Cinta Untuk Erina
Di kediaman keluarga Bima Prasetyo. Ibu dan anak tengah berdebat. Sebab, sang ibu menolak keinginan putranya untuk menikahi seorang gadis yang bernama Erina Lusiana. Wanita yang tak pernah di sukai oleh ibunya Damar, yaitu bu Nurma.
"Mama tidak setuju! Jika kamu menikahi gadis miskin seperti dia. Damar, selera kamu kenapa seperti dia sih? Tidakkah kamu pilih gadis yang sudah mama pilihkan untukmu." Bentak Bu Nurma kepada putra keduanya.
"Ma, aku sangat mencintai Erina. Kami sudah menjalin hubungan yang cukup lama, aku ingin menikahinya. Please!" jawab Damar, seraya memohon kepada orang tuanya. "Hanya Mama, orang tua yang aku miliki. Setelah kepergian papa. Sedangkan gadis, yang aku sayangi hanya Erina, tidak ada lagi gadis yang membuatku tertarik."
Erina Lusiana, gadis berusia 23 tahun, putri pertama dari bapak Bagaskara dengan Bu Riana. Yaitu seorang gadis yang sangat Damar cintai, semenjak mereka duduk di bangku SMA.
Bu Nurma, menatap wajah putranya yang memohon seperti itu, membuatnya terpaksa berpikir kembali. Zainal sebagai anak tertua, merasa tak tega melihat wajah adiknya seperti itu.
"Ma, sudahlah jangan mengekang hubungan mereka! Kasian Damar, dia sudah dewasa, bisa memilih jalan untuk kebahagiaannya sendiri. Cukup aku saja, yang menuruti kemauan Mama dan papa saat itu. Jangan lakukan itu kepada adikku, Zainal mohon Ma!" Putra sulung Bu Nurma pun ikut memohon untuk hubungannya Damar dengan Erina.
"Baik Mama, akan mengizinkan kamu menikah dengan gadis miskin itu. Tetapi jangan meminta lebih, untuk mamah dekat dengan gadis itu!" kata Mama Nurma dengan penuh penekanan.
"Iya Ma," jawab Damar dengan wajah berbinar.
Keluarga Bima Prasetyo, dan Bu Nurma, yang di karuniai tiga orang anak. Yang dimana, anak tertua bernama Zainal Prasetyo dua puluh tujuh tahun, putra kedua bernama Damar Prasetyo, berusia dua puluh empat tahun dan Denada putri Prasetyo, sembilan belas tahun.
Saat tiga tahun lalu, ayah dari Damar, yaitu pak Bima meninggal dunia. Kepulangan beliau di panggil sang Khaliq, setelah keinginannya tercapai yaitu menjodohkan putra sulungnya dengan seorang gadis pilihannya. Karena tak bisa berbuat apa-apa, Zainal pun menerima perjodohan itu, lima bulan kemudian, pak Bima pun di panggil oleh Tuhan
Sekarang setelah Zainal menikahi gadis yang tidak dia cintai. Sekarang Nasibnya menimpa kepada adiknya, yaitu Damar, yang di paksa menikah dengan gadis pilihan Bu Nurma. Namun karena Damar anak yang berontak akhirnya Damar kekeh, dengan pilihannya yaitu Erina.
Setelah mengantongi restu dari sang Mama, Damar ingin sekali mengatakan pada Erina, kalau ibunya merestui hubungan mereka
Keesokan harinya
Tepat jam 20.00 wib, Damar menjemput Erina di sebuah toko dimana tempat gadis itu bekerja. Senyuman terpancar dari bibir gadis yang bertubuh mungil.
"Damar," panggil Erina saat keluar dari toko tempatnya bekerja.
Damar yang menunggu di depan mobil, dan bersandar sambil melambaikan tangan, memberikan senyuman.
Dengan senyuman manis dari gadis yang selama ini dia cintai, membuat dirinya bertekad ingin memiliki seutuhnya.
"Sayang, kamu sudah makan belum?" tanya Damar, dan Erina menggelengkan kepalanya. "Kita makan dulu yuk! Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu." Kata Damar, sambil menyentuh tangannya.
"Bicara apa sih, Damar? Memang tidak bisa bilang di sini aja?" tanya balik Erina.
"Ya enggak bisa dong sayangku, masa ceritanya di sini." Erina tersenyum mendengar Damar bicara. "Yuk! Kita berangkat sekarang." Damar membukakan pintu mobil untuk gadis yang dia amat sayangi.
Setelah Erina masuk, Damar pun juga masuk dan mengendarai mobil nya menuju tempat yang hanya dia yang tau.
Damar membawa Erina kesebuah restauran cukup terkena, dengan pemandangan malam dan gedung-gedung pencakar langit nan indah, dengan bercahaya lampu, yang menghiasi jalan ibu kota.
"Damar, kenapa kamu mengajak aku kesini?" tanya Erina keheranan, Damar hanya tersenyum mendengarnya.
Damar berjalan mendekati Erina dan berlutut di hadapannya, dengan mengeluarkan kotak berwarna merah.
Erina di buat speechless dengan apa yang dilakukan Damar saat ini.
"Damar, kamu mau ngapain seperti ini. Bangun dan duduk, malu di lihat banyak orang!" ucap Erina dengan menyuruh kekasih agar bangkit dari posisinya.
Damar menggelengkan kepalanya, dan berkata. "Erina Lusiana. Kamu tau hubungan kita sudah hampir lima tahun, aku tidak ingin menunggu terlalu lama lagi, untuk menjadikan kamu istriku." Pria itu pun tersenyum menatap kekasihnya yang teramat dia sayangi. "Sayang, Will you marry me!"
Mendengar pria di hadapannya ini mengutarakan isi hatinya, Erina tak bisa berkata apa-apa, selain merasa terharu. Erina menutup mulutnya, dengan matanya yang mengembun.
"Damar ..." Erina saat ini bingung ingin mengatakan apa. "Kamu tau aku juga ingin sekali, seperti apa yang kamu katakan. Tetapi, bagaimana mama kamu? Aku tidak ingin membuat wanita yang melahirkan kamu kecewa, dengan apa yang sudah kamu lakukan ini!" Erina menundukkan kepalanya, terlihat menitikkan air matanya.
Mengingat bertapa tak sukanya bu Nurma kepadanya. Bahkan dialah orang yang pertama mengekang hubungan Damar dengan dirinya.
Damar tersenyum, lalu menyentuh dagu agar dapat melihat wajah Erina, dan menghapus air bening yang mengalir dari sudut mata, wanita yang begitu dia cintai.
"Kamu jangan khawatir, justru aku melakukan ini, karena aku mendapatkan restu dari mama. Bukan hanya itu, ka Zainal lah yang membujuk mama untuk menerima kamu." Ucap Damar dengan wajah bahagia, dan itu membuat Erina tersenyum.
"Benarkah, mama kamu merestui hubungan kita?" tanya Erina, dan Damar mengangguk.
"Sekarang jawaban kamu apa? Kamu mau tidak menerima permintaan aku. Aku pegal dengan posisi seperti ini!" jawab Damar dengan pura pura marah, Erina justru tersenyum mendengarnya. "Aku ulangi lagi ya? Sayang, will you marry me?"
Erlina segera menganggukkan kepalanya,dan tersenyum. "Iya aku mau menikah dengan kamu, Damar." Jawab Erina, dengan rasa bahagia, Damar segera memakaikan cincin di jari manis sebelah kiri Erina.
Damar segera memeluk Erina di saat itu juga, terlihat wajah kebahagiaan pada mereka berdua.
Satu bulan kemudian
Pernikahan sepasang manusia, yang saling mencintai. Damar Prasetyo, pria bertubuh tinggi, dengan wajah tampan. Menikah dengan seorang gadis cantik bertubuh mungil Erina Lusiana, yang tak lain teman masa sekolah.
Di depan penghulu Damar Prasetyo mengucapkan ijab kobul, dengan lancar dan penuh hikmat.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Erina Lusiana, binti Bapak Bagaskara. Dengan mas kawin, perhiasan seberat 20 gram, dan uang tunai, sebesar sepuluh juta rupiah, di bayar tunai."
"Bagaimana para saksi Sah?" tanya pak penghulu.
"Sah." Jawab para saksi yang menyaksikan pernikahan dua sejoli yang saling mencintai.
Dengan mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa, Erina menitikkan air mata kebahagiaan. Setelah membaca doa, Erina, mencium punggung tangan Damar, yang kini sudah Sah menjadi suaminya. Begitupun juga Damar mengecup kening istrinya, yang kini sudah menjadi istrinya. Wajah kebahagiaan terpancar dari kedua pasangan pengantin.
Semua keluarga dan kerabat, menyaksikan pernikahan, dua insan yang saling mencintai, dan kini SAH menjadi sepasang suami-istri. Kedua pengantin, duduk di kursi pelaminan dengan senyum kebahagiaan.
Di balik kebahagiaan dari kedua pengantin, ternyata ada wajah tak suka saat melihat menyaksikan pernikahan Erina dan Damar.
'Sampai kapanpun aku tidak akan sudi menerimanya menjadi menantuku.' Gumam seorang wanita paruh baya, menatap sepasang pengantin baru.
Bu Nurma, selain memiliki dua putra, ia juga memiliki seorang putri bernama Denada, yang berusia delapan belas tahun.
"Ma, lihat saja! Gadis itu, pasti dia akan merasa bangga karena sudah dinikahi oleh kak Damar," ucap Denada sambil menatap Erina dengan tatapan sinis.
"Biarkan saja Dena, kita lihat sampai mana gadis itu bertahan menjadi bagian keluarga kita! Mama juga tidak Sudi, mempunyai menantu yang kampungan seperti dia itu," cibir Bu Nurma.
Acara pernikahan pun terus, berlangsung sampai malam. Seorang pria berusia 46 tahun, dan terlihat masih gagah. Menggandeng seorang wanita muda, 35 tahun, mereka menghampiri pengantin.
"Erina, ayah, dan ibu harus pamit. Karena ibumu terlihat lelah." Ucap pak Bagaskara, yang tak lain ayah dari Erina.
"Iya Erin, kami harus pamit. Ibu ucapkan kalian bahagia ya, dan segera di berikan momongan," ucap seorang wanita bernama Hesti, yang tak lain ibu sambung Erina.
"Terimakasih Bu," jawabnya Erina.
Setelah itu keluarga Erina pun berpamitan untuk pulang. Karena hari semakin malam, acara pesta pun berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Yawising Makom
hallow
2023-09-24
1
Derlingeley Derlingeley
😘😍😘
2023-09-23
1
Wahyudi
😍🥰🌹🇮🇩🤝👌
2023-09-23
1