Wira Keluar dari kamar mandi masih memakai pakaian yang sama, juga dirinya tak mandi lagi dan tak keramas. Karena yang Wira lakukan di dalam kamar mandi itu hanya mencuci muka, agar matanya tak ternoda dan bayangan keindahan itu hilang dari matanya.
Wira pria matang, tapi dia tidak pernah sekalipun mengeluarkan sesuatu dari inti tubuhnya. Karena Wira bukan pria yang seperti itu.
Gini-gini juga, Wira punya rasa kepercayaan bahwa melakukan itu adalah salah.
menaikkan miliknya sebelum menikah, mengeluarkan sesuatu yang belum waktunya. Tak pernah Wira lakukan..
Wira berjalan lagi menuju ranjang dan Ah, syukurlah tubuhnya wanita itu sudah kembali terbalut dengan selimut tebal.
Sebelum tidur Wira mengambil lagi selimut yang lain bukan karena ia jijik pada Bulan, hanya saja Wira tak mau bila memakai selimut yang sama, nanti kulitnya dan kulit wanita itu bersentuhan bisa-bisa Wira tergoda lagi..
Pria tampan itu mulai memejamkan matanya sampai akhirnya pagi pun datang,.
Tokk
Tok.
Suara pintu yang di ketuk dari luar.
''Bulan, bangun nak ini sudah mau lewat subuh..''
''Lan, Wir..Bangun sholat dulu..'' lagi suara Mama Nur terdengar membangunkan anak menantunya.
Bulan mendengar perlahan ia terbangun. Tapi seketika matanya terbelalak lebar terkejut dengan posisi dia sama seorang pria.
''Aaaaa....'' suara teriakan melengking memecah keheningan dan membangunkannya seorang pria yang matanya terpejam itu.
''Apa sih kenapa berteriak?'' sang pria mengomeli
Lalu membuka mata, saat pertama yang di lihat itu Buah dada yang sedikit menyembul keluar.
Bulan langsung menutupkan dengan tangan.
''Em apa itu?'' ucap Wira pelan sangat pelan.
''Maaf tolong menjauh'' suara seorang wanita menyadarkan Wira
Wira mendongak ia sekarang yang terkejut Bulan, dia ngapain sedekat ini.
''Hei, ngapain kamu lagi coba goda aku ya?'' tuduh Wira
''Tega sekali, tapi lihatlah apa yang Anda lakukan sekarang.'' Bulan coba menyadarkan Wira dengan menendang kaki Wira yang sedang berada di atas kakinya juga Wira posisinya miring memeluk Bulan.
Wira ikut mengarah pandangannya ke kaki, juga tangan .
Sial, kenapa dia yang memeluk wanita ini.
Wira segera bangun dan mengusap wajah kasar.
Bulan merasa lega dan tak keberatan lagi saat tadi tubuhnya di tindih Wira yang badannya jelas lebih besar dari tubuh Bulan.
''Wira, ini sudah siang. Cukup Nak kau membuat anaknya jangan buat Bulan menjerit-jerit lagi Wir..'' suaranya Mama Nur membuat Wira terlonjak
''Kamu tadi Ngapain teriak-teriak segala?'' selalu Bulan yang salah.
''Ya maaf pak.'' Bulan hanya menunduk
''Hah gimana ini, Mama sudah berpikir yang macam-macam tentang kita.''
''Macam-macam gimana?''.
Aduhh ini lagi buat Wira tambah kesal wanita yang polos ini huhh.
Tak sengaja Wira melihat rambut Bulan masih kering karena kan Bulan belum mandi juga Bulan tak perlu melakukan keramas sih sebenarnya karena mereka tak melakukan apapun sebelumnya.
Tapi ini akan menjadi keributan dan
pertanyaan yang membuat Wira pusing nantinya.
''Ayo bangun'' Wira turun dan memaksa Bulan ikut bangun.
''Mau kemana?'' tanya Bulan
''Kamu harus segera mandi, dan ya rambutmu di keramas Lan. Awas kalau tidak.''
''Kenapa harus di keramas segala pak. Aku gak mau dingin ah.'' tolak Bulan.
''Ishh cepat Bulan, jangan membantah. pokoknya cepat masuk dan basahi rambutmu itu sebasah mungkin.'' dengan tegas Wira bicara dan mendorong Bulan masuk kamar mandi.
Sementara sesudah Bulan masuk, Wira segera membuka bajunya dan hanya memakai celana pendek saja Wira langsung membuka pintu yang di luar sana sudah menunggu ibu-ibu yang bikin rusuh pagi ini.
''Hoammmm, ada apa Ma?'' dengan pura-pura masih mengantuk Wira bertanya dan buka pintu.
''Sudah siang, jangan tidur lagi ayo cepat pada mandi dan langsung sholat '' ujar Mama lagi.
''Iya Ma, sekarang si Bulan sedang mandi kok.''
''Ah ya baguslah, eh tapi ... ''
''Tapi apa?''
''Tadi Mama sempat dengar deh, Bulan barusan kaya menjerit gitu. Kamu habis bikin anak lagi ya kan Wir ?'' Mama bertanya dengan nada dan ekspresi begitu antusias.
'Ma, seingin itukah Mama, cucu dari kami. Tapi maaf Ma, Wira tidak bisa memenuhinya, Karena ... ''
''Malah bengong iya gak?'' tanya Mama lagi Suaranya sengaja di tinggikan.
Wira pun mengangguk sambil tersenyum seolah membenarkan.
''Jadi beneran itu Wir ?''
sekali lagi mengangguk.
''Ahh syukurlah, Mama senang banget Wir. Mama berharap secepatnya jadi di rahim nya Bulan.''
Kebetulan sekali, Mama masih di sana dan Bulan sudah selesai dengan mandinya. Senyum Mama semakin merekah saat Mama melihat Bulan keluar kamar mandi rambutnya basah..
'Ya, benar mereka sudah melakukan itu' batin Mama.
''Yasudah, kalian setelah selesai sholat langsung turun ke bawah ya, Mama buatkan kopi dan susu untuk Bulan juga.'' lagi Mama Nur sangat menunjuk eskpresi bahagia nya..
''Baik Ma.''
Pintu sudah Wira tutup, tapi ia tak menemukan keberadaan Bulan. Tadi sih ia sempat melihat anak itu keluar kamar mandi hanya memakai handuk pendek saja.
''Bulan, sudah kamu mandi nya?'' tanya Wira sambil mencari.
''I-iya sudah pak '' Bulan menyahut dan kembali masuk kamar mandi.
''Terus ngapain masih didalam Cepat keluar Bulan saya juga mau mandi ini'' ujar Wira.
Bulan membuka pintu dan menyembulkan kepalanya saja .
''Ayo keluar.'' Wira mendorong pintu tapi Bulan tahan dari dalam.
Bulan tiba-tiba menggeleng.
''Hahh, ada apa sih?'' Wira sudah mulai kesal
''Itu a-anu pak, aku .. aku malu,''
''Malu?''
''Ya malu kan ini A-aku hanya Pa-pakai handuk saja, tidak ada baju ganti pak.'' jelas Bulan dan tak mungkin ia memakai pakaian transparan itu lagi.
Cukup sekali saja!. batin Bulan menekankan..
''Astaga, benar-benar menyusahkan Makanya gue gak mau dekat dengan wanita tuh ya kaya gini ribet..'' Wira pun mengomel sendiri.
Tapi bagaimana, Wira malas mengambil baju ganti wanita ini di kamar nya yang dulu. Tapi mau gini terus dia ingin segera mandi di tambah nanti sang Mama akan ke sini dan buat keributan lagi.
Wira menggeleng...
Ia tiba-tiba melihat pada tempat pakaiannya.
Wira pun pergi lalu mendekati tempat lemari pakaian. Wira mencari-cari barangkali ada yang bisa Bulan pakai.
''Ahhh kayaknya ini saja.'' Wira bermonolog
Wira mengambil satu kemeja yang sedikit besar pasti pas di pakai oleh Bulan pikir Wira. Lalu segera Wira berjalan kembali mendekati arah kamar mandi
''Lan,'' Wira memanggil.
''Iya?'' kembali Bulan hanya menyembulkan kepala.
''Nih cepat kamu pakai baju saya dan setelah itu cepat ganti di kamar mu.'' perintah Wira sambil menyodorkan sebuah kemeja putih miliknya untuk di pakai Bulan.
''A-apa boleh pak ?'' tentu Bulan tak percaya Wira mau mengijinkan dirinya memakai pakaian milik Wira.
''Ya mau bagaimana lagi, saya terpaksa.'' Wira menekan kata terakhirnya.
'Ya benar itu benar.' Bulan menyadari
Yasudah Bulan pun mengambil dan segera ia pakai karena tubuhnya ini sudah menggigil .
Pintu Bulan buka tapi ia masih ragu untuk Keluar. ''Kenapa lagi, cepat Bulan.'' sentak Wira.
Bulan membuang nafas ke udara dia sedikit Grogi karena...?
''Ayo ce---pat.!'' ucapan Wira terbata saat lagi-lagi melihat paha putih mulus itu.
''Ohh ****..'' Wira mengumpat
Bulan menunduk malu karena rupanya kemeja ini tak bisa menutupi kaki jenjangnya juga paha nya ini masih terekspos.
''Hkmmmm,'' Wira berdehem saat tanpa di perintahkan sesuatu di bawah sana lebih hidup dan lebih mengeras ingin masuk.
''Sudah kamu Cepat ke kamarmu dan ganti lah baju yang pantas.!'' ujar Wira suaranya mendadak berat dan menahan sesuatu
''Iya baik.'' angguk Bulan.
Tak sengaja, Wira menatap leher wanita ini
Sebagai Pria dewasa Wira mengingat sesuatu.
''Sini dulu''
''Ada apa?''
Wira memegang kedua bahu Bulan dan ia menyingkap rambut Bulan yang menutupi leher wanita ini, lalu..
Gappppp
''Emh, A-apa yang A-anda la-lakukan p-pak'' pekik Bulan tertahan
''Ahh emmmh'' ada rasa sesuatu yang Bulan tak bisa jelaskan saat Wira menyedot dan menjilat juga menggigit kecil lehernya,
Sedikit geli, dan nyeri pedih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments