''Wira, kapan kau akan memberikan cucu untuk Mama ?'' Selalu saja itu yang Wira dengar dari ibunya, tidak bisakah sekali saja saat bertemu tidak menanyakan hal ini? Kesal tentu. Dalam hati Wira ngedumel.
''Ma, Wira mohon. Untuk sekali saja, stop menanyakan hal ini!'' ucap Wira memohon lewat matanya.
''Wir, kenapa kau berkata seperti itu ? Mama bicara seperti ini karena Mama sayang padamu Nak, Mama ingin nantinya kau ada yang mengurus.'' ucap Mama Nur
''Tapi Ma, Wira merasa lelah harus berdebatkan hal ini terus-menerus dengan Mama.'' jelas Wira, karena ini bukanlah yang pertama mereka berdebat akan hal ini.
''Yasudah, kalau kamu tidak mau berdebat terus sama Mama. Berarti kamu harus menuruti keinginan Mama.!'' sahut Mama Nur
Wira menghela nafas panjang... Berdebat dengan ibunya tidak akan membuatnya menang.
''Ma, Mama kan tahu, Wira masih belum punya kekasih. Lalu, bagaimana bisa sekarang Mama meminta cucu?'' sungguh konyol keinginan ibunya ini.pikir Wira
''Itu masalah gampang.'' seru Mama Nur seolah itu hal yang tak perlu dipikirkan.
''Gampang? gampang gimana maksudnya Mama ?'' tentu Wira penasaran.
''Kau tenang saja, tentang hal itu. Mama sudah menyiapkan calon untukmu, kau tinggal setujui lalu, kau berikan lah Mama cucu.!''
Wira langsung melongo di tempat, ''Memang siapa, Ma?''
''Ada, tuh si Bulan.'' jawab Mama Nur singkat namun sangat jelas.
''Si Bu- bulan ?'' ulang Wira semakin terkejut.
''Hm, benar. Bulan'' Mama Nur menjelaskan
''Jangan bilang si Bulan, anaknya mbok Marni ?'' tebak Wira dengan berharap bukan Bulan yang dia inginkan.
''Iya, benar, memang Bulan yang mana lagi, yang Mama kenal.'' jawab Mama Nur, sangat membuat Wira lemas seketika
''Wira sangat-sangat tidak setuju.'' tolaknya tegas
Apa apaan, Mama nya ini, tiba-tiba mau menikahkannya dengan perempuan centil itu, ini bukanlah lelucon yang baik.. Tidak, ini tidak boleh terjadi.
''Kenapa memangnya ? Mama sangat suka dengan anak itu, dia sangat rajin dan pintar, juga dia cantik kok.'' ucap Mama sambil memuji Bulan.
''Ya, sudah jelas dia rajin, dia 'kan anaknya mbok Marni. Tapi Wira pokoknya menolak.'' tolaknya Wira lagi.
''Memang kau ingin wanita yang seperti apa Wira,? Semua kau tolak, jadi kau memilih calon istri yang seperti apa ?'' Mama nya sampai kebingungan dengan anak satu-satunya ini.
''Ya ... pokoknya jangan sama yang anak pembantu juga lah, Ma.''
''Kenapa memangnya dengan anak pembantu ? Apa salahnya ? toh asalkan dia dari keluarga yang baik, dan Mama tahu dengan sikap keluarganya.'' jelas Mama
''Tapi Wira, gak suka dengan sikapnya itu.. Yang sangat centil.'' Wira mulai mengatakan alasan penolakannya.
''Ah, itu bukan masalah yang serius, pokoknya Mama ingin segera kau menikah dengan Bulan secepatnya !'' Mama Nur bicara dengan serius.
''Ma _ ''
''Sttt, tidak ada penolakan, kau sudah sangat tua untuk memiliki anak, Mama takutnya kau susah memberikan Mama cucu, kalau kau lama lagi memilih calon istri.'' Dan setelah mengatakan itu, Mama melengos pergi. meninggalkan Wira yang membuka mulutnya saat ingin mengucapkan penolakannya tadi.
Wira menatap kepergian ibunya dengan perasaan yang dongkol,
''Sial banget, sebenarnya apa yang dia katakan kepada Mama,? Gue yakin pasti dia mengatakan sesuatu sama Mama, karena tidak mungkin Mama tiba-tiba menawarkan dia menjadi istri gue.'' Wira berbicara sendiri, dengan berpikir dan menuduh hal itu pada Bulan.
…
Wanita cantik nan imut sedang mencari bunga di taman belakang rumah majikan ibunya,
"Bulan... Bulan." mbok Marni yang tak lain adalah ibunya memanggil.
"iya Ibu, ada apa ?" teriak Bulan menyahut.
"Kamu kesini dulu Nak," panggil mbok Marni lagi dan menyuruh Bulan menemuinya.
"Ada apa Bu?" setelah menghampiri.
"Ibu mau ke pasar dulu, tolong kamu jemur pakaian milik Den Wira ya.!" suruh mbok Marni.
"Mas Wira nya, sudah berangkat ke kantor belum Bu?" tanya Bulan lebih dulu.
"Huss, berapa kali Ibu katakan, Jangan menyebutnya seperti itu lagi! Sebut beliau Tuan. Beliau majikan kita." mbok Marni mengingatkan Bulan.
Bulan hanya cengengesan, "Ah, Bu, biarkan saja lah aku memanggilnya seperti itu, toh dianya juga sedang tidak ada di sini.". ucap Bulan . Yang mulai terbiasa memanggil Wira dengan sebutan Mas
''Kamu ini, kalau di nasehatin suka menjawab, sudah, cepat jemur pakaian nya!'' suruh mbok Marni lagi
''Iya, iya Bu, Aku ke tempat jemuran sekarang.'' sahut Bulan dengan berjalan menuju tempat jemur. di atas
Malam hari,
Wira sudah pulang dari kantor nya, ia memasuki rumah dengan menenteng tas miliknya, yang berisi berkas penting.
Bertepatan dengan itu dia melihat Bulan sedang berjalan baru keluar dari dapur.
''Hei Bulan,'' Wira memanggil
Bulan menoleh dan bibir melengkungkan langsung terukir di bibirnya.
''Eh, Mas, baru pulang?'' Bulan menyapa. Tapi..
''Apa? Mas?'' Wira mengulang
''Oh- , Maksud nya aku Tuan Mas Bos Wira.'' Bulan meng ralat lagi ucapannya.
''Bawakan ini ke kamarku!'' Wira menyuruh Bulan membawaku tas nya.
''Oh baik Mas,Eh Bos.''
''Cepat, jangan banyak bicara kamu, cepat ke kamar saya!'' perintah Wira lagi
''Iya baik Tuan.'' dengan patuh Bulan mengikuti langkah Wira dan ikut masuk kedalam kamarnya,
Bulan, wanita cantik nan imut karena tubuhnya sedikit pendek di banding tubuh Wira yang tinggi dan kekar, pastinya.
''Tunggu disini, sampai saya beres mandi!'' ujar Wira dengan memerintah lagi.
''Baik.''
''Jangan kemana-mana,dan jangan melihat barang-barang di kamar ku ini!'' mengingatkan lebih tepatnya melarang .
''Iya, baiklah Bos.''
''Bagus,'' Wira pun segera masuk ke dalam kamar mandi, karena tubuhnya sangat lengket. Setelah melakukan aktivitas di luar.
Bulan menatap sekeliling ruangan kamar Wira, ''Sangat misterius sekali kah? kamar ini, Ada rahasia yang dia punya kah? sampai-sampai aku tidak boleh menyentuh barang barangnya? Namun kaki Bulan ia gerakkan ke suatu tempat yang memang sangat ingin Dia masuki sejak lama,
Belum sempat Bulan memegang handle pintu ruangan itu tiba-tiba
Ceklek , sudah ada suara orang membuka kunci pintu,
dengan cepat Bulan berlari ke tempatnya semula tadi dia berdiri,
Wira keluar dengan memakai jubah handuk.lalu netra nya dia tunjukkan pada Bulan, Bulan langsung tersenyum sangat manis.
''Tidak berjalan jalan kemanapun kan kamu?''.tanya Wira
Bulan segera menggeleng, ''Ah, tidak kok Bos, aku tidak kemanapun.'' bohongnya.
''Baguslah.''
Kini mereka sudah duduk saling berhadapan, Hm sangat romantis sekali kalau di depan meja ini ada makanan, lalu Wira menyuapinya. Pikirkan Bulan sudah melanglang kemana-mana..
''Bulan.'' Wira segera memanggil
''Iya,'' Bulan pun langsung menoleh dengan kembali pada kenyataan kalau tadi dia itu sedang menghayal.
''Kamu mengatakan apa kepada Mama ku?'' Wira mulai mengintrogasi.
''Mengatakan bagaimana ya Bos maksud Anda,?'' dengan wajah tak mengerti Bulan balik bertanya.
''Apa yang kau katakan pada Mama, sampai-sampai Mama ku, memintaku menikahi mu.'' Wira menjelaskan, tentang ucapannya.
Reaksi Bulan awalnya terkejut tapi lama-lama Senyum terukir di wajahnya.
''Hei, Ayo cepat katakan.'' bentak Wira, mengagetkan juga membuyarkan lagi lamunan Bulan.
''Bulan, cepat bilang, apa yang kau katakan kepada Mama, sampai Mama meminta saya untuk menikah dengan mu?'' tanya Wira terus mendesak agar Bulan bicara.
Tapi Bulan masih bergeming karena jujur dia belum mengerti,
''Apa, kau sengaja menyuruh Mama, untuk menikahkan saya dengan kamu?'' tebak Wira lebih tepatnya menuduh.
''Tuan sangat jahat.'' lirih Bulan berbicara
''Jahat? Saya hanya bertanya, Bulan. Sudah cepat bilang apa yang kau inginkan, uang?'' lagi Wira menuduh semakin kemana-mana.
''Hikss, Aku tidak menyangka ternyata Tuan ini sangat jahat, menuduh tanpa bukti, aku tidak tahu apa-apa kok, tapi Tuan begitu teganya menuduh aku berbuat hal yang licik dan menuduh aku ingin uang '' ucap Bulan sampai menitikkan air mata.
''Lalu kenapa bisa, Mama tiba-tiba meminta ku cucu, dan harus kau orangnya yang harus saya nikahi ?'' sebenarnya disini Wira hanya merasa tersudutkan juga, jadi dia merembet kemana-mana. Sampai menuduh Bulan
''Ya mana aku tahu, tapi asal Tuan tahu, aku tidak pernah mohon-mohon pada nyonya untuk menikah dengan Tuan.'' Walau sebenarnya itu adalah impian Bulan untuk bisa menikah dengan pria tampan ini, jelas untuk memperbaiki keturunan dong!
Wira nampak frustasi, ''Oh ya, nanti kalau Mama mendesak mu, untuk menikah dengan saya, kau tolak saja ya, Bukan!'' ucap Wira menyuruh Bulan untuk menyetujuinya keinginannya.
Bulan sebenarnya sangat berat untuk menyetujuinya, karena lagi-lagi ini keinginan nya juga. hehe
''Hei, Bulan. Kau dengar yang ku suruh tidak.'' sentak Wira
''Iya ...'' hanya itu lah jawaban Bulan,
''Ingat ya,kau harus menolak.'' ucap Wira sekali lagi
Bulan hanya mengangguk saja, Tapi dalam hati dia tidak berjanji.
''Yasudah, sekarang kau pergilah dari kamar ini, saya mau istirahat.!'' ucap Wira
''Apa .. mau di pijat dulu Bos '' tawar Bulan. masih berdiam diri di tempat.
''Tidak ada, sudah cepat keluar dan tidurlah !'' Wira sudah tahu akal pikiran perempuan centil itu, yang selalu kelewatan batas.
Pernah suatu ketika, Wira sangat merasa kesakitan di sekujur tubuhnya, dia baru melakukan perjalanan bisnis.Dan saat itu Wira baru sampai ke rumah, tubuhnya sangat sakit semua
saat itu, Wira meminta Bulan untuk memijat nya,hanya di lengan.
Tapi apa yang di perbuat wanita pendek itu, dengan sengaja ya dia menyenggol pusaka Wira, bahkan sedikit meremasnya.
Tentu itu membuat Wira memekik terkejut, dari sejak itu, Wira menghindar saat Bulan menawarkan nya untuk di pijat. Padahal saat itu sungguh Bukan tidak sengaja..
''Yasudah deh, kalau tidak mau, aku sih kasihan saja pada Bos, yang pasti merasa cape sudah bekerja.''
''Banyak bicara sekali sih kamu, saya suruh keluar tuh cepat pergi.'' melotot pada Bulan
''Iya,iya dasar galak.'' cetus Bulan dengan berlalu pergi juga.
Wira tidak pernah marah saat Bulan berbicara seperti itu kepadanya, karena mereka hidup di atap yang sama namun beda keadaan, jadi Wira sudah sangat paham dengan tingkah laku perempuan itu.
Wira, pria itu berumur 31 Tahun,di umurnya saat ini dia masih menjomblo, belum pernah sekalipun dia mempunyai kekasih, dan itu membuat nyonya Nur, sangat ketakutan ada yang tidak beres dengan anaknya, sehingga Nyonya Nur memutuskan untuk menikahkan Wira dengan Bulan.
Bulan, Gadis cantik, namun sedikit pendek di banding Wira,
Bulan berumur 25 Tahun, dan sering bermimpi menikah dengan pria tampan juga seorang Bos..
…
Pagi hari..
Bulan bangun dari tidurnya, dia menggeliat seluruh tubuh yang sehabis tidur itu.
''Hoam .. sudah pagi rupanya '' menatap jam dan sedikit cahaya di celah jendela.
Bulan pun bangun dan pergi ke kamar mandi, lalu setelah itu,Bulan membantu ibunya yang sedang berkutat di dapur,
''Bulan.'' Nyonya Nur memanggilnya
''Iya Bu, ada apa ?'' tanya Bulan sopan.
''Kemari sebentar, tolong bantu Ibu bawakan beberapa barang!'' suruh ibu Nur.
''Oh baik Bu,'' sahut Bulan mengangguk.
Bulan pun membawa beberapa barang, seperti kue, minuman gelas,juga beberapa buah dan sayuran dan banyak lagi.
Rasanya sangat penasaran kalau dia hanya berdiam diri saja, tanpa bertanya. Akhirnya dia pun bertanya pada Nyonya Nur.
''Maaf Bu, mau ada acara apa ya,?'' tanya Bulan akhirnya.
''Ooh ini, Ibu mau mengadakan acara syukuran tahunan atas meninggalnya almarhum Ayah Wira.'' jelas Nyonya Nur mengatakan.
''Oh begitu, pantas ada banyak sekali yang Ibu beli.'' sambil manggut-manggut.
''Iya, ayo bantu Ibu lagi.!''
''Iya Bu ayo.''
Acara pun sudah mau di mulai,
Dan beberapa kerabat dekat Ibu Nur,juga sudah pada datang,
Ada juga Sepupu Wira pun ikut hadir.
Disini Bulan jelas melihat ada satu orang perempuan yang dari pertama datang, sampai sekarang selalu menatap pada Wira.
''Sepertinya, perempuan itu menyukai Mas Wira, tapi .. Dia kan masih saudara nya mas Wira.'' dalam hati Bulan bicara.
Sekarang Acara sudah di mulai. Wira sedang duduk bersama sepupu nya juga, anak dari kakak Ayahnya Wira.
Kali ini Bulan menangkap sepertinya Wira selalu lebih dekat dengan pria itu, Pria yang bernama Rendy. dibanding dengan sepupunya yang lain.
Padahal Sepupu yang perempuan itu sangat cantik cantik.
''Wir, gue numpang ke toilet kamar Lo.'' ucap Rendy meminta ijin
''Iya sudah pergilah,'' sahut Wira.
Rendy pun pergi..
diam-diam, Bulan coba lebih mendekat pada Wira,
''Mas..'' panggil Bulan pada Wira. setengah berbisik
Wira langsung mendelik tajam, ''Oh- Bos, apa mas Rendy sudah punya kekasih belum sih Bos?'' tanya Bulan, sangat kepo
''Kenapa tanya gitu?''
'' sepertinya ada yang aneh deh, dengan kelakuan Rendy.'' tiba-tiba ucap Bulan. masih berbisik, sengaja
''Jangan bicara yang tidak-tidak kamu ini, dan apa maksudmu itu ? mengatakan aneh tentang Rendy ?'' tanya Wira.
''Bukan begitu, soalnya aku tidak pernah melihat mas Rendy ini gandeng pacarnya. juga sepertinya mas Rendy - .
''Bulan '' bentak Wira
memotong ucapan Bulan.
Mata Wira seketika melotot ke arah Bulan, Wira mencekal lengan Bulan dengan sangat kencang. ''Jaga bicara mu, saya diam bukan berarti kau bisa bicara se enaknya. saya tidak suka kau berbicara seperti itu lagi terhadap Rendy.'' cetus Wira. dan melepaskan cengkeramannya dengan kasar .
''Awhh... '' Bulan meringis, ia mengusap usap lengannya yang sakit.
Kenapa dia marah padahal aku belum selesai bicara, padahal ingin ku katakan mas Rendy ini sama dengannya yang masih saja menjomblo..'' Bulan bersungut-sungut kesal.
…
''Harap semuanya diam dulu,'' tiba-tiba Nyonya Nur menghentikan suara ricuh para tamu.
''Ada apa Nur?'' tanya Ibu mertuanya yang masih sehat.
''Saya mau mengatakannya sesuatu ini tentang anak saya Wira ... Sebentar lagi saya ada rencana akan mengadakan acara pernikahan putra saya.'' ucap Nyonya Nur.
Itu sukses membuat semua saling pandang, dan saling berbisik, menanyakan siapa calon istri Wira ini?
''Benar kah Nur, Wira akan menikah juga?'' tanya neneknya dengan senang.
''Benar Bu.'' jawab Nur.
''Tapi, dengan siapa Nur?'' tanya mertuanya kembali
''Dengan ... Bulan''
Jlep . . semua langsung diam .
Semua langsung terdiam dengan keterkejutan nya, dimana tadi Nyonya Nur mengatakan bahwa calon istri Wira adalah Bulan, Bulan anaknya asisten rumahnya sendiri ?
''Apa kau sedang tidak bercanda Nur?'' tanya ibu mertuanya.
''Aku tidak bercanda Bu, aku sangat serius.'' jawab Nur
''Tapi ... '' Ucapan nenek Wira menggantung karena tak enak hati pada mbok Marni.
''Bulan, kenapa dengan Nyonya Nur, apa beliau sedang sakit?'' mbok Marni bertanya pada Bulan, dan mengira majikannya itu sedang tidak enak badan.
''Bulan juga tidak tahu Bu, tapi tadi juga sempat nyonya bicarakan hal ini pada bos Wira.'' Bulan mengatakan.
''Jadi, maksudnya Nyonya ini tidak sedang bercanda atau bagaimana bulan? ibu masih terkejut '' tanya ibunya.
''Sama Bu, Bulan juga masih belum mengerti.''
''Ma ... '' tiba-tiba suara Wira mengalihkan perhatian semuanya, dan langsung menatap padanya.
Wira menghampiri Mama Nur, dan berkata.''Ma, Mama apa apaan sih, kenapa membicarakan hal ini lagi, di depan umum segala.'' ucap Wira.
''Kenapa memangnya Wir? Bagus dong Mama beritahu semuanya soal kebahagiaan mu, yang akan menikah '' justru itu perkataan Mama nya.
Wira mengeluarkan nafas panjang..
Sangat-sangat menguras energi bicara dengan wanita ini, yang tak lain adalah ibunya sendiri.
''Memang tidak ada perempuan lain Wir? sampai kau harus menikah dengan anak pembantu, di rumahmu sendiri lagi ?'' suara Tante nya menyahut.
''Tidak ada salahnya Wira menikah dengan Bulan, dia anak yang baik.'' Mama Nur membela Bulan.
Padahal yang dikatakan ipar nya adalah benar.
''Tapi kan masih banyak perempuan yang sepadan dengan Wira Mbak, pasti banyak juga yang menginginkan jadi istri Wira, tentunya lebih baik dari Bulan.'' Tante Wira menyahut lagi.
''Kamu benar, tapi Mbak sudah bulat putuskan tentang hal ini.'' kekeh Mama Nur dengan keinginannya.
Sepupu Wira tampak sangat keberatan, ''Maaf Tante, sepertinya Wira tidak setuju dia menikahi Bulan.'' Silmina ikut bicara.
''Wir, aku yakin kau tidak setuju kan, menikah dengan Bulan ?'' bertanya langsung pada Wira.
''Saya ... '' belum sempat Wira mengatakan nya tiba-tiba Mama Nur tubuhnya lemah dan mau jatuh ambruk.
''Astaga, Ma, Mama kenapa ?'' Wira menahan tubuh Mama Nur, agar tubuhnya tidak jatuh kelantai.
Mama Nur memegang kepalanya, '' Mama merasa pusing, pandangan Mama rasanya kabur Wir,'' ucap Mama mengatakan yang di rasa.
''Ayo Ma, istirahat dulu.'' ajak Wira dan menuntut Mamanya duduk di kursi.
''Nur, istirahat lah.'' suruh mertuanya dengan menatap khawatir.
''Iya,Bu'' mengangguk lemah.
Dari hari itu, Rupanya keadaan Nyonya Nur semakin memburuk. Ibu Wira ini sampai harus di rawat intensif,
''Wira .. '' memanggil dengan lirih.
''Iya Ma, Mama butuh sesuatu ? Mama ingin apa ?'' Wira segera mendekati Mama nya yang berbaring lemah.
Ibu Nur menggeleng ''Tidak Nak, Mama tidak ingin apapun, hanya .. ''
''Hanya apa, Ma? katakan sama Wira.''
''Hanya Mama ingin segera menggendong cucu dari kamu.'' tiba-tiba Mama Nur meminta hal itu lagi.
''Ma.''
''Mama mohon.. '' dengan nafas tersengal.
Wira sangat panik melihat nafas ibunya, Wira ingin memanggilnya Dokter, tapi Nyonya Nur mencegah dengan masih kukuh hanya ingin cucu dari Wira..
…
Tok Tok..
Bulan mengetuk pintu kamar majikannya,
"Masuk."suruh seseorang dari dalam.
pintu Bulan buka, dan dia segera masuk "Permisi Bu, Anda memanggilku ?" tanya Bulan kepada Nyonya Nur.
"Iya Bulan, kemari lah Nak." panggil ibu Nur.
Bulan berjalan semakin mendekat.
"Ada apa Bu ? Dan gimana sekarang kondisi Ibu ?" tanya Bulan penuh perhatian.
''Saya kadang masih merasa sakit di dada, tapi, saya akan langsung sembuh kalau .. '' Bu Nur sengaja menggantung ucapannya.
''Kalau? Kalau apa ya Bu?'' tidak mengerti.
''Kalau kamu mau menikah dengan Wira.'' tiba-tiba ucap Bu Nur.
''Menikah? Apa .. ini suatu bercandaan kah?''
''Tidak Bulan, saya sangat serius, tolong kamu terima,! karena saya sudah cocok sama kamu. Dan saya yakin kamu yang terbaik buat Wira.''
''Tapi Bu, sepertinya Bos Wira tidak menyukai ku, juga aku ini adalah orang tak berada, bahkan aku hidup dari gaji yang Ibu berikan.'' ucap Bulan lirih.
''Bulan, apa Ibu pernah membeda-bedakan orang Nak?''
Bulan segera menggeleng, memang benar, Ibu Nur ini selalu menganggap semuanya sama.
''Jadi, kau bersedia kan menikahinya anakku?'' kembali meminta persetujuan.
''Aku coba bicarakan dulu dengan Ibu ya Bu Nur.'' ucap Bulan.
''Baiklah,''
''Aku permisi Bu, dan aku doakan Ibu segera sembuh.''
''Terima kasih Bulan.''
Bulan balas tersenyum dan berlalu keluar.
Bertepatan dengan itu, rupanya Wira baru pulang dari kantor, dan Wira ingin melihat kondisi ibunya, tapi di depan pintu, dia bertemu dengan Bulan.
''Sedang apa kamu disini? di kamar Mama?'' tanya Wira dengan tatapan curiga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!