Gadis Kaki Palsu

Gadis Kaki Palsu

GKP 1

Drrrtttt ... drrrtttt ....

"Ya, Sayang?"

"Ehm, Sayang, maafkan aku. Hari ini aku tidak bisa menjemputmu. Aku harus lembur dan tidak bisa menolak perintah dari atasanku itu. Sekali lagi maafkan aku," ucap Rangga dari seberang telepon.

Lea terdiam sejenak dengan raut wajah sedih menatap layar ponsel yang ada di dalam genggamannya. Ia kecewa karena lagi-lagi tunangannya itu membatalkan janji yang sudah mereka sepakati sebelumnya.

Lelaki itu berjanji akan menjemputnya setelah selesai bekerja, tetapi sayang janji tinggal lah janji. Lelaki pujaannya itu kembali membatalkan janji mereka dengan alasan yang hampir serupa.

"Hallo? Lea, apa kamu mendengarku?" tanya Rangga karena tiba-tiba tak terdengar suara kekasihnya itu di ujung telepon.

Lea menghembuskan napas berat kemudian berucap. "Ya, aku mendengarmu. Baiklah, Sayang. Tidak apa-apa. Aku bisa minta Harris untuk menjemputku nanti sore."

Terdengar suara hembusan napas kasar Rangga. Lelaki itu pun tampak menyesal karena lagi-lagi harus membatalkan janjinya kepada Lea. Wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama lebih dari dua tahun tersebut.

"Maafkan aku, Lea. Setidaknya aku melakukan ini untuk masa depan kita. Kita membutuhkan banyak uang untuk hari pernikahan kita dan aku berdoa, semoga semua jerih payahku menjadi berkah untuk kita," jelasnya.

Lea pun akhirnya tersenyum. "Aamiin. Jangan pernah lelah berjuang untuk masa depan kita ya, Sayang. Semangat!"

"Tentu saja, Lea sayang. Apa pun aku lakukan untukmu dan masa depan kita. Ehm, sudah dulu ya, Sayang. Aku harus kembali bekerja. Aku tidak ingin mata atasanku melotot karena melihatku menghubungimu di jam-jam seperti ini," tutur Rangga.

Lea terkekeh pelan. "Baiklah-baiklah, selamat bekerja!"

Setelah panggilan dari Rangga terputus, Lea pun kembali meletakkan ponselnya tersebut ke atas meja.

"Siapa? Mas Rangga?" tanya Amanda, sahabat sekaligus rekan kerja Lea.

Lea mengangguk pelan. "Ya. Sebenarnya hari ini dia berjanji akan menjemputku sehabis pulang bekerja sekalian ingin mengajakku makan malam bersama. Namun, sayangnya semua gagal karena dia harus kerja lembur lagi sama seperti biasanya," jawab Lea.

Amanda tersenyum kecil. "Mas Rangga benar-benar lelaki yang rajin, ya. Pantas saja kamu begitu tergila-gila kepadanya," goda Amanda.

"Ya, kamu benar, Manda. Aku sangat tergila-gila pada sosoknya. Dia sangat rajin dan bertanggung jawab. Selain itu, dia juga romantis. Dia selalu memberikan kejutan di hari-hari spesialku," tutur Lea.

Amanda mengangguk pelan dan tepat di saat itu sebuah pesan chat masuk ke dalam ponsel miliknya. Amanda bergegas memeriksanya lalu membaca isi pesan chat tersebut sambil tersenyum kecil.

Lea memperhatikan hal itu, tiba-tiba ia kembali diserang oleh rasa penasaran yang amat sangat. Lea penasaran karena sahabatnya itu tidak pernah terbuka soal hubungannya. Sudah berbagai cara Lea mencoba membujuk Amanda untuk berbagi cerita, tetapi wanita itu terus menolaknya dengan alasan yang tidak jelas.

"Dari siapa? Kekasihmu?" tanya Lea sembari memicingkan matanya menatap Amanda yang tengah duduk di hadapannya itu.

Amanda mengangguk pelan sembari menyimpan ponsel miliknya ke dalam tas. "Ya."

"Ciieee ...." goda Lea sembari tertawa pelan. "Ish, aku penasaran sama cowokmu itu! Sini, mana ponselmu, biar aku lihat!"

Lea mencoba menarik tas milik Amanda dan berniat mengambil benda pipih itu. Namun, aksinya gagal karena Amanda segera menahannya dan tidak membiarkan Lea berhasil merebut benda pipihnya tersebut.

"Jangan, Lea. Lagi pula aku sudah sering mengatakan bahwa kamu sama sekali tidak mengenalnya," elak Amanda sambil terus mempertahankan tasnya agar tidak jatuh ke tangan Lea.

