bab 9

Bulan mematung masih di dalam mobil, dengan menatap kepergian seseorang yang telah melukai hatinya,

Tanpa di suruh perempuan centil dan selalu ceria itu, kini matanya mulai berkaca-kaca dan akhirnya Air mata itu jatuh juga mengaliri pipinya yang sedikit tembem itu.

Isak tangis pun mulai keluar dari mulutnya, Wira, pria yang sejak kecil dia banggakan juga dia kagumi, kini melukai hatinya.

Makanya Bulan, kau harus sadar diri, kau bukan apa-apa di banding Wira, memang kalian di besarkan di waktu yang sama, namun tetap derajat kalian berdua sangat jauh, Bulan, mulai sekarang berjanjilah untuk dasar akan perbedaan kalian, biarkan Wira, menemukan cinta sejatinya, Kata hati Bulan ini terus berbicara..

''Baiklah Mas Wira, jika ini keinginan mu, mulai sekarang aku tidak akan perduli padamu lagi.'' lirih Bulan berbicara.

Tak terasa Bulan terisak sambil menyenderkan kepalanya di bahu mobil, dan akhirnya Bulan ketiduran di dalam mobil,

🌼

Pagi hari, mbok Marni merasa aneh dengan putrinya, yang tidak biasanya bangun kesiangan seperti pagi ini, kecuali kalau Bulan tengah sakit.

mengingat kata sakit, mbok Marni cepat-cepat mengecek Bulan di kamarnya, kamar mereka pisah.

''Bulan .. Bulan ?'' mbok Marni mencari sambil memanggil Bulan,

''Bulan .. '' mencari di kamar mandi pun tak ada

''Bulan ... Anakku, kau dimana Bulan, Bulan.'' mbok Marni langsung berteriak histeris dengan penuh ke khawatiran karena ini kali pertama ia tak menemukan Bulan.

''Marni, ada apa ?'' Nyonya Nur datang dengan ikut panik, karena tadi mendengar suara teriakan mbok Marni.

''Nyonya, Bulan.'' nafasnya tersengal

''Ada apa ? kenapa dengan Bulan ?'' semakin cemas.

''Nyah, Bulan tidak ada di kamarnya,'' jelas mbok Marni.

''Apa? tidak ada bagaimana ? coba ku lihat.'' lalu nyonya Nur pun mencari keberadaan Bulan, Dan rupanya benar, Bulan tak ada didalam.

Sekarang Nyonya Nur juga ikut panik..

''Cup, Ucup..'' berteriak memanggil pak sopir

''Iya, Bu ada apa ?'' dengan tergopoh-gopoh pak Ucup segera menghampiri.

''Cup, kamu lihat Bulan gak?'' tanya Nyonya Nur segera.

''Bulan ? tidak Nyah, memang kemana dia?'' ikut bertanya karena tidak biasanya Bulan seperti ini.

''Saya juga gak tahu, makanya nanya kamu, Ayo, Cup coba cari di sekitar rumah !'' ujar Nyonya Nur pada pak Ucup.

''Iya Cup, tolong cari anakku'' pinta mbok Marni juga dengan masih duduk di lantai, mbok Marni merasa lemas seketika.

''iya, iya, saya coba cari ya Nyah, Mbok '' pak Ucup pun berlalu pergi mencari kesetiap sudut ruangan di dalam rumah ini,

Saat akan melewati kamar Wira, pak Ucup berpapasan dengan Wira yang keluar dari kamarnya.

Wira menatap heran pada pak Ucup yang sepertinya tengah panik itu, lantas Wira segera bertanya.

''Pak, kenapa ? Apa bapak lagi mencari sesuatu ?'' tanyanya.

Pak Ucup segera menganggukkan kepalanya. ''Iya Den, saya lagi nyari.. ''

Wira cepat memotong

''Lagi nyari apa Pak? apa ada pencuri di rumah ini?'' tanya Wira dengan semakin panik. Yang menganggap kalau Pak Ucup mencari maling.

''Bukan bukan ada pencuri Den,'' jawab pak Ucup cepat sambil menggoyangkan tangannya.

Dahi Wira terangkat, ''Bukan ada maling, lalu, Pak Ucup lagi nyari apa dong?''

''Makanya Den, tadi itu jangan dulu memotong ucapan bapak, ini, si Bulan hilang Den, sekarang entah dimana,'' jelas pak Ucup lagi menceritakan yang sedang dia cari.

''Apa? anak itu hilang ? mana mungkin Ah Pak.'' Wira terkejut namun sedikit ragu dan tak percaya.

''Eh, Si Aden ini, dibilangin kok malah gak percaya, yasudah sana lihat di kamarnya kalau tidak percaya, Bulan tidak ada di kamarnya, yang ada hanya ibunya dan Nyonya ''

''Apa Bapak sudah cari di sekitar rumah ?''

''Sudah sih Den, tapi si Bulan tidak ada '' ucap pak Ucup.

''Jadi, maksudnya belum ketemu ya dia?''

''Hm, benar belum Den'' gelengan kepala pak Ucup.

Wira ikut cemas juga, kemana ya anak itu, tiba-tiba menghilag saat pagi seperti ini? pikirnya.

''Yasudah pak, saya mau lihat di kamarnya.'' ujar Wira

''Iya Den, silahkan, bapak juga masih mau mencari '' sahut pak Ucup juga.

''Iya..''

Wira pun berjalan menuju kamar Bulan, yang letaknya tak jauh dari dapur..

Wira menengok ke dalam, rupanya benar, di sana hanya ada mamanya juga mbok Marni. tidak ada suara adanya Bulan,

Wira pun berpikir lagi, dengan bertanya-tanya kemana si Bulan ?

''Wira,'' Mama Nur memanggil

Wira menoleh lalu masuk, ''Ma, ada apa ?'' bertanya untuk memastikan.

''Wir, ini Bulan gak ada di kamarnya sedari tadi, kemana ya dia Wir ? apa kamu tahu ?'' tanya Mama Nur.

Wira menggeleng ''Wira juga gak tahu Ma, oh ya Mbok, apa semalam dia mengatakan mau pergi ke suatu tempat mungkin ?'' tanya Wira.

mbok Marni coba mengingat lalu ia menggeleng ''tidak Den, sepertinya Bulan tidak bicara apa-apa kok,'' namun mbok Marni teringat sesuatu hal.

''Bahkah seingat saya, Bulan belum menemui saya dari saat pulang dari Bandung,'' jelas mbok Marni lagi mengatakan.

''Apa seperti itu?'' tanya Mama Nur pada mbok

si Mbok mengangguk..

''Wira, kapan kau pindah ke dalam saat tertidur dari mobil semalam?'' tanya Mama Nur kini kepada Wira.

''Malam sih Ma, sekitar jam Satu.'' jawab Wira

''Lalu, apa, Bulan juga ikut masuk rumah?'' tanya Mama lagi.

Wira diam. karena jawaban nya adalah Wira meninggalkan Bulan.

''Wira, cepat jawab'' desak Mama dengan menyentak Wira.

Wira pun menggeleng ''Wira ... Jadi kau meninggalkan Bulan di mobil, begitu?'' Mama Nur sangat marah.

Wira mengangguk lagi,

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!