara seperti ini karena Mama sayang padamu Nak, Mama ingin nantinya kau ada yang mengurus.'' ucap Mama Nur

''Tapi Ma, Wira merasa lelah harus berdebatkan hal ini terus-menerus dengan Mama.'' jelas Wira, karena ini bukanlah yang pertama mereka berdebat akan hal ini.

''Yasudah, kalau kamu tidak mau berdebat terus sama Mama. Berarti kamu harus menuruti keinginan Mama.!'' sahut Mama Nur

Wira menghela nafas panjang... Berdebat dengan ibunya tidak akan membuatnya menang.

''Ma, Mama kan tahu, Wira masih belum punya kekasih. Lalu, bagaimana bisa sekarang Mama meminta cucu?'' sungguh konyol keinginan ibunya ini.pikir Wira

''Itu masalah gampang.'' seru Mama Nur seolah itu hal yang tak perlu dipikirkan.

''Gampang? gampang gimana maksudnya Mama ?'' tentu Wira penasaran.

''Kau tenang saja, tentang hal itu. Mama sudah menyiapkan calon untukmu, kau tinggal setujui lalu, kau berikan lah Mama cucu.!''

Wira langsung melongo di tempat, ''Memang siapa, Ma?''

''Ada, tuh si Bulan.'' jawab Mama Nur singkat namun sangat jelas.

''Si Bu- bulan ?'' ulang Wira semakin terkejut.

''Hm, benar. Bulan'' Mama Nur menjelaskan

''Jangan bilang si Bulan, anaknya mbok Marni ?'' tebak Wira dengan berharap bukan Bulan yang dia inginkan.

''Iya, benar, memang Bulan yang mana lagi, yang Mama kenal.'' jawab Mama Nur, sangat membuat Wira lemas seketika

''Wira sangat-sangat tidak setuju.'' tolaknya tegas

Apa apaan, Mama nya ini, tiba-tiba mau menikahkannya dengan perempuan centil itu, ini bukanlah lelucon yang baik.. Tidak, ini tidak boleh terjadi.

''Kenapa memangnya ? Mama sangat suka dengan anak itu, dia sangat rajin dan pintar, juga dia cantik kok.'' ucap Mama sambil memuji Bulan.

''Ya, sudah jelas dia rajin, dia 'kan anaknya mbok Marni. Tapi Wira pokoknya menolak.'' tolaknya Wira lagi.

''Memang kau ingin wanita yang seperti apa Wira,? Semua kau tolak, jadi kau memilih calon istri yang seperti apa ?'' Mama nya sampai kebingungan dengan anak satu-satunya ini.

''Ya ... pokoknya jangan sama yang anak pembantu juga lah, Ma.''

''Kenapa memangnya dengan anak pembantu ? Apa salahnya ? toh asalkan dia dari keluarga yang baik, dan Mama tahu dengan sikap keluarganya.'' jelas Mama

''Tapi Wira, gak suka dengan sikapnya itu.. Yang sangat centil.'' Wira mulai mengatakan alasan penolakannya.

''Ah, itu bukan masalah yang serius, pokoknya Mama ingin segera kau menikah dengan Bulan secepatnya !'' Mama Nur bicara dengan serius.

''Ma _ ''

''Sttt, tidak ada penolakan, kau sudah sangat tua untuk memiliki anak, Mama takutnya kau susah memberikan Mama cucu, kalau kau lama lagi memilih calon istri.'' Dan setelah mengatakan itu, Mama melengos pergi. meninggalkan Wira yang membuka mulutnya saat ingin mengucapkan penolakannya tadi.

Wira menatap kepergian ibunya dengan perasaan yang dongkol,

''Sial banget, sebenarnya apa yang dia katakan kepada Mama,? Gue yakin pasti dia mengatakan sesuatu sama Mama, karena tidak mungkin Mama tiba-tiba menawarkan dia menjadi istri gue.'' Wira berbicara sendiri, dengan berpikir dan menuduh hal itu pada Bulan.

Wanita cantik nan imut sedang mencari bunga di taman belakang rumah majikan ibunya,

"Bulan... Bulan." mbok Marni yang tak lain adalah ibunya memanggil.

"iya Ibu, ada apa ?" teriak Bulan menyahut.

"Kamu kesini dulu Nak," panggil mbok Marni lagi dan menyuruh Bulan menemuinya.

"Ada apa Bu?" setelah menghampiri.

"Ibu mau ke pasar dulu, tolong kamu jemur pakaian milik Den Wira ya.!" suruh mbok Marni.

"Mas Wira nya, sudah berangkat ke kantor belum Bu?" tanya Bulan lebih dulu.

"Huss, berapa kali Ibu katakan, Jangan menyebutnya seperti itu lagi! Sebut beliau Tuan. Beliau majikan kita." mbok Marni mengingatkan Bulan.

Bulan hanya cengengesan, "Ah, Bu, biarkan saja lah aku memanggilnya seperti itu, toh dianya juga sedang tidak ada di sini.". ucap Bulan . Yang mulai terbiasa memanggil Wira dengan sebutan Mas

''Kamu ini, kalau di nasehatin suka menjawab, sudah, cepat jemur pakaian nya!'' suruh mbok Marni lagi

''Iya, iya Bu, Aku ke tempat jemuran sekarang.'' sahut Bulan dengan berjalan menuju tempat jemur. di atas

Malam hari,

Wira sudah pulang dari kantor nya, ia memasuki rumah dengan menenteng tas miliknya, yang berisi berkas penting.

Bertepatan dengan itu dia melihat Bulan sedang berjalan baru keluar dari dapur.

''Hei Bulan,'' Wira memanggil

Bulan menoleh dan bibir melengkungkan langsung terukir di bibirnya.

''Eh, Mas, baru pulang?'' Bulan menyapa. Tapi..

''Apa? Mas?'' Wira mengulang

''Oh- , Maksud nya aku Tuan Mas Bos Wira.'' Bulan meng ralat lagi ucapannya.

''Bawakan ini ke kamarku!'' Wira menyuruh Bulan membawaku tas nya.

''Oh baik Mas,Eh Bos.''

''Cepat, jangan banyak bicara kamu, cepat ke kamar saya!'' perintah Wira lagi

''Iya baik Tuan.'' dengan patuh Bulan mengikuti langkah Wira dan ikut masuk kedalam kamarnya,

Bulan, wanita cantik nan imut karena tubuhnya sedikit pendek di banding tubuh Wira yang tinggi dan kekar, pastinya.

''Tunggu disini, sampai saya beres mandi!'' ujar Wira dengan memerintah lagi.

''Baik.''

''Jangan kemana-mana,dan jangan melihat barang-barang di kamar ku ini!'' mengingatkan lebih tepatnya melarang .

''Iya, baiklah Bos.''

''Bagus,'' Wira pun segera masuk ke dalam kamar mandi, karena tubuhnya sangat lengket. Setelah melakukan aktivitas di luar.

Bulan menatap sekeliling ruangan kamar Wira, ''Sangat misterius sekali kah? kamar ini, Ada rahasia yang dia punya kah? sampai-sampai aku tidak boleh menyentuh barang barangnya? Namun kaki Bulan ia gerakkan ke suatu tempat yang memang sangat ingin Dia masuki sejak lama,

Belum sempat Bulan memegang handle pintu ruangan itu tiba-tiba

Ceklek , sudah ada suara orang membuka kunci pintu,

dengan cepat Bulan berlari ke tempatnya semula tadi dia berdiri,

Wira keluar dengan memakai jubah handuk.lalu netra nya dia tunjukkan pada Bulan, Bulan langsung tersenyum sangat manis.

''Tidak berjalan jalan kemanapun kan kamu?''.tanya Wira

Bulan segera menggeleng, ''Ah, tidak kok Bos, aku tidak kemanapun.'' bohongnya.

''Baguslah.''

Kini mereka sudah duduk saling berhadapan, Hm sangat romantis sekali kalau di depan meja ini ada makanan, lalu Wira menyuapinya. Pikirkan Bulan sudah melanglang kemana-mana..

''Bulan.'' Wira segera memanggil

''Iya,'' Bulan pun langsung menoleh dengan kembali pada kenyataan kalau tadi dia itu sedang menghayal.

''Kamu mengatakan apa kepada Mama ku?'' Wira mulai mengintrogasi.

''Mengatakan bagaimana ya Bos maksud Anda,?'' dengan wajah tak mengerti Bulan balik bertanya.

''Apa yang kau katakan pada Mama, sampai-sampai Mama ku, memintaku menikahi mu.'' Wira menjelaskan, tentang ucapannya.

Reaksi Bulan awalnya terkejut tapi lama-lama Senyum terukir di wajahnya.

''Hei, Ayo cepat katakan.'' bentak Wira, mengagetkan juga membuyarkan lagi lamunan Bulan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!