bab 10

''Wiraaaa ....'' teriakan itu melengking tinggi di sampai menggema di ruangan kamar Bulan lebih tepatnya, dan tentu sangat memekakkan telinga.

Wira menutupi telinganya yang terasa sakit akibat teriakan ibunya ini.

''Wira, kamu ini kenapa sangat jahat pada Bulan hah? kenapa kau seperti itu ?'' ujar Mama Nur, dengan memukuli badan Wira sekarang.

''Awhz, aduh Ma!, Mama apa apaan sih, kenapa Mama pukul Wira ?'' ujar Wira masih menahan pukulan Mama Nur.

''Jadi kau masih belum sadar dengan kesalahan mu hah? kau sudah tega meninggalkan Bulan sendirian di mobil, juga ingat Wir, Bulan ini calon istrimu '' ucap Mama Nur mengatakan lagi siapa Bulan.

''Ma, tolong jangan salahkan Wira, salahkan saja anak itu yang mau maunya tidur di mobil, kenapa juga dia tidak ikut masuk'' Wira menyalahkan Bulan, dan ia membela diri dan merasa tak bersalah.

''Dasar kau ini, kenapa kau sangat jahat sih Wir, padahal Mama gak pernah ngajarin kamu kaya gini, Wira '' Mama Nur sampai kewalahan dan kesal pada sikap Wira.

''Sudahlah membuang waktuku saja'' cetus Wira, lalu dia berjalan keluar dan akan pergi ke kantor.

Sementara kini Pak Ucup sudah menemukan Bulan yang rupanya masih berada di dalam mobil. juga ternyata Bulan sampai menggigil rupanya dia sakit demam..

Bulan masuk rumah di bantu Pak Ucup,

''Bulan, kau baik-baik saja kan Nak ?'' tanya ibunya Mbok Marni.

Bulan mengangguk lemah, dan coba tersenyum agar ibunya ini tak khawatir..

''Bu, tenanglah Ulan baik kok Bu'' ucapnya lirih

''Yasudah ayo kita masuk, nanti ibu buatkan sarapan untukmu '' ucap ibunya

''Baik Bu,''

Kini Bulan tengah berbaring dengan berbalut selimut, rupanya keadaannya semakin memburuk dia semakin menggigil kedinginan,

''Bulan, tolong maafkan Wira ya Bulan, mungkin dia lagi banyak pekerjaan '' ucap nyonya Nur pada Bulan, dengan meminta maaf atas perlakuan Wira.

Bulan hanya tersenyum tipis saja, dia jadi tidak ingin mendengar nama itu di sebutkan.

''Bu.'' Bulan memanggil Nyonya Nur

''Ya Nak, kau ingin sesuatu ?'' tanya Nyonya Nur

''Tidak Bu, Bulan ingin mengatakan sesuatu'' ucap Bulan

''Apa Nak ? kau mau mengatakan apa pada Ibu ?'' tanya Nyonya Nur lagi ingin tahu apa yang akan Bulan bicarakan.

''Bu, maafkan Bulan sebelumnya, karena sepertinya Bulan tidak bisa meneruskan pernikahan dengan Tuan Wira..'' ujar Bulan mulai mengatakan penolakannya terhadap pernikahan paksa ini,

''Tidak Bulan, Ibu mohon kau jangan bicarakan hal ini , Ibu tidak mau kau menolak menikah dengan Wira, Bulan ibu tahu Wira pasti sudah menyakiti mu, juga dia pasti mengatakan suatu hal yang membuatmu sakit hati. Tapi Bulan ibu yakin kau lah yang bisa merubah Wira, merubah sikapnya agar menjadi baik '' ucap Nyonya Nur panjang lebar, tidak setuju Bulan membatalkan rencana pernikahan mereka. Dan meyakinkan dirinya kalau Bulan lah yang bisa membuat Wira berubah.

''Tapi Bu, sepertinya ibu salah, karena mungkin Tuan memiliki keinginan yang lain sebagai calon istrinya, bukan seperti saya.'' Bulan mengucapkan kata terakhir nya dengan sangat pelan, sambil menunduk

''Kau ingin tahu, cara agar Wira segera mencintai mu?'' tiba-tiba Nyonya Nur bicarakan hal itu pada Bulan

Bulan yang penasaran pun segera menyahut

''bagaimana Bu caranya ?'' tanya Bulan

Ibu Nur pun membisikkan sesuatu kepada Bulan, Bulan langsung membulatkan matanya merespon bisikan majikannya ini,

''Apa, harus seperti itu Bu ?'' tanya Bulan seolah ragu untuk melakukannya

Ibu Nur mengangguk beberapa kali, ''Itu wajib kamu lakukan Lan, agar Wira mau menyukai mu, ibu sangat tahu kriteria anak itu.'' ujar Nyonya Nur dengan tertawa

Dalam hati Bulan berbicara, ''Kalau ibunya tahu kriteria anaknya seperti itu, lalu kenapa coba pria itu justru dipaksa menikah dengan nya, aneh bukan ?'' dalam hati Bulan bertanya-tanya.

''Gimana Lan,kamu setuju kan usul ibu?'' meminta jawaban Bulan.

''Bulan malu Bu, kalau harus lakuin yang ibu suruh tadi.'' jawab Bulan tersenyum malu.

''Kenapa malu, sama calon suami kamu ini'' lanjut Bu Nur meyakinkan Bulan.

''Kan masih calon Bu, belum resmi'' timpal Bulan

''Iya itu memang benar, tapi kan dua hari lagi kalian akan menikah, dan sudah pasti resmi jadi suami istri. maka dari itu, biasakan dari sekarang '' pesan ibu Nur

''Bulan coba nya nanti saja deh Bu setelah sudah menikah.''

''Yasudah, ibu tidak akan memaksa kok, tapi ibu punya satu cara lagi,''

''Apa bu?'' dengan wajah penasaran Bulan bertanya lagi dan ingin tahu.

''Belajarlah untuk cuekin dia, agar dia merasa kehilangan Bulan yang selalu menganggu nya, hilangkan Bulan yang centil.!'' ucap Bu Nur mengatakan juga menyuruh Bulan untuk melakukan seperti yang dia bilang..

Dan besoknya, Bulan sudah mulai sembuh, Ibu Nur, memberikan penanganan yang terbaik untuk Bulan, agar cepat sembuh. juga agar Acara pesta pernikahan nanti Bulan sudah sembuh..

Bulan akan mencoba saran yang kedua dari ibu Nur, untuk mendiamkan Wira, agar Wira merasa kehilangan dirinya katanya..

''Bulan, ke sini sebentar '' teriak Wira memanggilnya, ah kebetulan sekali nih, Tuan Wira memanggil dirinya.

''Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?'' tanya Bulan pada Wira begitu dia datang ke kamar Wira.

Dahi Wira seketika terangkat, Wira merasa asing dengan yang tadi Bulan sebutkan Tuan dan saya .

tumbenan nih anak panggil dirinya dengan Tuan, biasanya juga manggil dirinya Mas, juga tak ada ceria di wajahnya itu, aneh!

Tapi Wira coba tak membahas lebih akan hal itu, ''Lan, tolong cariin kaos kaki saya'' pinta Wira Kepada Bulan, memang Wira memanggil Bulan ini untuk membantu mencarikan kaos kaki hitam miliknya.

''Baik Tuan, saya coba Carikan ya.'' sahut Bulan masih dengan nada yang sama.

lagi-lagi Wira merasa ada yang aneh dengan sikap wanita ini, '' kenapa dia ?''

''Gimana sudah ketemu.'' saat Bulan menghampirinya yang sedang duduk di kursi menunggu Bulan sedang mencari tadi.

''Iya Tuan sudah, ini kaos kaki Anda.'' ujar Bulan sambil memberikan kaos kaki warna hitam itu pada Wira.

''Apa tidak ada lagi yang di butuhkan, saya sudah boleh pergi kan?'' Bulan bertanya.

Kenapa dengan perempuan itu, biasanya dia akan betah berlama-lama di dalam kamarnya, tapi lihatlah hari ini, hari masih pagi, tapi perempuan itu sudah menunjukkan ke aneh- han nya, benar-benar membingungkan Wira..

''Iya sudah, kau boleh pergi '' suruh Wira akhirnya

''Baik permisi.''

Wira menatap kepergian Bulan dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul,

''Kayaknya efek dari sakitnya yang kemarin itu, dia jadi hilang ingatan mungkin, mana mungkin di centil itu bisa berubah dalam sekejap saja, mana dia jadi irit bicara juga gak ada senyum-senyuman yang gak jelas kaya dulu, tapi .. kalau dia ngidap penyakit yang serius bagaimana? sangat mengerikan.. Tapi kamar ini terasa sepi tanpa ada cempreng- an nya dia..''

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!