Sebelum nya, Angga dan Wira sudah sampai di suatu Butik ternama..
''Wir, mau ngapain nih Lo ke mari?'' tanya Angga penasaran sedari tadi juga.
Mereka sedang berjalan memasuki gedung Butik tersebut.
Wira menoleh lalu menjawab pertanyaan Angga. ''Gue kesini karena di suruh nyokap '' jawabnya masih belum terlalu dijelaskan.
''Apa bakal ada acara keluarga kah?'' tanya Angga lagi, merubah tebakkannya tadi.
''Bukan.'' jawab Wira lagi sambil menggeleng
''Lalu?'' menatap dengan alis terangkat sebelah.
''Gue belum cerita ya ke Lo?'' tiba-tiba ucap Wira
''Cerita apaan? kayaknya belum?''
''Gue mau menikah Bro.'' akhirnya Wira mengatakan tujuannya ke butik ini.
''Ah seriusan Lo?'' serasa tak percaya
Wira cepat menganggukkan kepala. ''Lo pasti gak percaya ya?''
Angga nyengir, ''Bukan begitu Bro, soalnya denger denger Lo kan, belum punya pasangan, lah tiba-tiba aja Lo mau nikah.'' ledek Angga
Wira ikut terkekeh mendengarnya, memang itu kenyataannya, Dan ada sesuatu hal yang membuat dia ogah Menikah Entahlah apa itu, yang jelas itu masih menjadi misteri . .
''Lo benar,'' sahut Wira.
''Lalu, siapa tuh gadis yang beruntung bisa mendapatkan seorang CEO gagah namun arogan sepertimu?'' tanya Angga sangat penasaran dengan si calon istri Wira, dan sempat-sempatnya Angga mengejek Wira lagi.
''Sialan Lo'' lagi-lagi Wira terkekeh kecil dengan perkataan Angga ini.
''Jadi siapa Wir?'' tanya Angga kembali.
Namun belum sempat Wira menjawabnya, seseorang memanggil.
''Wira, Angga, cepat kesini!'' Mama Nur yang memanggil itu
keduanya sama-sama menoleh, ''Ah, itu Mama, ayo Ngga, kita samperin!'' ajak Wira
''Iya.''
''Ayo cepat masuk, Bulan sudah menunggu.'' ucap Mama Nur.
Disini Angga sedikit lebih bingung dan bertanya tanya, Bulan, dia juga ada di sini rupanya. tiba-tiba bibirnya melengkung ke atas.
Mama Nur berjalan lebih dulu masuk ke suatu ruangan, Diikuti Wira dan juga Angga..
''Mana dia Ma?'' tanya Wira
''Mungkin di dalam, sudah coba gaun nya'' ucap Mama menebak.
''Oh.''
''Iya, sudah kamu sana masuk, dan coba pilih yang sesuai dengan keinginan mu.!'' titah Mama Nur pada Wira. menyuruhnya untuk mencoba jas pengantinnya juga.
Dengan langkah tak bersemangat Wira pun masuk ke dalam ruangan, di temani pegawai Butik, yang tentunya terpisah dengan Bulan.
Bertepatan dengan keluarnya lagi Wira saat itu Bulan juga sudah ikut keluar dan sudah memakai gaun nya.
Kini keduanya berjalan mendekati Mama Nur, Mama Nur tersenyum sangat puas dan tentu bahagia..
Mama Nur berdecak kagum dengan menggeleng kepala beberapa kali.
Namun disini Angga nampak jelas sangat terkejut.. Bulan, memakai gaun pengantin? matanya membola sempurna..
''Sungguh cocok sekali kalian berdua'' puji Mama Nur.
Wira dan Bulan saling pandang satu sama lain.
Beberapa detik Wira menatap Bulan dengan terpesona sepertinya. Senyum terukir jelas di bibir Wira,
Wira menatap penampilan Bulan dari atas hingga bawah, Bulan yang biasanya memakai pakaian sangat kumel, tapi untuk saat ini, Wira cukup menarik melihat penampilan baru Bulan
Dalam hati Wira akui kenapa Si Bulan ini, mendadak sangat cantik, pikirnya. Ah, tapi buru-buru dia menepisnya.
Kalau yang ada di pikiran Bulan, sudah tak perlu di pertanyakan lagi, sudah jelas dia gampang terpesona dengan wajah tampan itu
Jangan kan saat ini, saat Wira memakai jas pengantin yang terlihat semakin gagah, Wira yang pernah hanya memakai celana pendek pun Bulan selalu terpesona.. Dasar si Bulan ini
''Khem..'' Mama Nur berdehem sangat keras, hingga membuyarkan lamunan dan tatapan keduanya.
Wira langsung menatap ke sembarang arah, juga Bulan langsung menunduk sembunyikan senyumnya, ketahuan oleh majikannya mereka saling tatap tadi..
Mendadak Angga jadi pendiam, tentu Angga masih belum menyangka, Bulan. Benarkah Bulan yang akan menikah dengan Wira?
''Cantik sekali kamu, Nak. Ibu sampai pangling melihat mu, cobalah mulai sekarang biasakan memakai pakaian yang sedikit lebih bagusan Nak!'' pesan Nyonya Nur pada Bulan. dan memuji Bulan, padahal wajahnya masih sama seperti tadi, tanpa make-up.
Bulan hanya menanggapi dengan senyuman, ''Bulan sudah terbiasa memakai pakaian yang seperti itu Bu, sudah enak kaya gitu.'' dan selalu itu yang Bulan jawabkan, kalau Nyonya Nur memberi saran soal pakaiannya.
Bulan ini hanya memiliki pakaian yang itu itu saja, bisa di hitung dengan jari pakaian nya ini. Ibu Nur, sudah sering ingin membelikan Bulan baju yang baru, tapi malah tidak di pakai oleh Bulan, katanya terlalu kekecilan. Memang Bulan ini, suka memakai pakaian yang sedikit longgar.
''Terserah kamu saja, tapi, Bulan. Sebentar lagi kamu ini akan jadi istri Wira loh, masa istiri CEO masih memakai pakaian yang itu itu saja.'' kembali Mama Nur coba membujuk dan mengingatkan Bulan.
Bulan pun berpikir di tempatnya kini dia berdiri, hm, memang sangat benar juga yang dikatakan Nyonya Nur, mungkin tidak ada salahnya dia coba memakai pakaian yang di inginkan Nyonya Nur, dan masa iya istri Bos pakaiannya dekit ya, gak pantas kan.
Bulan jadi membayangkan saat dia ke kantor Wira, memakai pakaian yang dekil dan longgar , celana yang sudah kucel seringnya terkena matahari juga, membayangkannya bulan terkekeh sendiri, bisa jatuh harga diri CEO ini.
''Wir, Bulan cantik kan?'' Mama Nur bertanya meminta pendapat.
Wira tak langsung menjawab, dia menatap pada Bulan lagi
Tapi tiba-tiba,
''Iya Bulan sangat cantik.'' Puji Angga justru dia yang menjawab.
Semua menatap padanya.
Wira mendadak panas di bagian dadanya, dan menatap Angga, dengan tatapan yang sulit di artikan.
Mama Nur hanya tersenyum saja melihat hal itu, toh siapapun pasti akan berkata seperti itu, memang Bulan ini sudah cantik alami. walau tanpa make-up sekali pun.
''Dia sama sekali tidak ada cantiknya'' ucap Wira penuh kebohongan.
''Itu karena mata kamu sedang bermasalah'' ucap Mama Nur mengejek
''Mata Wira sangat masih normal ya, Ma.'' membela diri.
''Kalau normal itu tak mungkin, gadis se cantik Bulan, kau sebut tidak cantik.'' membalikkan ucapan Wira tadi pada Bulan.
''Ah, terserah Mama, Wira bosan harus berdebat dengan Mama.''
…
Menuju Hari ke tiga pernikahan.
Kini, lagi-lagi Mama Nur, menyuruh Wira untuk melakukan sesi pemotretan prewedding.
Wira sudah mengetakan seribu alasan kalau dia sedang sibuk di kantor, tapi, jangan sebut Mama Nur, kalau tak bisa membuat Wira menunduk nurut.
Maka disinilah mereka.
Di sebuah pemotretan ternama..
Kali ini, sang fotografer memilih tempat di pedesaan, di sawah.
Kini keduanya sudah memakai lagi baju yang sangat cocok untuk melakukan Foto prewed.
"Astaga, kenapa Mama memilih tempat yang seperti ini, sih" Wira terus mengeluh.
"Bos, memangnya kenapa dengan disini, ini sangat sejuk malahan." ucap Bulan, tak mengerti dengan Wira yang justru mengeluh. Bulan menikmati sentuhan angin dan juga padi yang sudah mulai tumbuh.
"Sejuk apanya Bulan, ini sangat panas tau, kulitku ini bisa-bisa jadi hitam." sentak Wira pada Bulan, matanya itu mendelik
Bulan hanya mengejek Wira lewat bibirnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments