bab 5

''Bulan .. '' Seseorang memanggil Bulan dengan sangat keras.

keduanya menoleh dengan terkejut mendengar Suaranya yang nyaring.

Lalu Bulan coba berdiri, dan juga pria itu melepaskan tangannya dari tubuh Bulan.

pria yang tadi memanggil Bulan segera berjalan mendekati mereka.

''Bulan, ayo cepat pulang !'' suruhnya menarik tangan Bulan.

''Tunggu .. ''Cegah pria yang menabrak Bulan tadi.

Wira segera menatap pria itu dengan penuh tanya ? kenapa dia mencegah ?

Lalu si pria itu melepaskan kacamata nya, dan kini jelas tatapannya terarah kepada Wira.

Alis Wira langsung mengernyit sepertinya dia mengenali pria ini?

''Wira, Lo Wira kan?'' tebak pria itu

Wira mengangguk ''Lo sendiri,?''

''Gue Angga, Lo masih ingat?''

''Angga? Angga yang saat kecil suka naik pohon rambutan gue?'' tebak Wira

''Oh astaga, Ck.. kenapa uang yang Lo ingat akan hal itu Wir,'' dengus Angga.

''Sorry Bro, habisnya kelakuan Lo, ah begitulah.'' desis Wira ingi. rasanya dia memekik mengingat dulu kebiasaan Angga,

''Gimana kabar Lo Wir?'' tanya Angga, kini mereka berlanjut ngobrol di restoran. tentu Wira yang mengajak.

''Kabar gue sangat baik, ya, seperti yang Lo lihat, Lo sendiri gimana?'' tanya balik Wira pada Angga

''Gue sih baik juga Wir, hanya, keadaan ekonomi gue yang sedang tidak baik-baik saja.'' balas Angga. raut wajahnya mendadak sedih

''Kenapa Ngga? Apa yang terjadi memangnya?'' Wira bertanya penasaran.

''Perusahaan bokap gue bangkrut Wir.'' jelas Angga lirih

''Kenapa bisa?'' Wira ikut terkejut dan merasa prihatin.

''Ceritanya panjang sih Wir, tapi intinya bokap kena tipu sehingga semua investasi harus terjual untuk membayar kerugian.'' jelas Angga lagi

''Yang sabar Bro, terus sekarang Lo kerja dimana?'' Wira ingin tahu.

''Gue masih menjalankan satu bisnis yang gue jalanin, tapi ya, itu masih tidak cukup untuk membiayai kehidupan keluarga gue'' ucap Angga.

''Ngga?'' Wira memanggil

''Hm?'' tanya Angga lewat alisnya.

''Kalau Lo mau, Lo bisa kerja sama gue, tapi gue gak maksa kok.'' ujar Wira

''Kerja nya apaan Wir?'' tentu Angga harus tahu dulu dong ya!

''Hanya jadi asisten gue kok Ga, gimana?''

Angga sepertinya tertarik dia pun setuju, dan mulai besok Angga sudah bisa bekerja dengan Wira menjadi asistennya.

Bulan menghampiri mereka, yang baru selesai dari toilet.

''Maaf ya Pak Bos, menunggu lama.'' ucap Bulan begitu duduk

Wira hanya diam, tapi dalam hatinya bicara, Siapa juga yang menunggunya, tidak ada.

''Em Wir?''

''Kenapa Ngga?''

''Ini siapa ya?'' Anggo mulai menanyakan Bulan. Angga menunjuk Bulan

''Ini anaknya pembantu di rumahku.'' jawab Wira.

Bulan mendengus, dia kira Wira akan memperkenalkan nya sebagai calon ibu dari anak-anaknya gitu, jangan mimpi Bulan

''Masa sih Wir, kok bisa anaknya pembantu se cantik ini.'' puji Angga merasa tak percaya

''Cantik? yang benar saja.'' ucap Wira pelan. sangat pelan.

''Memang dia cantik Wir,'' kekeh Angga

''Sebaiknya Lo periksakan mata Lo deh Ngga.!''

''Kenapa memangnya?'' Angga merasa kebingungan.

Bulan tak mau mendengar Jawaban lebih dari mulut Wira, Bulan segera menyahut lebih tepatnya mengalihkan pembicaraan mereka.

''Lalu Mas ini siapa? kenapa bisa kenal sama Bos Wira?'' gantian Bulan yang bertanya siapa pria berotot ini.

''Saya Angga,''

''Dulu dia teman kecilku, sempat jadi tetanggaku.'' sahut Wira.

Oh. Bulan manggut-manggut.

''Siapa mamamu?'' tanya Angga pada Bulan.

''Aku Bulan Puteri Cahyani Ningrum.'' jawab Bulan dengan menyebutkan nama panjangnya sekaligus.

Angga sampai melongo . .

''Kenapa panjang sekali namanya?''

''Tidak panjang kok Mas, segitu mah.''

''Harusnya kau cukup jawab dengan menyebut Bulan saja, tak perlu dengan nama panjang mu segala.'' Wira menjelaskan. dengan cetus.

''Ooh begitu, ya harusnya, hehe maaf Mas, kalau bingung. Iya, panggil Bulan saja!''

Angga mengangguk sambil tersenyum..

''Asik juga ngobrol dengan kamu.'' tiba-tiba ucap Angga, merasa terhibur dengan kepolosan Bulan

Dalam hati Wira kembali bicara, ''Si Angga belum tahu saja, bagaimana centilnya juga asli sifat wanita itu.''

Jelas Wira tahu, karena mereka tinggal satu atap sudah Sepuluh Tahun.

Sekarang mereka sudah mau pulang.

Bulan kebingungan karena ternyata Pria yang bernama Angga ini ikut juga ke rumah majikannya.

''Pak Bos, kok Mas Angga ikut juga pulang ke rumah ?'' bisik nya Bulan duduk di samping Wira, sementara Angga duduk di depan bersama Pak supir.

''Iya karena mulai sekarang Angga bekerja dengan saya juga.'' jawab Wira.

''Oh gitu ya.'' Bulan mengerti.

Tibalah di rumah,

Wira ingin Angga tinggal juga di rumahnya ini, tapi rupanya Angga menolak, dan memilih untuk tinggal di apartemen ya saja, tapi tetao bila sewaktu-waktu Wira membutuhkannya Angga akan langsung datang..

Sekarang Angga berniat ingin menjenguk Nyonya Nur, yang saat waktu dia kecil dulu, Nyonya Nur begitu sangat baik padanya, sudah menganggapnya anak seperti Wira.

''Tante, apa kabar?'' tanya Angga menghampiri dan menyapa Nyonya Nur yang sedang berada di ruang televisi.

Ibu Nur menatap pada Angga dengan tatapan penuh tanya?

''Saya Angga Tante.'' ungkap Angga mengatakan

''Angga, Angga anaknya Ayu?'' tebak Ibu Nur

''Benar Bu, saya anaknya Mama Ayu, saya dengar dari Wira kalau Tante sedang sakit ya?.'' jawab Angga.

''Bagaimana kabar Mama kamu? kenapa kamu sudah jarang kesini, bahkan kamu sudah melupakan saya mungkin.'' canda Mama Nur.

''Iya Tan, maaf kalau Angga sudah jarang menemui Tante, kabar Mama juga baik Tan.''

''Iya, syukurlah Ga, kalau kabar Mama mu baik. Oh ya kenapa bisa kamu bertemu lagi dengan Wira, apa kalian sengaja janji temu?'' Mama Nur penasaran, langsung menanyakan.

Lalu Angga menceritakan saat di pasar tadi, juga tentang kehidupannya, dan dimana Wira menawarkan nya pekerjaan. Tentu Mama Nur sangat senang juga setuju keputusan Wira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!