Angga sudah Dua hari bekerja dengan Wira, Selama Dua hari itu juga, Angga diam-diam mulai ada rasa dengan Bulan,
Angga belum tahu soal kabar pernikahan Bulan dengan Wira.
Angga pagi-pagi sudah datang ke rumah ini , untuk menjemput Wira pergi ke kantornya.
''Bulan,'' Angga memanggil Bulan yang baru keluar dari dapur, Bulan baru tahu kalau Angga rupanya sudah datang.
''Eh, Mas Angga, Sudah datang Mas?'' tanyanya menghampiri.
''Iya Bulan, Saya baru saja sampai, kamu habis ngapain sampai baru menyadari kedatangan saya?'' candanya Angga.
''Oh ini Mas, aku baru selesai mencuci pakaian, Pak Bos nya belum siap ya?'' beralih menatap ke lantai atas.
''Belum, mungkin masih dandan dia,'' kembali Angga bergurau.
''Mas Angga ini, bisa saja.'' Bulan ikut terkekeh
Tak Tak..
suara sepatu seseorang menuruni tangga.
''Ngga, tumben Lo datangnya pagi sekali ?'' Wira langsung bertanya pada Angga menatap intens.
''Gak apa-apa dong Wir, gue datangnya pagi- an, Gue kan harus semangat '' jawab Angga suaranya sangat girang. namun tatapannya ia arahkan pada Bulan.
Bulan yang melihat mereka pun hanya mengumbar senyum saja.
''Ayo, pergi sekarang.'' seru Wira
''Lo gak sarapan dulu?'' tanya Angga
''Nanti saja di kantor.'' jawab Wira sungguh tidak peka.
Dan menyeret tangan Angga untuk segera pergi.
''Mas .. tunggu .. '' Bulan memanggil keduanya, lalu berlari mengejar
''Wir, itu si Bule ngejar, berhenti dulu.'' ucap Angga memberitahu
Wira langsung menghentikan langkahnya, lalu menatap heran pada Angga ''Siapa yang Lo maksud si Bule ?'' tanya Wira
''Tuh .. '' menujuk pada Bulan,
''Nama dia itu Bulan, bukan Bule.'' tekan Wira berbicara.
''Iya itu maksudnya Si Bulan, ah sama saja kok.'' ucap Angga
''Mas Angga, Bos kalian tidak sarapan dulu?'' tanya Bulan sesudah dekat.
''Tidak.'' jawab Wira sangst tegas dan cepat, bahkan memotong yang ingin Angga ucapkan.
''Sudah, ayo pergi.'' ajaknya lagi pada Angga,
''Bule, Saya pergi dulu ya.'' teriak Angga
Bulan hanya balas mengangguk saja !
Di dalam mobil..
''Angga, Lo kenapa sepertinya Lo kesambet sesuatu ya?'' Wira mulai berbicara setelah beberapa saat hanya keheningan.
''Kesambet? gimana maksud Lo ? gue gak ngerti ''
''Iya sepertinya Lo kesambet si Bulan, sampai Lo kalau lihat dia kaya orang gila saja.'' ejek Wira
bukannya marah Angga justru tersenyum,
hal itu di ketahui oleh Wira .
''Nah benar kan, Lo benar sudah kesambet tuh bocah '' kekeh Wira.
''Terserah kata Lo aja Wir, Tapi .. '' Angga tak melanjutkan ucapannya.
''Tapi apa?'' Wira segera menyahut.
Angga tak menjawab lagi, karena biarlah perasaannya tak di ketahui siapapun dulu..
*
Sementara di kediaman Nyonya Nur. .
Sekarang Mama Nur sedang duduk bersama Ibu mertuanya.
"Nur, kau jadi menikahkan Wira dengan Bulan ?''
''Jadi Bu, Lima hari lagi pernikahan di langsungkan.'' jawab Mama Nur memberitahu.
''Nur, Ibu ingin bertanya dulu sama kamu, Apa alasan kamu sangat ingin menikahkan mereka ?'' ini pertanyaan yang selalu ada di pikiran Nenek Wira.
''Bu, sebelum Ayah Wira meninggal, beliau dan Bapak nya Bulan pernah punya satu janji .. ''
Neneknya Wira segera memotong, ''janji? janjinya apa Nur?'' tanya Nenek Wira lagi penasaran.
''Dulu ayah Wira dan bapaknya Bulan memilki janji, bila Wira dengan Bulan sudah sangat pas untuk menikah, maka mereka harus di nikahkan.''
''Apa itu semacam perjodohan Nur?'' tanya mertuanya memotong lagi cerita Mama Nur.
Mama Nur pun mengangguk, ''Benar Bu, ini semacam perjodohan saat sepuluh tahun yang lalu. Dan saat itu, sebelum Ayah Wira meninggal. Dia pernah berpesan kepada ku, untuk menikahkan Wira dengan Bulan, dan memberi tahukan perjanjian mereka.'' Ibu Nur menjelaskan dengan sangat jelas pada mertuanya.
''Kenapa kamu tidak pernah membicarakan ini kepada Ibu ?''
Nur langsung menatap mertuanya, dan membawa tangan mertuanya lalu dia genggam. ''Maafkan Nur Bu, Nur tidak bicarakan ini pada Ibu dari kemarin-kemarin, karena Ayah Wira yang melarang.''
''Baiklah Ibu coba mengerti, Apa acara pernikahan nya akan dilakukan dengan meraih ?'' tanya Nenek Wira, maksudnya apa akan ada pesta ?
Mama Nur mengangguk, ''Tentu Bu, acara akan sangat meriah, aku akan mengadakan pesta yang sangat meriah untuk putraku.''
Mertuanya manggut-manggut, Dia setuju saja dengan keputusan Nyonya Nur, apalagi ini suatu amanah dari mendiang anaknya.
Tanpa mereka sadari, rupanya ada yang menguping pembicaraan mereka.. Orang itu tentu sangat dan ikut terkejut saat mendengar kenyataan tentang perjanjian dulu.
''Jadi Bapaknya Bulan juga ayah Wira memiliki perjanjian ?''
Bapak juga mbok Marni, atau orang tua Bulan ini dua-duanya sama-sama bekerja di rumah Nyonya Nur,
Namun saat baru Tiga tahun bapak Bulan bekerja sebagai satpam, beliau mengalami sakit parah dan nyawanya tak tertolong, sehingga meninggal dunia.
Tapi mbok Marni masih setia bekerja di rumah ini, sampai Bulan besar seperti saat ini
Orang itu melengos pergi, dengan perasaan yang masih keterkejutan.
Hari ini Wira pulang dengan sangat cepat, tidak seperti biasanya.
Angga membopong tubuh Wira memasuki rumah,
mbok Marni yang tengah membersihkan rumah pun nampak langsung panik begitu melihat Den Wira datang sambil di bopong.
Dengan tergopoh si mbok menghampiri, ''Kenapa ini dengan Den Wira ?'' bertanya pada Angga.
''Wira sepertinya masuk angin mbok, dia tadi sempat muntah-muntah '' jelas Angga memberitahu.
''Aduh Den, kenapa bisa seperti itu, mbok ambilkan Air hangat ya'' tawar si mbok
''Iya mbok boleh.'' jawab Wira
''Ngga, bantu gue ke kamar.!'' suruhnya
''Ook, Ayo gue bantu.''
Angga membopong lagi tubuh Wira ke kamarnya.
Mbok datang dengan minuman di nampan. ''Ini Den, coba di minum dulu, agar terasa baikkan.'' suruh si mbok
Wira langsung mengambil gelas dari tangan mbok Marni.Dan meminumnya dengan habis,
''Wir, Lo istirahat lah dulu.''
''Iya, Ngga, thanks Lo sudah bantu gue''
''Sudah pasti dong Wir, gue bakal bantu Lo.''
''Ga, kalau Lo mau pulang sekarang gak apa-apa, gue sudah di rumah ini'' ucap Wira
Angga menatap jam di tangannya. ''Iya nanti gue pulang sebentar lagi.'' jawabnya
''Yasudah terserah Lo.'' yang penting Wira sudah menyuruhnya.
Wira coba memejamkan matanya, entah mengapa hari ini tubuhnya memang sangat lelah, sampai-sampai dia tak kuat melakukan pekerjaan di kantornya, dan mengajak Angga untuk pulang cepat..
…
Sebelum acara pernikahan dilakukan,
Mama Nur mengajak Wira dengan Bulan untuk fitting baju pengantin,
Maka disinilah mereka sekarang..
Namun sesudah sampai ke butik ini, ada sesuatu hal yang tak sengaja mencubit hati seseorang.
Iyalah Angga, Tentu
Karena Wira meminta Angga untuk mengantarkannya pergi ke butik, yang sudah Mama nya berikan alamatnya.
Angga pikir mungkin Wira ingin menghadiri suatu acara sehingga dia berkunjung dulu ke butik, namun ternyata kenyataan lain baru Angga ketahui, Yaitu... Bulan dengan Wira Akan menikah .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments