Semua langsung terdiam dengan keterkejutan nya, dimana tadi Nyonya Nur mengatakan bahwa calon istri Wira adalah Bulan, Bulan anaknya asisten rumahnya sendiri ?
''Apa kau sedang tidak bercanda Nur?'' tanya ibu mertuanya.
''Aku tidak bercanda Bu, aku sangat serius.'' jawab Nur
''Tapi ... '' Ucapan nenek Wira menggantung karena tak enak hati pada mbok Marni.
''Bulan, kenapa dengan Nyonya Nur, apa beliau sedang sakit?'' mbok Marni bertanya pada Bulan, dan mengira majikannya itu sedang tidak enak badan.
''Bulan juga tidak tahu Bu, tapi tadi juga sempat nyonya bicarakan hal ini pada bos Wira.'' Bulan mengatakan.
''Jadi, maksudnya Nyonya ini tidak sedang bercanda atau bagaimana bulan? ibu masih terkejut '' tanya ibunya.
''Sama Bu, Bulan juga masih belum mengerti.''
''Ma ... '' tiba-tiba suara Wira mengalihkan perhatian semuanya, dan langsung menatap padanya.
Wira menghampiri Mama Nur, dan berkata.''Ma, Mama apa apaan sih, kenapa membicarakan hal ini lagi, di depan umum segala.'' ucap Wira.
''Kenapa memangnya Wir? Bagus dong Mama beritahu semuanya soal kebahagiaan mu, yang akan menikah '' justru itu perkataan Mama nya.
Wira mengeluarkan nafas panjang..
Sangat-sangat menguras energi bicara dengan wanita ini, yang tak lain adalah ibunya sendiri.
''Memang tidak ada perempuan lain Wir? sampai kau harus menikah dengan anak pembantu, di rumahmu sendiri lagi ?'' suara Tante nya menyahut.
''Tidak ada salahnya Wira menikah dengan Bulan, dia anak yang baik.'' Mama Nur membela Bulan.
Padahal yang dikatakan ipar nya adalah benar.
''Tapi kan masih banyak perempuan yang sepadan dengan Wira Mbak, pasti banyak juga yang menginginkan jadi istri Wira, tentunya lebih baik dari Bulan.'' Tante Wira menyahut lagi.
''Kamu benar, tapi Mbak sudah bulat putuskan tentang hal ini.'' kekeh Mama Nur dengan keinginannya.
Sepupu Wira tampak sangat keberatan, ''Maaf Tante, sepertinya Wira tidak setuju dia menikahi Bulan.'' Silmina ikut bicara.
''Wir, aku yakin kau tidak setuju kan, menikah dengan Bulan ?'' bertanya langsung pada Wira.
''Saya ... '' belum sempat Wira mengatakan nya tiba-tiba Mama Nur tubuhnya lemah dan mau jatuh ambruk.
''Astaga, Ma, Mama kenapa ?'' Wira menahan tubuh Mama Nur, agar tubuhnya tidak jatuh kelantai.
Mama Nur memegang kepalanya, '' Mama merasa pusing, pandangan Mama rasanya kabur Wir,'' ucap Mama mengatakan yang di rasa.
''Ayo Ma, istirahat dulu.'' ajak Wira dan menuntut Mamanya duduk di kursi.
''Nur, istirahat lah.'' suruh mertuanya dengan menatap khawatir.
''Iya,Bu'' mengangguk lemah.
Dari hari itu, Rupanya keadaan Nyonya Nur semakin memburuk. Ibu Wira ini sampai harus di rawat intensif,
''Wira .. '' memanggil dengan lirih.
''Iya Ma, Mama butuh sesuatu ? Mama ingin apa ?'' Wira segera mendekati Mama nya yang berbaring lemah.
Ibu Nur menggeleng ''Tidak Nak, Mama tidak ingin apapun, hanya .. ''
''Hanya apa, Ma? katakan sama Wira.''
''Hanya Mama ingin segera menggendong cucu dari kamu.'' tiba-tiba Mama Nur meminta hal itu lagi.
''Ma.''
''Mama mohon.. '' dengan nafas tersengal.
Wira sangat panik melihat nafas ibunya, Wira ingin memanggilnya Dokter, tapi Nyonya Nur mencegah dengan masih kukuh hanya ingin cucu dari Wira..
…
Tok Tok..
Bulan mengetuk pintu kamar majikannya,
"Masuk."suruh seseorang dari dalam.
pintu Bulan buka, dan dia segera masuk "Permisi Bu, Anda memanggilku ?" tanya Bulan kepada Nyonya Nur.
"Iya Bulan, kemari lah Nak." panggil ibu Nur.
Bulan berjalan semakin mendekat.
"Ada apa Bu ? Dan gimana sekarang kondisi Ibu ?" tanya Bulan penuh perhatian.
''Saya kadang masih merasa sakit di dada, tapi, saya akan langsung sembuh kalau .. '' Bu Nur sengaja menggantung ucapannya.
''Kalau? Kalau apa ya Bu?'' tidak mengerti.
''Kalau kamu mau menikah dengan Wira.'' tiba-tiba ucap Bu Nur.
''Menikah? Apa .. ini suatu bercandaan kah?''
''Tidak Bulan, saya sangat serius, tolong kamu terima,! karena saya sudah cocok sama kamu. Dan saya yakin kamu yang terbaik buat Wira.''
''Tapi Bu, sepertinya Bos Wira tidak menyukai ku, juga aku ini adalah orang tak berada, bahkan aku hidup dari gaji yang Ibu berikan.'' ucap Bulan lirih.
''Bulan, apa Ibu pernah membeda-bedakan orang Nak?''
Bulan segera menggeleng, memang benar, Ibu Nur ini selalu menganggap semuanya sama.
''Jadi, kau bersedia kan menikahinya anakku?'' kembali meminta persetujuan.
''Aku coba bicarakan dulu dengan Ibu ya Bu Nur.'' ucap Bulan.
''Baiklah,''
''Aku permisi Bu, dan aku doakan Ibu segera sembuh.''
''Terima kasih Bulan.''
Bulan balas tersenyum dan berlalu keluar.
Bertepatan dengan itu, rupanya Wira baru pulang dari kantor, dan Wira ingin melihat kondisi ibunya, tapi di depan pintu, dia bertemu dengan Bulan.
''Sedang apa kamu disini? di kamar Mama?'' tanya Wira dengan tatapan curiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments