bab 19

Jantungnya seorang pengantin perempuan tengah berdetak begitu kencang..

Dirinya kini sedang duduk di ranjang milik majikannya yang tak lain sekarang sudah menjadi suaminya.

alasannya wanita itu deg-degan Karena ada yang terngiang-ngiang di telinganya sesudah mendengar suatu kalimat yang di katakan oleh Mama Nur yaitu mertuanya juga.

Saat tadi Mama Nur berkata.

''Bulan, selamat ya Nak. kini kamu sudah jadi anaknya Mama.''

Bulan hanya mengangguk.

''Bulan Mama minta , tolong kamu jaga Wira buatlah dia senyaman mungkin dengan mu.''

''Bulan, Mama percaya kamu bisa. Mama yakin kau lah yang terbaik untuk Mama '' ucap Mama Nur tadi sebelum Bulan memasuki kamar Wira

''Bulan..'' membawa tangan Bulan dan di genggamannya

kini tatapan Mama Nur begitu serius dan penuh pengharapan pada Bulan.

''Ya!'' sahut Bulan.

''Satu lagi pesan Mama segeralah lakukan kewajiban mu kepada suami.''

''Baik Bu, membuatnya teh menyiapkan makanan, juga menyiapkan keperluan ke kantor itu pasti Bulan lakukan Bu. Bulan sudah mengerti kok.'' tiba-tiba jawaban Bulan membuat Mama Nur ingin tertawa sekaligus tak percaya Se lugu itukah anak ini.

''Lalu kewajiban saat di dalam kamar bagaimana ? kau paham tidak ?'' Mama Nur pun segera bertanya

''Apa itu, mungkin membereskan kamar begitu kan?''

''Bukan hanya itu Bulan, cara membuat anak!'' tegas Mama Nur.

''Me-mbuat anak? itu bagaimana ?''

Mama Nur membuang nafas kasar. ''beneran kau tak tahu ?''

''Maaf Bu,''

Dan saat itu juga Mama Nur langsung mengatakan semuanya dengan sangat detail. Dimana membuat anak itu dua orang bermain . Dan nanti akan menjadi seorang anak, tapi kalau tidak juga Bermain ya tak akan pernah ada anak.

''Kalau bisa kamu paksa Wira untuk melakukan itu Lan!'' lanjut Mama Nur.

''Seperrtinya Pak Wira tidak akan mau melakukan nya dengan aku Bu.'' Bulan sudah menyerah sebelum perang

Mama Nur menepuk pundak Bulan ''Jangan nyerah Lah. Saya yakin kamu bisa, pokoknya kamu harus bisa membuat Wira terkesan padamu dan menginginkan dirimu malam ini, jadi kalau Wira mau Kalian akan mudah melakukan itu memberikan Mama cucu.''

''Caranya?''

Mama Nur menatap Serius lalu senyum merekah terbit di bibirnya ia mempunyai ide yang bagus.

Kini di sinilah sekarang Bulan jadi deg-degan Karena omongan juga perintahnya Mama Nur yang berat untuk Bulan lakukan.

Di tambah Bulan tak ada pengalaman sedikit pun soal orang dewasa.

Bulan sepertinya mendengar kenop pintu kamar mandi yang akan di buka.

Cepat-cepat Bulan naik ke atas kasur Wira dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, hingga sebatas lehernya saja..

Benar saja pintu terbuka dan keluarlah Wira hanya memakai handuk saja di batas pinggang.

Bulan tak terbiasa melihatnya ia memalingkan muka ke samping. Wira pun rupanya belum sadar ada Bulan di atas ranjangnya itu.

Wira berrsiiiul dan berjalan ke walk in kloset. Wira mengambil pakaian dan memakainya. Setelah selesai Wira mengambil ponselnya dan ia duduk di sisi ranjang.

Dari jarak sedekat ini lah Wira dapat mencium aroma wangi parfum wanita yang tidak asing.

''Kok gue kaya cium wangi si Bulan ya?'' Wira berbicara sendiri.

Hmmm hmm

Wira mencium dugaan teliti saat berbalik ia terkejut dengan seorang wanita yang lagi menatapnya.

''Sedang apa di sini?'' tanya Wira setengah berteriak

''I-itu Pak a-anu..'' Bulan tergagap bingung jawab apa

''Aku tanya ngapain di ranjang ku.''

''Maaf pak, ta-tapi katanya kita sudah menikah jadi harus tidurnya b- bersama.'' jawab Bulan

''Siapa yang bilang kaya gitu?''

''Pak penghulu ''

Bulan ingat kata-kata Mama Nur lagi

Kalau Wira mengusir mu dari kamarnya, bilang saja Pak penghulu yang menyuruhmu untuk tidur dengan suami mu, Karena kalian ini sudah menikah. .

Wira memicingkan matanya. Ia nampak ragu dengan jawaban Bulan.

''Terus ngapain kamu nutupin badan kamu gak kegerahan itu?'' Wira merasa aneh

Bulan segera menggeleng '' gak kok, aku kedinginan Pak'' jawabnya tersenyum padahal aslinya Bulan sudah kepanasan.

''Lan, saya haus. Tolong dong ambilkan minum!'' pinta Wira

Bulan jadi bingung sendiri sekarang. Aduhh bagaimana ini, aku tidak bisa keluar dari selimut ini aku... malu .

Wira kembali bingung dan merasa heran karena Bulan belum juga beranjak dari tempat tidur mengambilkan minum untukmu.

Wira menatap Bulan, ''Kenapa masih di sana. Cepat Lan saya haus!'' ucap Wira lagi

''I-itu Pak.''

''Apa?'' bentak Wira

''Aku, aku..''

''Ada apa sih, kamu aneh banget Bulan cepat ambil minum--'' Wira langsung melotot saat ia menarik selimut dengan kasar dan mendapati pakaian yang Bulan kenakan itu adalah saringan laba-laba yang suka di pakai oleh wanita dewasa .

''Bu-bulan?'' Wira meneguk ludahnya terasa kasar dan kesusahan.

Bulan pun semakin menunduk takut dan malu.

Wira pun menutupi tubuh Bulan dengan selimut lagi ''Lan, siapa yang mengajarkan kamu pakai pakaian seperti itu?'' tanya Wira

Bulan bergeming

''Jawwab!'' bentak Wira

''P-ppp-''

''Siapa? Pak penghulu lagi. Tidak mungkin Bulan rasanya tak mungkin Pak penghulu yang menyuruhmu.''

''Mama kan yang menyuruh kamu seperti ini?'' menatap tajam.

''Jawab Lan!''

Bulan pun mengangguk....

''Astaga Mama...'' jerit Wira kesal sangat kesal.

Dan pada akhirnya Bulan malam ini gagal menggoda Wira, benar saja dugaan Bulan Wira tak tertarik sedikitpun padanya.

Beberapa saat Bulan memilih tertidur saja dan Wira keluar dari kamar nya sedari tadi.

Saat tengah malam Wira kembali ke kamar. Wira lagi-lagi di suguhkan dengan pemandangan yang begitu mulus.

selimut tersingkap sehingga menampakkan jelas kulit dan keindahan tubuh Bulan.

''Oh sialan godaan apa ini? Dia belum ganti baju juga rupanya. Hmm, sial gue harus ke kamar mandi kalau seperti ini'' Wira mengumpat dan berbelok-belok pergi ke kamar mandi lagi..

Gagal bagi Bulan Pusing bagi Wira..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!