Lea menekuk wajahnya. Untuk kesekian kalinya ia harus menahan rasa penasarannya. "Memangnya salah jika aku tidak mengenalnya? Setidaknya 'kan aku tahu, oh ini toh kekasihnya sahabatku. Siapa tahu 'kan suatu saat nanti aku ketemu sama dia di jalan?" celetuk Lea.

Amanda terkekeh. "Tidak mungkin, Lea. Secara dia tidak pernah jalan-jalan ke kota ini."

Lea menghembuskan napas berat lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena obrolan mereka tersebut.

"Ya, sudahlah kalau begitu. Aku janji tidak akan pernah kepo lagi soal kekasihmu itu!"

Amanda terkekeh pelan sembari mencolek sedikit pipi Lea yang berwarna putih kemerahan. "Cieee ... ada yang merajuk ni, ye!"

"Au ah, gelap!" sahut Lea sambil fokus pada gaun pengantin mewah yang berdiri di hadapannya.

Setelah puas menggoda Lea, Amanda pun ikut melanjutkan pekerjaannya. Memasang berbagai payetan di gaun pengantin tersebut.

"Semoga saja nona kaya itu puas dengan hasil pekerjaan kita. Setidaknya dengan begitu nama kita pun akan ikut terangkat. Benar 'kan, Amanda?" ucap Lea

"Ya, kamu benar, Lea. Aku harap nona Martha puas dan bisa mengangkat nama butik kita. Secara 'kan pernikahannya diadakan secara besar-besaran. Hmmm, beruntung sekali dia. Sudah kaya, cantik, dapat jodoh selevel pula. Tampan dan juga kaya raya."

Lea tersenyum mendengar celetukan sahabatnya itu. "Sudah biasa 'kan, orang kaya pasti jodohnya juga kaya. Kalau orang-orang seperti kita, ya jodohnya sama dari kalangan menengah ke bawah juga," sahut Lea.

"Iya, kamu benar. Oh ya, ngomong-ngomong kamu sudah lihat pasangannya nona Martha, gak?" tanya Amanda dengan penuh antusias.

Lea menggelengkan kepalanya perlahan. "Belum, memangnya kenapa? Lagi pula aku sama sekali tidak kepo soal dia. Aku malah lebih kepo soal kekasih rahasiamu itu," sahut Lea yang masih fokus pada gaun pengantin buatannya tersebut.

Amanda tertawa pelan. "Ish, kenapa malah kepo sama kekasihku yang hanya orang biasa. Mending juga kepo sama calon suami nona Martha yang tampan dan kaya raya itu, Lea. Ngomong-ngomong soal tampan, serius demi apa, itu cowok tampan banget, loh!" celetuk Amanda dengan begitu antusias.

"Wajar lah, secara nona Martha saja secantik itu," sahut Lea.

"Ehmm, iya juga, sih."

Waktu terus berlalu, hingga tak terasa sore pun menjelang. Nampak Amanda berkemas-kemas terlebih dahulu. Sementara Lea masih asik dengan pekerjaannya.

"Lea, maafkan aku. Aku harus pulang duluan," ucap Amanda sembari memasukkan barang-barang miliknya ke dalam tas.

"Ish, temenin aku barang sepuluh menit lagi lah," bujuk Lea sambil memasang wajah memelas.

"Ehm, tapi aku sudah ditunggu oleh seseorang. Bagaimana, dong?"

Lea menghembuskan napas berat. "Ya, sudah. Sana, pulanglah."

"Oh, kamu memang baik sekali, Lea. Aku sayang padamu!" Amanda begitu bahagia. Ia segera memeluk tubuh Lea sejenak, sebelum pergi meninggalkan butik sederhana milik Lea tersebut.

"Iya-iya, pergilah."

Amanda melangkah dengan cepat dan tampak tergesa-gesa meninggalkan tempat itu. Sementara Lea memperhatikan gerak-gerik sahabatnya itu dari kejauhan.

"Sebenarnya siapa yang sedang menunggu Amanda? Tidak mungkin kekasihnya itu, kan? Secara Manda bilang bahwa kekasihnya tidak pernah berkunjung ke kota ini," gumam Lea.

"Hmmm, Amanda benar-benar mencurigakan sekarang," lanjutnya.

***

Terpopuler

Comments

sakura

sakura

...

2023-10-09

0

Rozekhien☘️

Rozekhien☘️

lanjut baca kesini setelah baca simpanan janda kaya.

2023-07-10

0

Retno Elisabeth

Retno Elisabeth

mampir thor

2023-07-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!